16. What is this?

9.8K 744 18
                                    

Tiga bulan kemudian ...

Dave benar, Flo tidak perlu melakukan apapun untuk membalas perbuatan Ronald dan Maggie. Pelan-pelan kedua pengkhianat itu mendapatkan balasan dengan sendirinya. Ronald terjerat kasus hukum, karena ketahuan korupsi dana investor. Rumah, mobil dan semua aset pribadinya dijadikan jaminan, bahkan perusahaannya pun berada di ambang kehancuran. Sementara Maggie diusir dari apartemennya dan entah di mana dia sekarang.

Flo berdiri di balkon kamar Dave, sedang menatap ke rumah mantan suaminya yang telah kosong. Tidak ada lagi kehidupan di sana. Semuanya gelap, sama seperti kehidupan pemiliknya.

"Andai kamu nggak mengkhianati aku, semuanya pasti akan tetap baik-baik aja sampai sekarang, Ron."

"Nyonya, ada kiriman dari Tuan Dave." Lina, bekas ART Ronald itu kini telah bekerja di rumah Dave.

"Kiriman?" Flo mengerutkan kening. Dia mendekati Lina yang tengah membawa sebuah kotak persegi empat, beserta bunga di atasnya. "Siapa yang mengirimnya?" tanyanya sembari menerima kotak dan bunga itu.

"Kurir dari kantor Tuan Dave, Nyonya. Kalau begitu saya permisi," pamit Lina.

"Makasih ya, Lin."

"Sama-sama, Nyonya." Lina pergi setelah itu.

Flo tampak sangat senang, dihirupnya aroma wangi dari bunga mawar putih sambil memejamkan mata. Dia masuk ke kamar dan duduk di tepi ranjang. Dibukanya kotak itu, berbagai macam kejutan ada di dalamnya. Dimulai dari sebuah card bertuliskan undangan makan malam, lengkap dengan denah lokasi. Lalu satu set perhiasan yang begitu indah, dan diakhiri sebuah gaun berwarna silver.

Tak lama setelah itu ponsel Flo berbunyi, Dave meneleponnya. Dia dengan cepat menerima panggilan itu, sambil menatap debar jantungnya yang menggila.

"Kamu sudah terima kejutannya?" tanya Dave secara langsung.

"Kamu apa-apaan sih, Dave? Aku nggak enak kalau selalu kamu kasih perhatian lebih kayak gini." Walau di dalam hati, Flo teramat senang.

"Itu bukan apa-apa, Flo. Kamu mau, kan, makan malam sama aku?"

"Aku harus memakai gaun dan perhiasan ini?"

"Sebenernya itu nggak wajib. Kalau kamu nggak suka dengan gaunnya dan perhiasannya terlalu kuno, jangan dipakai. Terpenting buat aku kamu mau dateng."

Flo tersenyum. "Ya udah, nanti aku kabarin kamu lagi." Berpura-pura tenang, padahal rasanya ingin lompat seperti anak kecil.

"Oke. Aku kerja dulu, ya."

"Iya."

Setelah Dave mematikan telepon, Flo benar-benar lompat di atas kasur. Dia merasa bahagia luar biasa. Diambilnya gaun itu dan menempelkan di tubuhnya, lalu berputat-putar bahagia. Merasa lelah, dia menjatuhkan tubuh di atas kasur dan menatap langit-langit kamar dengan binar di bola mata. "Kau sudah gila Flo," gumamnya.

Ting!

From Dave
Aku lupa bilang, kalau aku juga kirim Makeup Artist and Hair Stylist khusus buat kamu.

***

Mobil yang mengantarkan Flo berhenti di depan sebuah restoran mewah. Dia diperlakukan bak seorang bangsawan, dibukakan pintu mobil dan diantar ke tempat Dave telah menunggu. Tapi ada yang aneh dengan situasinya.

"Mbak, kenapa di sini sepi sekali?" tanya Flo lancang. Dia heran tidak ada satu pengunjung pun di restoran itu.

"Semua area resto sudah di-booking secara pribadi oleh Pak Dave, Bu."

Retak (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang