Dave mengundang Ronald untuk makan malam di rumahnya. Tentu saja Ronald membawa Flo, dan memang itu tujuannya. Jamuan mewah yang Dave hadirkan membuat Ronald tersanjung, dia merasa di atas angin, berpikir kalau Dave sangat men-support perusahaannya.
"Sepi sekali rumah ini Pak Dave, apa anda tidak mempekerjakan asisten rumah tangga?" tanya Ronald sambil mengedarkan pandangan ke sekitarnya.
"Saya lebih suka tinggal sendirian, Pak Ronald. Banyak privasi yang terkadang tidak perlu dibagi pada orang lain," jawab Dave.
Ronald mengangguk kagum. "Apa anda sudah berencana menikah?" tanyanya lebih pribadi. "Maksudku mungkin ada seorang wanita yang akan mengisi kekosongan di rumah ini, untuk berbagi privasi." Dia terkekeh.
Dave ikut tertawa. "Saya memang sedang menunggu seseorang, tapi dia selalu mengulur-ulur waktu. Entahlah, terkadang wanita itu sulit dimengerti. Dari caranya menatap, aku yakin dia juga menyukaiku. Tapi saat didekati, dia selalu saja menghindar." Mata Dave menatap lekat Flo saat berbicara seperti ini. Untungnya Ronald masih melihat-lihat interior rumahnya.
"Pasti wanita itu sangat cantik."
"Sangat cantik," puji Dave tetap tertuju pada Flo.
Flo terlihat gugup. Dia meremas tangannya di bawah meja, menutupi gemetar yang melanda. Jangan tanya bagaimana detak jantungnya saat ini, andai ruangan ini sunyi pasti siapapun bisa mendengarnya.
"Tidak seharusnya wanita itu membuat pria sempurna seperti anda menunggu, Pak Dave. Dia terlalu angkuh." Ronald masih belum menduga kalau wanita yang Dave maksud adalah istrinya sendiri.
"Dia sangat spesial, karena itu aku tidak menyerah. Dia pasti akan luluh suatu saat nanti."
"Sama seperti Flo, dia pun begitu spesial untukku," ucap Ronald dengan senyum bak malaikat.
Cih! Flo tidak terlihat senang, tapi demi tetap berpura-pura dia harus tersenyum.
"Anda memang sangat beruntung memiliki istri seperti Ibu Flo," puji Dave dengan berani.
"Hahaha. Semua juga bilang begitu."
Flo berdeham, membuat Ronald menoleh. Tenggorokannya terasa gatal, segelas minum pun tidak sanggup melegakan. Kenapa Dave harus bermain kata dengan Ronald, bagaimana bila suaminya itu curiga?
"Pak Ronald, bagaimana project yang sedang berjalan? Progress-nya sudah sampai mana?" Dave mengalihkan topik, tidak ingin Flo tersiksa.
"Sudah berjalan dua puluh persen Pak Dave. Semuanya lancar berkat bantuan anda, saya sangat berterima kasih."
"Saya sudah tidak sabar ingin melihat hasilnya, project ini pasti akan luar biasa."
Ronald tertawa dan mengangguk.
Flo tersentak saat merasakan ada yang menyentuh betisnya. Dia menoleh pada Ronald, suaminya itu tidak terlihat sebagai pelakunya. Saat menoleh Dave, senyum jahilnya menjawab perbuatan siapa itu. Flo langsung menarik kakinya ke dalam kursi. Senyum Dave yang kian menyebalkan.
"Pak Dave, saya bisa meminjam toilet?" tanya Ronald setelah selesai makan.
"Silakan, Pak Ronald. Toilet terdekat ada di dapur."
"Sayang, sebentar ya." Ronald menuju toilet yang Dave maksud.
Flo tersenyum dan mengangguk.
Waktu yang hanya sebentar ini Dave manfaatkan sebaik mungkin. "Kamu sangat cantik malam ini. Boleh aku berpikir kalau kamu sengaja berdandan khusus untukku?" tanyanya dengan tatapan lekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Retak (Tamat)
RomanceFlora Aldinaya, seorang istri yang merasa hidupnya sudah sangat sempurna. Hanya satu yang dia minta pada Tuhan, hadirnya seorang anak sebagai pelengkap kebahagiaan. Di tengah usahanya menghadirkan buah hati dalam pernikahan mereka, dia harus meneri...