Flo berdiri di balik kaca yang menjadi penghalang antara kamar Dave dan kamarnya. Bisa dia lihat pemandangan menjijikkan dari sini, di mana Ronald dan Maggie tanpa rasa bersalah kembali memakai kamar itu untuk melampiaskan kemaksiatan mereka.
"Kenapa harus dilihat?" tanya Dave, ikut berdiri di samping Flo.
"Hanya dengan cara ini aku semakin yakin kalau mereka memang brengsek. Bisa-bisanya mereka melakukan itu di kamar kami," lirih Flo terisak.
Dave ikut menyaksikan perselingkuhan itu dengan tatapan penuh kebencian. "Sejujurnya aku sangat marah saat tau apa yang Ronald lakukan di belakang kamu," desisnya.
Flo menengadah menatap Dave, cara bicara pria itu sangat meyakinkan. Dia sampai tidak bisa menemukan Dave si pria menyebalkan itu di sini.
Saat tiba-tiba Maggie berbalik melihat ke arah kaca, Dave dengan cepat menarik Flo ke dalam pelukannya dan bersembunyi di balik tirai. Hampir saja mereka ketahuan.
Nafas Flo tercekat, aroma tubuh Dave yang maskulin membuatnya sesak nafas. Tubuhnya terasa sangat kecil di dalam pelukan pria itu, seperti selimut yang melindunginya dari badai. Belum lagi detak jantungnya yang aneh, Flo pasti sudah gila.
"Kamu harus berhati-hati, Flo. Mereka bisa aja melakukan sesuatu yang buruk bila sudah terpojok." Dave mengingatkan. Dia melepaskan Flo dan memberi jarak.
Flo tertawa sumbang. "Harusnya aku yang marah," ucapnya tak habis pikir.
"Kamu mau pulang dan menangkap basah mereka?" tanya Dave.
Flo menggeleng. "Aku belum siap. Aku takut nggak bisa mengontrol emosi dan mereka lepas gitu aja. Harus ada balasan dari setiap kejahatan, kan, Dave?" Dia meminta dukungan.
"Kamu ingin membalas mereka?"
"Tentu. Bercerai terlalu cepat hanya akan membantu mereka lebih bahagia. Aku nggak akan biarin mereka menari di atas penderitaanku."
"Kamu yakin?" Dave merasa tidak yakin Flo mampu melakukan itu. Berdiri tenang di depan pengkhianat bukan hal yang mudah.
"Aku butuh waktu." Flo terduduk lemas di lantai. Pikiran dan tubuhnya lelah.
"Ambil waktumu sebanyak mungkin. Persiapkan dirimu lebih dulu, sebelum menghadapi mereka." Dave berlutut di lantai dan memegang pundak Flo. "Tinggal lah di sini selama yang kamu butuhkan, aku berjanji akan membantu."
"Kamu mengincar sesuatu dariku, Dave?"
"Aku bukan Ronald, Flo." Dave membantu Flo berdiri. Wajahnya terlihat tidak suka dengan tuduhan itu.
"Dave, I'm sorry. Nggak seharusnya aku ragu setelah apa yang kamu lakukan."
Dave tersenyum.
***
Flo mulai memikirkan sebuah rencana untuk membalas Ronald dan Maggie. Dia tidak ingin menjadi wanita bodoh yang begitu saja meminta bercerai saat tau suaminya berselingkuh.
"Minum dulu, otakmu pasti telah." Dave datang dan membawakan segelas kopi. Mereka duduk di balkon yang tidak bersampingan dengan rumah Ronald, sehingga bisa bebas menghirup udara.
"Thanks." Flo menerima kopi itu dan menyesapnya.
"Sudah punya ide?"
Flo bisa melihat kembali senyum Dave yang menyebalkan, penuh ejekan. Tapi kali ini dia tidak membencinya. "Aku akan bersikap seperti biasa di depan mereka," beritahu Flo mengenai rencananya.
"Kamu yakin bisa? Jangan sampai saat melihat wanita itu, kamu malah mencakarnya," kekeh Dave.
"Apa aku sepayah itu?" Flo mencebik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Retak (Tamat)
RomanceFlora Aldinaya, seorang istri yang merasa hidupnya sudah sangat sempurna. Hanya satu yang dia minta pada Tuhan, hadirnya seorang anak sebagai pelengkap kebahagiaan. Di tengah usahanya menghadirkan buah hati dalam pernikahan mereka, dia harus meneri...