Flo benar-benar lesu hari ini, mendapat tamparan berupa menstruasi adalah pukulan yang paling menyakitkan untuk seorang wanita yang sedang berharap hamil seperti dirinya. Meski hubungan seksualnya dengan Ronald tidaklah berkualitas, tapi dia tetap berharap benih itu tumbuh.
"Maaf Bu Flo, kemungkinan anda untuk hamil sangatlah kecil. Sperma suami anda sepertinya mengalami penurunan kualitas. Apa mungkin kalian terlalu sering melakukan hubungan intim, sehingga sperma suami anda menjadi lebih encer dari yang seharusnya?"
Flo diam-diam datang ke dokter spesialis untuk memeriksa keadaannya. Dia ingin tahu penyebabnya belum hamil juga. "Kami bahkan sangat jarang berhubungan intim, dok. Kalau dihitung, bisa aja cuma satu kali dalam sebulan atau bahkan lebih."
Dokter Agnes sepertinya bingung. "Apa mungkin Pak Ronald sering masturbasi, Bu?"
Flo menatap sang dokter heran. "Buat apa dia masturbasi, dok? Saya nggak pernah menolak bila dia mau. Malah, dia yang sering menolak saya. Saya juga sudah beberapa kali mengajaknya untuk berhubungan, tapi sepertinya dia nggak pernah bernafsu."
Dari ekspresi wajah dokter Agnes, Flo mencurigai sesuatu.
"Ibu, coba bujuk Pak Ronald untuk datang ke sini. Kita bisa melakukan cek lanjutan agar mengetahui masalahnya di mana."
"Dia nggak mau, dok. Katanya malu dan dia merasa sehat."
Dokter Agnes mengesah panjang, lalu tersenyum datar. Dia meresepkan sesuatu di kertas putih. "Ini obat untuk memperbaiki kualitas sperma. Usahakan suami Ibu mengkonsumsi makanan yang sehat."
"Apa ini membantu, dok?"
"Saya tidak bisa menjanjikan apapun, selama suami Ibu tidak ikut diperiksa."
Flo tersenyum pasrah. Dia mengambil resep obat itu dan berdiri. "Terima kasih, dok." Bersalaman, lalu pergi.
"Bu Flo," panggil dokter Agnes.
Flo yang baru saja akan keluar pun berbalik. "Ya, dok?"
"Coba untuk mencaritahu apa aktivitas suami anda sehari-hari," ujar dokter Agnes tanpa menjelaskan maksudnya.
Flo hanya tersenyum dan keluar dari ruangan itu. Apa maksudnya Ronald ada main dengan wanita lain?
Rasanya tidak mungkin. Flo tidak akan percaya semudah itu. Selama ini tidak ada yang salah dengan hubungan mereka. Bahkan ribut kecil pun jarang. Ronald sangat perhatian, sampai-sampai semua orang ingin menggantikan posisinya karena iri.
Flo mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang.
***
Flo akhirnya tidak sanggup menyiksa otaknya sendirian. Dia butuh pelampiasan mengeluarkan keresahan yang ada di kepala. Bila sudah seperti ini, satu-satunya orang yang akan dia cari adalah sahabatnya, Maggie.
"Aku rasa, dokter itu berlebihan deh. Kamu nggak mungkin percaya gitu aja Ronald ada main sama cewek lain, kan?" tanya Maggie setelah semua cerita yang Flo beberkan.
Flo menggeleng. "Aku percaya Ronald sepenuhnya, Meg. Dia bekerja keras untuk rumah tangga kami."
"Nah, terus apa yang bikin kamu ragu? Dia cuma lagi capek, makanya kurang bernafsu buat melakukan itu."
"Tapi masa sih dia tahan nggak minta itu ke aku sama sekali?" Flo bertanya dengan serius.
Maggie belum menjawabnya.
"Apa jangan-jangan aku udah nggak menarik? Menurutmu apa penampilanku mulai membosankan?" Flo sekali lagi membutuhkan pendapat.
Maggie terbahak. "Mana mungkin dia mikir kamu nggak menarik, pasti bukan karena itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Retak (Tamat)
RomansFlora Aldinaya, seorang istri yang merasa hidupnya sudah sangat sempurna. Hanya satu yang dia minta pada Tuhan, hadirnya seorang anak sebagai pelengkap kebahagiaan. Di tengah usahanya menghadirkan buah hati dalam pernikahan mereka, dia harus meneri...