38. Permainan kedua (2)

2K 295 10
                                    

"Dasar wanita gatal, kurang belaian." Alana menginjak-injak lidah yang terputus itu. Dengan bahagia gadis itu menghancurkanya menggunakan batu besar tepat di hadapan Seona. Wanita itu gemetaran dan terisak saat bagian tubuhnya di ambil dengan mudah oleh Alana. Di hancurkan dengan muda dan di injak di hadapanya. Wanita itu tidak bisa lagi bicara ia hanya bisa berdumel saja, Alana tertawa saat mendengar suara Seona.

"Wow, suaramu merdu sekali selir sialan." Alana mencengkram erat dagu Seona.

"Wanita bodoh, baiklah jika kau tidak mau membunuh suamimu. Aku akan mengajarimu cara memakai belati ini. Lain kali kalau kau mau membunuh orang terurama membunuhku, kau harus mengikuti langkah-langkah seperti ini."

Alana menarik anak panah yang masih tertancap di permukaan mata Barak dengan kasar. Pria itu kembali berteriak mengerang kesakitan. Alana sungguh menikmati suara itu, suara seperti sebuah lagu. Gadis itu kembali mengecap darah yang menempel di permukaan anak panah seperti sebelumnya. Seona menggeleng kuat saat Alana melebarkan senyumanya dan tak lupa kepalanya ia miringkan seperti anak kecil yang polis saat bingung.

Seona bergerak gelisah di sudut ruangan itu. Tangan yang sudah bercak darah dan tak lupa wanita itu menobrak kuat jeruji besi yang sama sekali tidak bisa terbuka itu karena Liyi sudah menguncinya dari luar. Alana menusuk anak panah itu tepat di jantung Barak. Pria itu terkapar lemah tak berdaya di atas tanah. Alana duduk di atas tubuh Barak yang seakan pria itu sebentar lagi akan pergi selamanya.

Alana tersenyum lebar selebar mungkin saat melihat benda lonjong yang bergerak gelisah lebih tepatnya memompah. Alana mengambil belati yang ada di dekatnya dan memotor saluran kerongkongan yang menyambung ke sana. Barak, pria itu seketika bergerak gelisah, tubuhnya mengeluarkan banyak darah dan udara sekitar tiba-tiba panas. Alana melempar benda itu ke arah Seona yang sangat menganggu tindakan Alana. Jantung Barak mengenai punggung Seona. Seona menatap takut ke araha Alana.

"Kenapa kau takut hah? Yhak...kemana sikap jalangmu itu?" bentak Alana. Gadis itu berjalan mendekati Seona yang nyatanya selir itu semakin merapatkan tubuhnya ke jeruji besi tersebut.

Alana membelai pipi Seona dengan sayang. Tak lama

Plak...

Yah Alana menampar pipi Seona. Wanita itu tidak merasakan apapun seakan mati rasa dan rasa syok bercampur menjadi satu di tambah ketakutan yang teramat melihat Alana. Alana, gadis itu sudah menahklukan suaminya Barak. Ia takut Alana akan membunuh Sooa, putri ke sayanganya itu.

"Yah...Kau punya otak atau tidak hah? Dijin dia putramu tidak? Kenapa kau tega memperlakukanya seperti itu. Tenang saja, aku tidak akan membunuhmu secepat itu ibu. Ups maaf maksudnya ibu selir kurang ajar." ucap Alana sambil menutup mulutnya dengan telapak tanganya.

"Kau tau, aku akan membiarkanmu hidup damai? Oh tidak, itu salah besar. Kau akan hidup dalam penderitaan." ucap Alana meng 'lap darah yang ada di wajah Seona. Seona kembali menggelang kuat sepertinya gadis itu trauma dengan kejadian beberapa menit tadi.

"Seona kau dan dan mayat itu sudah membunuh ibuku dan membuat Dijin ketakutan. Aku akan menyiksa batinmu Seona, jalanin kehidupanmu dengan baik tentunya penuh dengan penderitaan ke depan. Aku tak mau lagi mengotori tanganku dengan darah busukmu." Alana menyeret tubuh Seona keluar dari dalam jeruji.

Barak, mayat lelaki itu akan di bereskan oleh anggota pembunuh bayaran. Cukup aksinya hari ini, permainan kedua sudah berakhir. Iya akan melanjutkan aksinya dengan permainan yang menegangkan tentunya dengan Sooa.

Gadis itu menyeret keluar tubuh Seona. Seona menangis sesenggukan tanpa suara hanya sesenggukanya yang terdengar Alana puas dengan ketakutan Seona. Seona baru menyadari siapa Alana sebenarnya. Jadi kedepanya jangan berbuat ulah denganya di pastikan ke depanya ada balasan yang setimpal dengan itu.

Transmigrasi Alana and Yuo Jina (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang