Flo akhirnya siap menghadapi Ronald dan Maggie. Hari ini dia memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Seperti yang Ronald minta, dia menghubungi suaminya itu lebih dulu agar skandal tidak cepat-cepat ketahuan. Dia pun masih ingin bermain-main dengan kedua pengkhianat itu.
"Kamu harus hati-hati," ujar Dave pada Flo yang masih di mobilnya. Hari ini dia mengantar wanita itu ke Bandara, agar terkesan Flo memang baru kembali dari rumah orang tuanya.
"Terima kasih untuk semuanya, Dave. Aku berhutang banyak sama kamu." Flo menatap Dave lekat. Aneh rasanya dia merasa enggan berpisah, padahal jarak rumah mereka hanya beberapa langkah. Kebersamaan selama ini telah menciptakan ruang khusus di hatinya, yang tanpa sadar semakin membesar menggeser posisi Ronald.
"Kamu nggak usah pikirin itu, aku tulus bantuin kamu. Kalaupun mau dibalas, cukup dengan jaga diri kamu baik-baik."
Flo tidak bisa mengalihkan matanya dari Dave. Wajah pria itu mendekat, dia sadar apa yang akan terjadi setelah ini. Tak ingin terlalu larut dalam euforia kenyamanan, Flo memalingkan wajah. Dave pun menjauh kembali. "Sorry ..." lirih Flo sembari meremas tangannya.
Dave tersenyum. "Aku tau ini terlalu cepat, Flo. Tapi kamu harus ingat kalau aku akan menunggu sampai kamu siap. Gunakan waktu kamu untuk berpikir, aku nggak akan memaksa."
Flo tersenyum salah tingkah. "Terima kasih," ucapnya lagi. Dia pun membuka pintu mobil dan keluar.
Dave juga keluar, membuka bagasi belakang untuk mengeluarkan koper Flo.
Flo menarik kopernya dan mulai berjalan meninggalkan Dave. Rasanya dia ingin menoleh ke belakang, tapi bila melakukannya maka pertahannya selama ini akan goyah. Flo tidak ingin melakukan hal yang sama seperti Ronald.
Sampai akhirnya Dave pergi bersama mobilnya, dia tidak bisa berlama-lama di sana. Barulah Flo menoleh dan posisi mobil Dave tadi telah diganti oleh mobil lain.
Flo menarik kopernya menuju pintu keluar. Dia menyalakan ponsel dan menghubungi Ronald.
"Halo sayang."
Don't call me sayang, Brengsek! "Aku udah sampai, kamu di mana?" tanyanya berusaha tenang.
"Kebetulan sekali aku hampir sampai. Oh iya, aku bersama Maggie. Dia bilang ingin ikut menjemputmu."
Tentu saja kau bersama Maggie. Kalian tinggal bersama saat aku nggak ada. "Oh, wow, aku senang sekali. Cepatlah datang, aku merindukan kalian."
"Okay."
Flo mematikan telepon, duduk dengan tangan begitu kuat meremas ponsel. Dia harus menunggu pasangan pengkhianat itu dengan sikap yang tetap tenang. Bagaimanapun, mereka harus mendapatkan balasannya.
***
Pasangan berselingkuh yang Flo tunggu akhirnya datang. Wajah mereka terlihat bahagia saat menyapanya, pintar sekali menyembunyikan kebusukan. Bila keduanya sangat ahli dalam berakting, maka Flo tidak boleh kalah.
"Aku merindukanmu, Meg!" Pelukan Flo lebih dulu mendarat pada Maggie. Dia tersenyum, namun berubah datar saat wajahnya membelakangi semua orang. Lalu kembali tersenyum setelah melepas pelukan. "Aku membawakan oleh-oleh untukmu."
"Oh ya? Kenapa harus repot-repot!" Maggie masih sama seperti dulu, selalu antusias bila dibawakan oleh-oleh.
"Kapan aku pernah merasa direpotkan, Meg. Kamu itu sahabat baikku, jangankan hanya oleh-oleh, meminta Ronald saja akan kuberi."
Seketika hening. Ronald dan Maggie saling pandang dengan ekspresi aneh. Tapi kemudian terdengar tawa garing dari keduanya. "Kamu pasti bercanda," kekeh Maggie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Retak (Tamat)
RomanceFlora Aldinaya, seorang istri yang merasa hidupnya sudah sangat sempurna. Hanya satu yang dia minta pada Tuhan, hadirnya seorang anak sebagai pelengkap kebahagiaan. Di tengah usahanya menghadirkan buah hati dalam pernikahan mereka, dia harus meneri...