"Aku udah sampai, maaf baru kasih kamu kabar." Flo langsung menelepon Dave begitu ada kesempatan. Dia melihat banyak panggilan tidak terjawab di ponselnya, pria itu pasti cemas karena menunggu kabar darinya.
"Pesawat yang kamu tumpangi nggak nyasar dulu, kan, makanya kamu baru sampai?"
Flo tertawa geli. "Tadi aku ngobrol dulu sama Papa Mama. Mereka udah tau aku sama Ronald bercerai," beritahunya.
"Lalu mereka bilang apa?"
"Kaget sudah pasti, tapi akhirnya bisa ngerti kenapa aku ambil keputusan itu. Ya, walau aku tau mereka pasti sangat kecewa, Dave."
"Kasih mereka waktu. Orang tua manapun pasti tidak ingin rumah tangga anaknya berantakan."
Flo mengiyakan.
"Kamu udah kasih tau tentang kita?"
"Belum. Aku butuh sedikit waktu lagi, Dave. Mereka masih ..."
"Aku mengerti. Take your time, sweetie."
Flo tersenyum. "Kamu kangen nggak sama aku?" pancingnya.
"Kalau itu harusnya kamu nggak perlu nanya. Aku mau gila rasanya. Bolehkah aku menyusulmu sekarang juga?"
"Hei, kamu mau dipukul Papa?"
"Hahaha. Jangankan dipukul, aku siap bila diminta menikahimu."
"Jangan ngaco, ah." Flo mengulum senyum. "Papa nggak akan bisa menerima kamu secepat itu. Apalagi setelah aku dan Ronald bercerai, dia pasti lebih pemilih sekarang."
"Pesona seorang Dave akan sangat sulit ditolak, Flo. Aku sudah membuktikan itu padamu."
"Pede banget sih." Flo tersipu malu.
Tok. Tok. Tok.
"Flo, ayo makan dulu." Terdengar suara Naya di depan pintu.
"Dave, aku telepon lagi nanti."
"Aku masih kangen." Dave merengek.
"Nanti malam kita teleponan lagi, sampai pagi. Oke?"
"Bener, ya?"
"Iya."
"Ya udah. Jangan macam-macam di sana. Aku nggak mau denger kabar calon istriku direbut oleh pemuda desa."
Flo tertawa. "Memangnya siapa yang mau sama janda? Ada-ada aja kamu tuh."
"Jangan salah Flo, janda itu jauh lebih menggoda."
Wajah Flo kembali merona.
Tok. Tok. Tok.
"Flo, kamu sedang apa di dalam?"
"Dave, udah dulu. Mama panggil aku."
"Oke."
"I love you."
"I love you more."
Flo tersenyum dan mematikan sambungan telepon. Dia menaruh ponselnya itu ke atas meja, lalu membenahi diri dan membuka pintu.
"Lama banget Flo, Mama pikir kamu pingsan."
"Aku di kamar mandi tadi, Ma."
"Ya udah, makan dulu. Papa udah nungguin."
Keduanya pergi menuju ruang makan. Di meja, telah tersedia berbagai macam makanan sederhana, namun menggugah selera. Sudah lama Flo tidak makan makanan kampung, meski hanya lauk alakadarnya tapi bisa bikin nambah berulangkali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Retak (Tamat)
RomanceFlora Aldinaya, seorang istri yang merasa hidupnya sudah sangat sempurna. Hanya satu yang dia minta pada Tuhan, hadirnya seorang anak sebagai pelengkap kebahagiaan. Di tengah usahanya menghadirkan buah hati dalam pernikahan mereka, dia harus meneri...