22. Dave VS Denis

4.9K 593 19
                                    

Pagi ini Flo sangat bersemangat membantu Mamanya di dapur. Dia membuatkan Dave sarapan yang biasa dimakan oleh pria itu saat di Jakarta, omelet keju. Disajikannya sedemikian rupa di atas piring, sehingga terlihat sangat cantik.

"Itu apa, Flo?" Naya yang tidak pernah melihat makanan yang Flo buat pun bertanya.

"Ini omelet keju, Ma. Dave suka banget sarapan dengan ini. Mama mau dibikinin juga?"

"Mama bisa sakit perut makan keju pagi-pagi. Perut orang kaya emang beda ya." Naya terkekeh geli.

"Nggak ada hubungannya sama kaya atau miskin, Ma. Tapi tentang kebiasaan." Flo menjelaskan.

"Bener juga. Sejak kecil Mama udah terbiasa sarapan nasi goreng atau bubur ayam. Jadi sampai sekarang pun, kalau pagi bikinnya ya dua itu aja."

"Makanya Mama cobain ini, enak loh."

"Nggak usah. Kamu bikinin buat Dave aja. Papa kamu juga pasti nggak akan suka, nggak kenyang katanya."

Flo tertawa.

"Flo, sebaiknya kamu bangunkan Dave. Mumpung Papa kamu masih tidur," suruh Mamanya.

Flo melirik jam di dinding, jarum jam masih berada di angka lima. Terlalu pagi membangunkan pria yang sudah terbiasa bangun di jam setengah tujuh. Apalagi kalau hari libur, Dave biasanya baru bangun jam sembilan. "Sebentar lagi deh, Ma. Ini masih terlalu pagi," ujarnya.

"Makin pagi, makin bagus. Biar jadi nilai plus di mata Papa kamu. Nanti kalau Papa kamu bangun lebih dulu, pasti dia bakalan mikir Dave ini pemalas." Naya mendorong Flo agar bisa mengambil hati Papanya.

"Ya udah, Ma. Aku coba bangunin Dave dulu kalau gitu," ujar Flo sembari melepas celemek di tubuhnya.

Flo pun ke kamar Dave, awalnya mengetuk pintu tapi tidak ada sahutan. Dia masuk ke dalam dan melihat pria itu tengah tertidur pulas. Lebih dulu Flo duduk di tepi ranjang memandangi wajah tampan itu hingga puas, siapa yang tidak akan jatuh cinta dengan pria ini. Mustahil. Terutama dengan semua perhatian yang diberikannya.

Tiba-tiba saja mata Dave terbuka. Flo yang terkejut langsung berniat menjauh, tapi terlambat karena pria itu menangkap pergelangan tangannya. Tubuhnya oleng dan terguling di atas ranjang. Dave dengan cepat memeluknya dari belakang.

"Kamu datang ke sini pagi-pagi, mau menyerahkan diri sama aku?" tanya Dave dengan suara serak.

"Dave, lepasin ... Mama ada di dapur." Flo menggeliat. Wajahnya merona, degup jantungnya seperti suara petasan di pagi hari.

"Sebentar lagi." Dave mengeratkan pelukannya. "Aku masih kangen sama kamu, janji nggak lebih dari ini."

Flo pun diam. Tidak ada hal lain yang Dave lakukan selain memeluknya. Nafas pria itu terasa teratur di tengkuknya. Bisa Flo tebak kalau Dave sedang memejamkan mata saat ini. Tidak lama, Dave melepaskannya. Dia pun turun dari ranjang. Wajahnya sedikit merona diperlakukan seperti tadi.

"Kamu ngapain datang ke sini pagi-pagi?" tanya Dave tetap dengan posisinya berbaring. Dia beralih memeluk guling sebagai gantinya.

"Aku ke sini cuma mau kasih tau sama kamu, kalau sebaiknya kamu bangun lebih awal sebelum Papa."

Dave melirik jam di dinding. Flo pun refleks ikut melirik ke arah yang sama.

"Tapi kalau kamu masih ngantuk, nggak papa tidur lagi aja." Flo merasa tidak enak. "Aku mau lanjutin bikin sarapan, ya?"

Dave mengangguk.

Flo tersenyum dan keluar dari kamar itu.

***

Retak (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang