3. Tergila-gila Padamu

7.8K 644 7
                                    

Malam ini, Ronald mengadakan sebuah pesta untuk merayakan kerjasama yang baru saja terjalin antara perusahaanya dengan perusahaan Dave. Kebahagiaan ini Ronald bagikan lantaran dia mendapat bentuk investasi yang sangat besar dari Dave, tetangga mereka itu.

"Kamu sampe adain pesta buat dia, apa ini nggak berlebihan?" tanya Flo tak habis pikir.

"Honey, apa yang berlebihan? Malah aku pikir ini terlalu sederhana," balas Ronald.

"Kamu nggak pernah kayak gini, Ron."

Ronald memegang pundak Flo dengan tegas. "Dengarkan, aku melakukan ini agar Pak Dave senang. Kamu tau berapa nilai investasi yang dia berikan ke perusahaan kita? Aku bahkan susah menyebutkan angkanya." Dari cara bicaranya, Ronald jelas menganggap Dave sebagai hero.

Flo masih tidak mengerti kenapa Dave sampai mau berinvestasi pada perusahaan Ronald yang berada di ambang kehancuran. Harusnya Ronald pun curiga, tapi uang membutakan suaminya itu.

"Flo, perusahaan kita akan berjaya kembali seperti dulu. Kita nggak akan mengalami krisis keuangan seperti yang aku takutkan akhir-akhir ini."

Flo terpaksa tersenyum menghargai kebahagiaan Ronald itu.

"Kamu cepat bersiap, pakai gaun yang cantik dan berdandanlah." Ronald menepuk bokong Flo.

"Apa pentingnya aku di sana?" tanya Flo tidak bersemangat.

"Kamu sangat penting, Flo. Orang-orang harus tau siapa wanita yang berdiri di balik kesuksesan suaminya ini."

Mendengar itu hati Flo pun terasa hangat. Dia mencium bibir Ronald. "Aku akan bersiap, kamu duluan aja."

"Aku tunggu di bawah ya," Ronald tersenyum dan mengusap rambut Flo yang masih lembab.

Flo tersenyum.

Setelah suaminya pergi, Flo memulai perisapan. Dia mengeringkan rambut, lalu membuatnya ikal di bagian bawah. Setelah itu wajahnya dipoles dengan make up cukup tebal, warna merah dia gunakan untuk membingkai bibirnya yang penuh.

Senada dengan warna bibirnya, Flo memilih gaun di dalam lemari yang merupakan hadiah dari Ronald di hari ulang tahunnya waktu itu. Gaun ini sama sekali belum pernah dipakai, karena tidak pernah ada momen yang tepat untuk mengenakannya.

"Perfect!" Flo memuji dirinya sendiri di balik pantulan cermin.

"Very beautiful," puji seseorang dari balik pintu kamar yang terbuka.

Flo terkejut bukan main melihat Dave ada di sana. "Siapa yang izinin kamu ke sini?" tanyanya marah.

"Sorry, aku cari toilet. Kebetulan di bawah sedang dipakai, jadi Pak Ronald menyuruhku naik ke lantai dua." Dave beralibi.

"Kamu pikir aku bodoh? Rumah kita punya bentuk ruang yang sama, kamu pasti tahu di mana letak toilet dan nggak perlu sampai ke sini," desis Flo.

Dave tersenyum. "Kamu emang pinter. Sejujurnya, aku emang sengaja lewat sini, penasaran kenapa wanita yang sangat cantik ini belum juga muncul di pesta."

"Jangan kurang ajar Pak Dave, anda tahu saya sudah bersuami!" sentak Flo tidak terima.

"Santai Bu Flora, saya tidak bermaksud apa-apa. Hanya mengagumi, apa itu salah?"

"Anda mengagumi orang yang salah." Flo berniat pergi dari sana, tapi Dave malah menahan pergelangan tangannya.

"Aku penasaran kenapa malam itu kamu terlihat sangat kesepian, apa suamimu nggak pernah memberikan kepuasan?"

"Jaga mulut anda!" Flo menepis tangannya dan langsung melangkah pergi.

Dave terkekeh.

***

Retak (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang