27. Salah Sangka

6K 588 7
                                    

Dave memang pria yang sangat baik, meski sibuk tetap menyempatkan diri untuk datang menemani Flo fitting gaun pengantin. Dia duduk dengan sabar saat calon istrinya itu begitu lama di dalam ruang ganti. Sesekali membolak-balik majalah untuk melihat-lihat model gaun yang sebelumnya sempat Flo lihat juga.

"Dave," panggil Flo.

Dave mengangkat wajah menatap Flo yang ternyata sudah berdiri tak jauh dari hadapannya. Melihat penampilan Flo dengan gaun itu, dia benar-benar terpana.

"Gimana menurut kamu cocok nggak?" tanya Flo dengan serius.

Flo memilih gaun simpel dengan model mermaid dress. Fit di bagian atas dan ber-volume sedang di bagian bawah. Atasannya berbentuk tube dengan garis V di bagian dada. Lekuk tubuhnya yang indah makin diperjelas lewat gaun ini.

"Sangat cantik," puji Dave tanpa bisa mengalihkan pandangan matanya.

"Kamu suka?" Flo membalikkan badan menghadap cermin besar yang memenuhi satu dinding di sana.

Dave mendekat, berdiri di belakang Flo dan menatap dengan mata penuh kekaguman. Dipegangnya pundak wanita itu dan menjawab, "aku suka."

Jantung Flo berdebar, antara dia merasa malu sekaligus senang. Tatapan Dave melemaskan kakinya. Pria itu memiliki mata yang bisa membuat siapa saja meleleh.

"Kamu suka gaun ini?" tanya balik Dave.

"Aku juga suka," jawab Flo malu-malu.

"Kalau gitu kita akan beli yang ini."

Flo langsung membalikkan badan. "Dave, kenapa harus dibeli? Cukup disewa aja. Aku hanya akan pakai ini sekali, setelah itu nggak akan terpakai lagi."

Dave menggeleng. "Justru karena kamu hanya akan memakai ini sekali, kita harus menjadikannya sebagai kenangan. Aku akan buatkan tempat khusus untuk memajang gaun ini di kamar kita nantinya. Agar setiap kali kita melihatnya, kita akan diingatkan pada momen sekali seumur hidup itu." Diusapnya pipi Flo dengan lembut.

"Tapi ini akan buang-buang uang, Dave. Harganya ..."

Dave menutup bibir Flo dengan jari telunjuknya. "Kalau uang memang bisa membeli kenangan, aku akan habiskan sebanyak apapun itu. Karena kenangan nggak bisa kita ulang," ucapnya diiringi senyum menawan.

Flo menghela napas.

Pemilik Wedding Gown datang dan mulai mendiskusikan bagian apa saja yang akan dia tambah sebagai detail akhir nantinya. Flo setuju, dia menyukai semua yang disarankan oleh sang desainer.

Dave kembali menunggu Flo selesai berganti pakaian. Sekalian membayar DP untuk pesanan gaun itu.

***

Selesai dari fitting gaun pengantin, kini keduanya beralih ke toko perhiasan untuk membeli cincin pernikahan. Mereka dilayani langsung oleh pemilik toko, duduk di ruang VIP. Berbagai model cincin ditaruh di atas meja, Flo sampai bingung pilih yang mana karena semuanya sangat indah. Wanita mana saja bila disuruh membeli perhiasan, pasti akan bersemangat.

"Bagaimana dengan ini, Bu Flo? Ini product terbaru kami dan edisi terbatas. Modelnya simpel, tapi tidak menghilangkan kesan mewah yang ada. Kualitas berlian di cincin ini kami jamin seratus persen yang terbaik." Ko Hansen memang punya mulut marketing yang andal. Bicaranya mampu menarik perhatian hingga apa yang dia katakan terasa benar.

Flo memegang tempat cincin itu dan melihatnya lebih dekat. Mata berbentuk sabitnya itu makin melengkung kala senyum di bibirnya tampak. Dia menoleh pada Dave.

"Oke, kita ambil yang ini," putus Dave seakan bisa membaca pikiran Flo.

"Beneran?" Flo takut bila dianggap terlalu banyak menghabiskan uang Dave, karena harga gaun tadi saja sudah benar-benar menguras dompet.

Retak (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang