2. Tetangga Baru

8.1K 670 24
                                    

Happy reading^^

***

Flo menatap ke arah jarum jam, sudah pukul dua belas malam tapi Ronald belum juga pulang. Padahal dia sudah menunggu tanggal baik ini untuk mewujudkan mimpinya menjadi seorang Ibu, tapi Ronald selalu punya cara menggagalkan itu setiap bulannya.

"Kamu sengaja ya, Ron?" tanyanya pada foto Ronald yang tertempel di dinding. Dia rasanya begitu kesepian, nyaris setiap malam sang suami pulang larut. Sekalinya ada di rumah, pasti sibuk di ruangan kerja.

Biasanya, wanita yang sedang ada di tanggal subur akan menjadi lebih bernafsu dibanding hari-hari biasa. Hal ini pun terjadi pada Flo, di mana sejak pagi ada rasa yang benar-benar mengganggu di bagian bawah tubuhnya. Apalagi saat tadi membaca novel yang terselip adegan erotis di dalamnya, Flo sampai basah. Tapi demi menjaga staminanya untuk sang suami, dia menahan diri.

"Percuma," lirih Flo sambil turun dari ranjang. Dia berjalan ke lemari, lalu mengambil kunci di bawah tumpukan baju. Dibukanya laci kecil yang ada di dalam situ, lalu mengeluarkan sesuatu yang terbungkus kain putih.

Flo kembali ke ranjangnya. Dia duduk bersandar dan mengeluarkan benda yang berbentuk panjang itu. Namanya dildo, alat bantu di saat Flo sudah tidak bisa menahan gejolak hasratnya. Dia menekan tombol kecil pada benda itu dan terdengar suara bergetar yang cukup kencang.

Flo mengarahkan ujung lancip dari dildo ke dadanya, efek getarnya mampu mengalihkan pikiran kecewanya tadi ke hal-hal yang lebih menyenangkan. Dia memejamkan mata menikmati sensasi dari getaran lembutnya.

Setelah dirasa cukup bermain-main, Flo mengarahkan dildo ke inti gairahnya yang sudah mulai basah. Dia tempelkan tepat di permukaan kewanitaannya. Dalam sekejap, Flo melenguh merasakan sensasi nikmat dari getaran yang bermain di bawah sana. Mata Flo mulai terpejam dan dia sangat puas malam ini.

"Ahhhh." Flo melenguh saat begitu mudahnya mencapai kilmaks. Bila boleh berkata jujur, dia jauh lebih suka dengan permainan benda ini dibanding suaminya sendiri. Entah kenapa saat bercinta dengan Ron, Flo tidak pernah bisa mencapai klimaks. Suaminya itu terlalu tergesa-gesa dan tidak tahu di mana letak spot gairahnya.

Tapi bila ingin hamil, Flo tentu harus bercinta dengan suaminya, sekalipun dia tidak merasakan sesuatu senikmat ini.

Flo membuka matanya dan mematikan dildo itu. Rasa puasnya tiba-tiba saja berganti kekagetan luar biasa saat melihat penghuni rumah sebelah sedang tersenyum geli ke arahnya.

Oh, my God!

Flo lupa menutup tirai kaca besar yang persis bersebelahan dengan kamar dari rumah tetangganya. Kebetulan, rumah ini dan rumah tetangganya itu memiliki ruang yang sama persis bentuknya. Sama-sama memiliki kaca super besar dan berhadapan. Lalu jarak balkon di kamar mereka itu sangatlah dekat, hanya membutuhkan satu lompatan kecil untuk saling berkunjung.

Sebelum rasa malunya bertambah besar, Flo buru-buru turun dari ranjang dan menutup tirai. Dia menoleh ke ranjangnya, tidak mungkin pria itu tidak melihat apa yang tadi dilakukannya. Kondisi kamar terang benderang dan Flo melakukannya persis menghadap kaca itu. Dada Flo bergemuruh, antara malu dan marah.

Senyum menyebalkan dari pria tadi terus menghantui kepala Flo, sampai dia tidak bisa tidur. Dia benar-benar lupa kalau sekarang rumah itu sudah tidak kosong lagi.

Damn!

***

"Honey, tolong maafkan aku. Sungguh, aku mau pulang cepet tadi malam. Tapi pekerjaanku sangat banyak, sampai aku ketiduran di ruanganku dan ..." Ronald terus mengikuti langkah Flo yang sejak kepulangannya tadi selalu diabaikan oleh istrinya itu.

Flo diam saja. Dia sangat kecewa, tentu saja. Sang suami membuatnya menunggu, sampai akhirnya dia harus melakukan hal memalukan yang dipergoki oleh tetangganya. Kenyataan yang membuatnya makin sulit memaafkan Ronald.

"Aku akan menebusnya malam ini, oke? Jadi, jangan marah lagi. Ini sabtu, kita punya banyak waktu menghabiskan tanggal baik itu." Ronald kembali merayu.

Flo mendesah, pada akhirnya dia akan tetap runtuh dengan rengekan Ronald yang pintar. "Kenapa tidur di kantor? Kamu bisa pulang kalau udah nggak ada kerjaan," protesnya.

"Aku ketiduran sayang, bukannya sengaja. Aku memang berencana pulang, tapi kepalaku sakit dan tiba-tiba saja ketiduran." Alasan Ronald ini sedikit masuk akal untuk ukuran orang yang sedang lembur dan kelelahan.

"Kamu udah makan?" Flo mengalihkan topik pembicaraan agar hatinya lebih lapang.

"Belum. Aku sangat lapar," Ronald memeluk sang istri dan ingin bermanja.

"Ya udah, sarapan dulu kalau gitu. Abis itu kamu mandi, karena bau kamu bener-bener nggak enak." Flo hanya bercanda, wangi Ronald masih sama seperti saat dia pergi kemarin pagi.

"Kamu memaafkanku?" tanya Ronald dengan senyum bahagia.

"Hanya kali ini."

"Terima kasih, Honey. Aku berjanji nggak akan melakukan ini lagi." Ronald pun terlihat lega karena dimaafkan. Dia duduk manis di kursi makan, dilayani oleh sang istri dengan sangat baik.

"Permisi Tuan, di luar ada tetangga baru kita yang katanya ingin bertemu Tuan dan Nyonya," beritahu Bik Marta.

"Tetangga baru?" Kening Ronald berkerut.

"Iya Tuan, tetangga sebelah rumah yang baru pindah kemarin."

Jantung Flo sontak berdetak tidak karuan. Dia ingat kejadian semalam, di mana pria itu menyaksikan apa yang dia lakukan dan itu sangat memalukan. "Suruh pergi aja, Bik, bilang kami sibuk."

"Eh, nggak boleh gitu. Dia berniat baik datang ke sini menyapa kita, kenapa harus diusir? Aku dengar, dia pemilik perusahaan besar, siapa tau bisa menjadi peluang baik untuk perusahaanku." Ronald melupakan sarapannya dan berdiri.

Flo sangat kesal saat Ronald selalu menilai segalanya lewat keuntungan. Dia meremas tangannya yang terasa gemetar saat melangkah keluar dari ruang makan untuk menemui tetangganya itu.

***

"Hahaha. Anda bisa saja Pak Dave, saya benar-benar tersanjung." Ronald tidak bisa berhenti tertawa.

Dave, tetangga baru itu memiliki mulut yang sangat manis. Setiap ucapannya terdengar merdu di telinga, memuji apa yang Ronald ceritakan. Flo sendiri tidak sebodoh Ronald, dia tahu persis kalau pujian-pujian itu palsu. Berulang kali Dave meliriknya, membuat detak jantungnya semakin menggila.

"Bagaimana dengan anda, Pak Dave? Bisnis apa yang sedang anda jalankan saat ini?" tanya Ronald antusias.

"Kebetulan saya sangat suka berbisnis saham, Pak Ronald."

"Waw, luar biasa." Ronald terlihat semakin berbinar. Kebetulan sekali, saat ini perusahaannya sedang membutuhkan bantuan investor, Dave seperti lampu yang menerangi gelapnya.

"Saya sangat suka menanamkan modal pada perusahaan perusahaan yang berpotensi memberikan keuntungan besar," tambah Dave.

"Bagaimana kalau kita atur waktu untuk membicarakan kerjasama? Saya kebetulan memiliki perusahaan yang berpotensi untuk anda," sergah Ronald langsung.

"Boleh. Saya bisa ke kantor Pak Ronald untuk membicarakan itu dan melihat potensinya."

Tawa Ronald dan Dave pun terdengar bagai bentuk kerjasama virtual yang tampaknya akan terjalin dengan mulus.

Flo tak sengaja melirik Dave, lagi-lagi pria itu melempar sebuah senyum yang menurutnya sedang mengejek. Merasa sangat malu, Flo pun bergegas pamit dari sana.

***

Ada 2 cara buat kalian yang mau baca cerita ini sampai tamat dengan cepat:

1. Baca di Aplikasi KBM dengan akun Shantymilan

2. Beli ebooknya di nomor WA 081377733341 (Juga ada judul lain seperti Roommate, Secret and the Boss, Mantan Rasa Pacar Full, DLL)

Atau

Tetep bisa nungguin update di Wattpad 1x seminggu, All your choices.

Retak (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang