PART 26

7 2 0
                                    

Dafina menatap ke arah perempuan yang berada di samping dirinya. Raut wajah perempuan itu terlihat gelisah, seolah-olah ada suatu hal yang terjadi pada dirinya. Bahkan selama jam pembelajaran tadi, perempuan itu tidak fokus sama sekali yang dijelaskan oleh Mrs. Valentine.

Dafina memutuskan untuk mendatangi perempuan itu. Ia harus mencari tahu ada apa dengan perempuan itu. Apakah dia butuh tempat curhat atau tidak.

"Ngelamun lagi? Ada apa?"

Perempuan yang sedari tadi sedang melamun seketika terkejut dengan pertanyaan yang diberikan oleh Dafina. Perempuan itu seperti tidak ada semangatnya, jauh berbeda dengan hari-hari sebelumnya.

"Lo lagi mikirin apa? Apa ada masalah?" Dafina bertanya lagi kepada perempuan itu.

"Eh? Gak ada apa-apa kok."

Dafina menatap ke perempuan itu dengan tatapan tidak suka. Ia tahu saat ini perempuan itu sedang berbohong padanya. Bahkan Dafina tahu ia sedang berakting seolah-olah tidak terjadi apa pun.

"Jangan bohong sama gue! Lo boleh cerita sama gue kok. Anggap aja gue sahabat atau keluarga lo," ucap Dafina dengan tulus.

Dafina tahu bahwa perempuan ini sangat membutuhkan sebuah pelukan. Maka dari itu Dafina langsung memeluk perempuan itu dan mengusap pundaknya.

"Apa pun masalah yang sedang lo hadapi itu adalah cobaan dari Tuhan. Dan lo harus yakin bahwa semua cobaan pasti ada jalan keluarnya. Seterah lo mau cerita sama gue apa gak masalah lo. Tapi kalau lo cerita sama gue, gue bakal sangat berterimakasih karena lo mau membagi rasa sakit lo ke gue." Ucap Dafina tanpa ia sadari bahwa sebuah air mata keluar dari matanya.

"Gue lagi mikirin tentang kehidupan gue dan keluarga gue."

"Maksud lo?"

"Gue bingung bagaimana gue ngebiayain hidup keluarga gue, ngurus hidup sendiri aja gue masih gak karuan, belum lagi bayar les di sini yang mahal. Gue awalnya punya pekerjaan yang dimana penghasilannya sangat cukup buat kehidupan gue dan keluarga gue. Tapi gue di pecat dari sana dengan alasan gue cuma lulusan kuliah sedangkan ada pelamar baru yang merupakan kelulusan S2. Jadi mau gak mau gue di pecat cuma karena kelulusan gue kecil darinya."

"Apalagi gue harus ngebayar kartu kredit gue. Kakak gue ngabisin kartu kredit gue kemarin sampai 10 juta. Gue gak tau digunakan untuk apa aja sampai terpakai 10 juta."

Dafina merasa sangat sedih dengan apa yang dialami perempuan itu. Walaupun ia tidak punya hubungan dengannya cuma hubungan teman sekelas di tempat ekskul ini.

"Kakak lo benar-benar keterlaluan! Sesekali lo harus kasih pelajaran ke dia, biar tuh orang tau rasa. Jangan dibayar kartu kreditnya, biar dia aja yang bayar. Memangnya nyari duit gampang apa ck," geram Dafina kesal.

"Gue gak bisa setega itu, Daf. Bagaimana pun dia itu kakak kandung gue."

"Lo terlalu baik mendekati bego. Lagian mana aja sih kakak kandung yang seperti itu."

Dafina bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke mejanya untuk mengambil dompetnya. Tidak lama kemudian, Dafina kembali ke tempat perempuan itu.

"Gue harap dua juta ini cukup buat lo. Soalnya gue cuma bawa uang cash segitu, maaf banget ya." Dafina memberikan semua uang cash yang ia bawa kepada perempuan itu.

Perempuan itu membulatkan matanya, ia mengembalikan uang yang dikasih Dafina.

"Lo apa-apaan sih?! Gue cerita ke lo bukan berarti gue ada niat buat lo kasih duit ke gue. Walaupun gue butuh duit tapi gue gak bisa nerima uang itu."

"Gue tau, tapi gue mau bantu lo. Anggap aja lo minjam ke gue, nanti lo bisa bayar balik ke gue. Udah ambil aja." Dafina menjejalkan kembali uang itu ke telapak tangan perempuan tadi.

Perempuan itu menatap uang yang di tangannya. Perempuan itu menghela nafasnya.

"Gue gak bisa nerima ini. Gue takut gak bisa balikinnya."

"Lo harus yakin kalau lo bisa membayar semuanya!"

"Gue yakin, gue bisa dapat pekerjaan. Maka dari itu gue gak bisa nerima duit ini. Jadi lo ambil aja ya."

"Ck lo keras kepala ya ternyata." Dafina mendengus kesal. "Lo lagi nyari kerjaan kan?"

"Iya gue lagi nyari kerjaan."

"Kalau begitu lo kerja buat gue. Jadi manager gue. Ya memang gue udah ada manager tapi itu cowok. Gue butuh juga manager perempuan buat gue. Kalau sama manager cowok gak bisa terlalu bebas. Ya lo tau lah privasi cowok sama cewek gimana."

"Se-seriusan?"

"Emangnya lo kira gue lagi bercanda?" Dafina bukannya menjawab melainkan bertanya kembali.

"Jadi gimana? Lo mau kan kerja jadi manager gue? Kalau lo mau, jadi dua juta itu anggap aja sebagai uang muka dalam gaji pertama lo. Gaji lo selama sebulan sebesar sepuluh juta," ujar Dafina.

"Hiks lo baik banget sumpah Dafina."

"Udah jangan nangis. Sekarang buktiin ke gue kalau gue gak salah pilih lo jadi manager kedua gue."

"Gue berjanji kalau gue bakal jadi manager yang selalu berbakti dan semakin membuat lo jaya, Daf."

"Tapi ada yang gak adil."

"Apa?"

"Lo tau nama gue tapi gue gak tau nama lo," desis Dafina.

"Hahaha nama gue Claura Anandita panggil aja Claura."

"Ok Claura."

________________

Jangan lupa untuk vote, comment, dan share ya 💪🏻💗

DEAR ME ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang