Keesokan harinya lebih tepatnya saat jam istirahar, Devano memutuskan ke tempat dimana Aisyah berada. Dia tidak menerima jika gadisnya di sakitin. Walaupun dirinya mengetahui kalau Dafina sering menindas orang, tapi dirinya juga tahu kenapa gadisnya itu melakukannya. Tidak bakal ada api jika tidak ada minyak benar bukan begitu?
Dan saat ini seorang Devano sedang berdiri di dekat Aisyah. Devano menarik Aisyah untuk berdiri di hadapannya yang membuat semua mata tertuju kepada mereka berdua.
"Ada apa ya?" tanya Aisyah menatap Devano.
"Lo Aisyah Aqila?" Devano tidak menjawab pertanyaan Aisyah melainkan bertanya balik.
"Iya benar, gue sendiri. Ada apa ya, Devano?"
"Bagus deh lo udah tau siapa gue jadi gw gak usah kenalin diri lagi." Devano menatap Aisyah dengan dingin. "Jadi lo udah tau maksud gue datang ke sini?"
Aisyah menyatukan kedua alisnya, ia masih belum paham maksud kedatangan Devano ke sini—kehadapannya.
"Lo mau ngakuin apa yang lo perbuat atau gue hancurin lo berkeping-keping?" Devano memberi dua pilihan.
"Maksudnya apa ya? Apa yang udah gue perbuat? Untuk apa gue ngakuin yang gue gak tau sebenarnya apa yang terjadi?"
"Gak usah pura-pura polos. Gak usah seperti orang yang tidak melakukan apa pun," sengit Devano.
"Tapi memang benar gue gak tau apa-apa, Dev. Gue gak tau apa yang lo bicarakan," ucap Aisyah.
"GUE BILANG JANGAN SOK POLOS! JANGAN BERPURA-PURA ADA DI PIHAK YANG TERSAKITI PADAHAL SEBENARNYA ADA DI PIHAK YANG MENYAKITI!" bentak Devano dengan nada tinggi yang membuat mereka di sana pada ciut saat melihat Devano seperti itu.
Aisyah yang tidak pernah dibentak dan sekarang dibentak oleh Devano seketika cairan bening keluar dari kedua matanya.
"Gue cuma minta lo MENGAKUI APA YANG TELAH LO PERBUAT KE DAFINA, QUEENLA, AUEENLA, ALEA, HAULEE!" seru Devano dengan nada membantah.
"Mengakui apa? Apa yang harus gue akuin?" Aisyah masih belum mengerti apa yang Devano maksud. Sungguh dirinya harus mengakui apa.
El, Al, Aldo, Ghazali langsung datang ke kantin saat mendapat kabar kalau Devano menemui Aisyah dengan emosi. Dan benar saja saat mereka sampai di sana, suasa hening dan menenggangkan dan mereka melihat Devank sedang mencengkram kedua rahang Aisyah dengan keras.
"Dev, tenang. Calm down men!" Ghazali menepuk pundak Devano untuk menenangkan sahabatnya itu.
"Iya Dev, lo harus tenang. Ingat ini sekolah," kata Al.
"Terus bedanya sekolah sama gak apa? Gue cuma minta dia untuk mengakui kesalahannya," ucap Devano yang masih mencengkram Aisyah.
"Dev, kasian Aisyah. Lo cengkram dia terlalu keras. Aisyah itu cewek men," ucap El saat melihat Aisyah menangis.
"JADI KALIAN NGEBELAIN AISYAH?!" ucap Devano dengan nada keras.
"Bukan begitu maksud kita, Dev. Tapi mencengkram dia terlalu keras sementara Aisyah itu perempuan," jelas Aldo.
"Memangnya kenapa kalau Aisyah perempuan?! Dia aja berani menyakiti gadis gue dan kawan-kawannya sementara mereka sesama kaum perempuan."
"Me-menyakiti? M-mmaksudnya?" tanya Aisyah terbata-bata.
"Lo kemarin menyiksa Queenla, Aueenla, Alea, dan Haulee di toilet perempuan. Dan di sana ada pisau yang dan lo mau menancamkan pisau itu ke mereka bukan?! Tapi sayangnya Dafina datang dan berdiri di depan lo untuk menyelamatkan teman-temannya, yang berujung dia yang kena pisau lo!" ucap Devano yang membuat semua orang di sana kaget apa yang diucap Devano kecuali Aldo, Al, El, Ghazali.
"Gak Dev, gue gak ngelakuin itu hiks. Lo salah ngira yang sebenarnya terjadi itu—" ucapan Aisyah terpotong dengan suara dari pintu masuk kantin.
"Sayang."
Semua perhatian langsung tertuju ke arah pintu yang dimana ada Dafina dan kawan-kawannya. Mereka berjalan memasuki kantin.
"Udah sayang biarkan saja, jangan menyakiti Aisyah," ucap Dafina sambil memeluk Devano dari samping.
"Tapi dia udah ngebuat kamu terluka by."
Dafina melepaskan pelukannya dan beralih berdiri di hadapan cowok itu.
"Demi aku, Dev," ucap Dafina dengan senyuman.
Mereka semua sekali lagi tercengang saat melihat Devano melepaskan cengkramannya ke Aisyah saat Dafina yang memintanya.
"Terima kasih babe." Dafina memeluk Devano dan Devano membalas pelukannya.
________________
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR ME ✓
Novela Juvenil"Takdir itu di kejar bukan takdir yang mengejar kita." Setiap orang mempunyai cita-cita, keinginan, dan keharapan bukan? Tetapi apakah salah jika memiliki keinginan dan cita-cita yang luar biasa? Bisa dibilang susah di raih. Apakah menginginkan sepe...