21. Berjuang demi Restu

5.3K 567 10
                                    

"Perkenalkan saya Dave, Pak. Saya ke sini berniat melamar Putri Bapak yang bernama Flo."

Aldi refleks menoleh pada Flo, tersirat amarah terpendam dari tatapannya itu. Kaget, bingung, dan berbagai macam perasaan lainnya. "Siapa dia, Flo?" tanyanya sangat datar.

Flo melirik Dave, pria itu sangatlah santai setelah membuat kehebohan ini. Dia meneguk salivanya membasahi tenggorokan yang terasa kering.

"Jawab Papa, Flo!" sergah Aldi.

"Pak ..."

"Diam, beluk waktunya kamu bicara. Saya sedang bertanya pada Putri saya," tunjuk Aldi pada Dave.

"Pa, saat Flo dikhianati oleh Ronald, Dave satu-satunya orang yang membantu saat itu. Berkat Dave, Flo bisa bertahan dan baik-baik aja. Dave banyak berjasa dalam hidup Flo, Pa." Flo berterus terang.

Aldi lantas menoleh pada Dave.

"Saya mencintai Flo, Pak." Dave mengatakannya tanpa rasa takut.

Flo tersenyum mendengar itu.

"Flo sudah saya jodohkan dengan laki-laki lain, kami sebaiknya pulang." Aldi terus terang. Tidak peduli Dave akan sakit hati atas sikapnya itu.

"Saya nggak akan pulang sebelum mendapatkan restu dari Bapak dan Ibu." Dave bertekad.

"Saya nggak akan pernah restuin kamu!" sergah Aldi lantang.

"Saya akan berusaha membuat Pak Aldi berubah pikiran," balas Dave tak mau kalah. "Kasih saya kesempatan untuk membuktikan kalau saya layak menjadi menantu Pak Aldi. Sekalipun harus bersaing dengan laki-laki itu, saya sangat siap."

Flo benar-benar kagum pada kegigihan Dave menghadapi Papanya. Tatapannya begitu dalam hingga lupa diri kalau saat ini Aldi sedang memandangnya.

Aldi berdeham kesal. "Kamu terlalu percaya diri, karena mungkin berpikir saya akan buta dengan kekayaan yang kamu punya. Jangan salah, bukan harta yang menjadi standar saya memilih calon suami untuk Flo."

Dave tersenyum. "Saya pun nggak berniat menawarkan apapun pada Pak Aldi, karena sejak saya mencintai Flo semuanya telah menjadi miliknya."

Aldi mulai kehabisan akal. Dia gelisah. "Kamu pasti kalah," ucapnya percaya diri.

"Bapak tenang aja, sebagai seorang pengusaha saya sudah terbiasa mendapatkan tantangan. Saya nggak akan menyerah sampai menang."

Aldi lantas berdiri, sudah tidak punya kalimat yang bisa diucapkan untuk melawan Dave lagi. Dia memilih masuk ke kamar, sembari berpikir apa yang akan dilakukan selanjutnya.

"Nak Dave, maafkan Papanya Flo. Dia memang sedikit keras," ucap Naya, merasa tidak enak karena Dave seorang tamu.

"Nggak apa-apa, Bu. Malah saya seneng, itu berarti Flo mempunyai orang tua yang sangat peduli pada kebahagiaannya. Saya sangat mengerti kenapa Pak Aldi berbuat demikian," balas Dave dengan sopan.

Naya tersenyum, sepertinya dia mulai menyukai sosok Dave yang bijaksana. Sangat tenang dan tidak ambisius. "Kalau begitu Nak Dave santai dulu di sini, Ibu mau bicara sama Bapak di dalem," pamitnya. Selain ingin bicara pada suaminya, dia pun mengerti kalau keduanya membutuhkan privasi.

"Terima kasih, Bu." Dave berdiri.

Naya tersenyum dan pergi.

Dave duduk kembali, dia menatap Flo yang sejak tadi tidak berpaling. Wanita itu terlihat lebih kurus, tapi tetap cantik.

"Kamu bener-bener nekat," keluh Flo. Mulutnya sudah gatal ingin memarahi Dave saat ini.

"Tolong tunda dulu kalau kamu berniat marah-marah. Aku masih capek. Perjalanan ke sini nggak mudah, apalagi cuma mengandalkan ingatan saat kamu menyebutkan tempat ini." Dave berpura-pura memelas agar Flo tidak memarahinya.

Retak (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang