30. Kematian Suzi.

2.1K 281 5
                                    

Penasaran dengan part ini?
Baca yuk.
Kasih vote+komen.

Tuan yang bermarga Lee adalah seorang lelaki tua yang telah lama tinggal di desa ini. Orang yang di hormati dan di segani oleh penduduk dari desa ini, banyak perlakuan yang baik dan menguntungkan yang telah di ajarkan kepada para penduduk. Dan soal tambah kurang penduduk di dalam desa, mereka harus melapor kepada lelaki itu. Bisa di katakan ia adalah kepala desa.

Chuna dan ke 6 pria tadi membawanya masuk ke dalam sebuah rumah yang terlihat cukup baik. Tapi lebih besar rumah yang sebelumnya, Chuna menatap dekorasi setiap ruangam yang telah tertata rapi. Kuno sekali, itulah kata yang bisa di samakan. Yah, di kerajaan tempat ia di besarkan. Tidak ada benda-benda antik yang begitu mahal dan banyak di cari orang. Selain untuk sebagai hiasan, barang antik itu bisa di gunakan untuk penyimpanan tumbuhan yang akan menjadi obat. Hal itu sudah tradisi setiap orang yang ada di desa itu. Barang antik sebaiknya di jaga dan di larang di perjual belikan.

"Malam paman Lee."

"Yah. Siapa orang ini?" tanya lelaki tua yang bermarga Lee itu.

"Saya seorang Pangeran dari kerajaan Wilausand." jawab Chuna.

"Wah...Maafkan perlakuan kami yang tidak baik menyambut kedatanganmu pangeran ke desa kami." ucap ke enam pria yang berada di belakang Chuna. Chuna pria itu dengan ogah-ogahan memgangguk.

"Ada perlu apa pengeran datang ke desa kami?"

"Begini, istriku mencari dua orang dayang dan juga pengawalnya. Dia terlihat khawatir dan aku menemaninya. Tapi kami tersesat dan menemukan desamu." jawab Chuna.

"Tapi, pengawal putri dalam keadaan kritis, butuh waktu beberapa hari untuk sembuh. Iya kan, pengawal putri Kim Jisang dari kerajaan kalian dan seorang putra dari menteri?"

Chuna salut dengan lelaki tua yang menjelaskan identitas Kim Jisang. Chuna mengangguk dan ia meringgis kecil saat ingin meminta izin untuk bermalam sampai Jisang sadar. Belum ia bicara pria tua itu sudah duluan memberi perintah supaya ke enam pria itu menyiapkan kamar untuknya.

"Siapkan kamar untuk pangeran!"

"Baik paman. Mari ikut kami pangeran."

*****

Segerombolan orang memakai baju gelap, hitam mengelilingi sebuah rumah. Beberapa obor sebagai penerang jalan mereka telah di matikan. Mereka berjaga di setiap sudut dan sisi rumah itu. Beberapa orang mulai memasuki rumah itu melalui jendela yang telah di bobol atau di rusak dari luar.

Cahaya bulan langsung memasuki sebuah ruangan melalui jendela yang telah di buka. Lima orang berbaju hitam mulai berkeliling mencari seseorang yang menjadi sasaranya untuk di lenyapkan. Suara kaki dan juga benda yang berjatuhan membuat sepasang suami istri yang awalnya tidur terbangun. Mereka berjalan dengan mengendap-endap mendekati pintu untuk melihat siapa yang memasuki rumahnya tanpa izin darinya.

Manik itu mengintip dari sela pintu. Lelaki itu terjatuh lemas, saat melihat orang yang memakai baju hitam memasuki bilik di mana Suzi berada. Ibu pengasuh putri Jina, dengan tergesah istrinya yang bernama Nara itu menganti posisi duduk suaminya dengan dirinya. Sama seperti suaminya wanita itu memegang bahu suaminya.

"Bagaimana ini?" tanyanya khawatir.

"Tenanglah Nara, aku akan memeriksanya, kau di dalam saja. Jangan keluar sebelum aku datang menemuimu." tabib itu bangkit setelah mendapat anggukan dari istrinya. Pintu bilik itu terbuka perlahan dengan langkah sedikit gentar, tabib itu mendekati bilik itu.

******

Tak...

Dugh...

Brak...

Transmigrasi Alana and Yuo Jina (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang