24. Usaha Dave

4.5K 527 7
                                    

Aldi sebenernya orang yang baik, hanya saja dia takut bila Flo jatuh ke lubang yang sama. Namun jauh dari lubuk hatinya, Dave memang berbeda dengan Ronald. Dave jauh lebih gigih dalam membuktikan kesungguhannya. Melihat pria itu berusaha keras membudidayakan lele padahal tidak punya keahlian sama sekali, hatinya tersentuh.

"Pak Aldi." Dave yang baru sadar Papanya Flo ada di sana, berniat keluar dari kolam lele yang sedang dibuatnya.

"Lanjutkan saja," suruh Aldi.

Dave pun membatalkan niatnya yang hendak menyalami tangan Aldi. Ini memang baru jam enam, dan Dave sudah di sini sejak jam lima. Berbekal penerangan ponsel yang alakadarnya.

"Bagaimana?" tanya Aldi sembari berdiri memantau.

"Sepertinya hari ini sudah bisa dialiri air," jawab Dave.

"Kamu tau, Denis bahkan sudah menebar benih lelenya ke dalam kolam," beritahu Aldi.

Dave tersenyum. "Meski kalah cepat, saya yakin bisa menyusul di akhir nanti, Pak." Kembali dengan penuh percaya diri meyakinkan Aldi.

"Jangan sombong, Dave. Beternak lele tidak semudah itu," cibir Aldi. Meski sebenarnya dia kagum dengan keyakinan pria itu. Baginya laki-laki memang harus begitu, optimis dan berusaha keras meskipun tidak mampu.

"Dalam dunia persaingan, kita tidak boleh menyerah meski lawan sudah di depan, Pak." Dave kembali tersenyum.

Semoga rasa percaya diri kamu ini bisa terus tumbuh hingga akhir nanti. Saya penasaran. Setelah itu Aldi berpamitan pergi, karena dia pun harus melihat perkembangan usaha Denis.

Setelah sampai di kolam Denis, Aldi lihat pria itu sedang memberi pakan untuk benih lelenya. Tentu saja Denis tidak kesulitan dalam hal ini, karena memejamkan mata pun dia bisa beternak lele.

"Sepertinya lele-lele kamu hidup dengan baik, Denis."

Mendengar suara Aldi, Denis pun terkejut. Dia langsung menaruh pakan ke tanah, dan mencium tangan Aldi. "Suhu airnya stabil, Pak, itu sebabnya mereka sangat sehat," beritahu Denis.

Aldi mengangguk bangga. "Kamu memang ahli dalam hal ini, Bapak yakin kamu pemenangnya." Ditepuknya pundak Denis dengan bangga.

Wajah Denis pun semringah. Dia merasa sudah menang bahkan sebelum babak akhir. Yakin kalau Aldi pasti akan memilihnya.

"Ya sudah, Bapak mau pulang dulu." Aldi berpamitan.

"Pak Aldi, saya boleh ikut sarapan bersama?" tanya Denis tanpa rasa malu. Sarapan hanya alasan, yang sebenarnya dia ingin bertemu Flo.

"Boleh. Ayo pulang bersama." Aldi mengizinkan.

"Sebentar, Pak. Saya mau mencuci tangan dulu." Denis langsung pergi ke sumur, mencuci tangan dan kakinya hingga bersih.

Selama di perjalanan, Denis terus menceritakan apa saja yang akan dia lakukan untuk menghasilkan lele lebih baik. Bahkan melebihi yang dia lakukan pada kolam lele Aldi selama ini. Mendengar itu, Aldi teramat senang sekaligus memberi dukungan.

***

Flo sangat tidak bersemangat hari ini. Jujur saja semalaman dia tidak tidur memikirkan Dave. Sekarang pun masih sama, malah jauh lebih khawatir lagi.

"Flo, gosong!" pekik Naya sambil mematikan kompor. "Kamu bisa bikin rumah ini kebakaran, Flo."

Flo terkejut melihat wajah berasap dan telur ceploknya gosong. "Maaf, Ma. Biar Flo buat lagi." Dia pun terpaksa membuang telur itu, karena tidak akan bisa dimakan lagi.

"Sudah sini biar Mama aja, kamu kerjakan yang lain. Bereskan meja makan, Papamu pasti sudah dekat."

"Iya, Ma." Flo pun beralih ke meja makan. Dirapikannya seprei meja yang semula berantakan. Lalu menaruh segala yang dibutuhkan di atasnya.

Retak (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang