Dafina baru saja keluar dari mobilnya, ia melangkahkan kakinya dengan menundukkan kepalanya ke bawah.
BRUK
"Aww!" ringis Dafina sambil memegang keningnya yang terbentur oleh sesuatu.
"Kalau jalan hati-hati dong! Gak liat apa ada saya," tegur Dafina dengan dongkol.
"Maaf, anda gak apa-apa?"
Dafina seperti mengenali suara itu. Kemudia ia mendongakkan kepalanya ke atas untuk melihat orang itu.
"Joy? Kefas?"
Kedua laki itu tersenyum hangat.
"Maaf, kita gak sengaja. Apa ada yang sakit? Butuh ke rumah sakit?" ujar Kefas khawatir.
Dafina menggelengkan kepalanya sebagai jawaban bahwa dirinya tidak perlu dibawa ke rumah sakit.
"Gak apa-apa, ini juga salah saya yang jalan menunduk. Kalau begitu saya permisi dulu ya, saya harus masuk ke restaurant karena sudah ditunggu," pamit Dafina dengan melangkahkan kakinya tanpa menunggu balasan dari kedua pria itu.
"Dafina tunggu."
Kefas mencekal salah satu tangan Dafina untuk menghentikan langkah gadis itu.
"Kita pergi sama-sama," ucap Kefas.
"Kalian berdua mau ke restaurant yang di sana juga?" tanya Dafina sambil menunjuk restaurant yang berada di belakangnya.
"Iya kami mau ke sana."
Dafina ber-oh-ria sebelum mengizinkan mereka berdua untuk masuk ke dalam restaurant bersama dengannya.
"Lo ke sini sama siapa, Daf?" tanya Joy kepada Dafina.
"Gue ke sini sama Kak Devano. Kalau kalian berdua ngapain ke sini? Apa ada urusan?"
"Kita berdua ke sini sebenarnya di undang sama Edwin," jawab Joy.
"Hm... kalau begitu gue permisi dulu ya mau ke meja Devano." Pamit Dafina ketika mereka bertiga sudah memasuki restaurant.
________________
Setelah berlari 7 kali putaran mengelilingi taman, Dafina mengistirahatkan tubuhnya di sebuah bangku taman. Kemudian dia menghabiskan air mineral yang ia bawa dari rumah.
Dafina menengadahkan kepalanya ke atas langit. Menatap langit dengan senyuman lebar.
"Sepertinya ucapan terima kasih saja belum cukup atas apa yang Allah kasih ke aku. Tapi walau begitu, aku akan tetap mengucapkannya. Terimakasih karena sudah mewujudkan salah satu impian ku sedari kecil yaitu menjadi artis terkenal. Aku bahagia karena impian, doa, dan usaha ku selama ini tidak sia-sia dan terwujud walaupun cuma ini yang terwujud."
"Bicara sama langit?"
Tiba-tiba sebuah suara berat mengagetkan dirinya.
Dafina menoleh ke arah kiri, ia membulatkan matanya saat mendapati Joy berada di sana dengan keadaan shirtless dengan handuk di lehernya.
Sumpah demi apa pun, Joy saat ini terkesan seksi dengan badan tinggi dan tegap meskipun tidak dengan otot yang menonjol seperti di film-film atau cerita.
"Sudah puas ngeliatin gue hm? Gue tau, gue sangat seksi tapi jangan diliatin begitu juga."
"Ck, terlalu sangat percaya diri. Jangan terlalu percaya diri nanti kalau jatuh pasti sakit banget."
Joy hanya tersenyum mendengar cibiran sekaligus ejekan yang diberikan oleh Dafina kepada dirinya. Lalu pria itu memutuskan menengadahkan kepalanya ke atas langit sambil menyederkan tubuhnya ke bangku taman.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR ME ✓
Teen Fiction"Takdir itu di kejar bukan takdir yang mengejar kita." Setiap orang mempunyai cita-cita, keinginan, dan keharapan bukan? Tetapi apakah salah jika memiliki keinginan dan cita-cita yang luar biasa? Bisa dibilang susah di raih. Apakah menginginkan sepe...