Satu
Dua
Tiga
"Cut."
Ucapan sutrada menandakan shooting hari ini telah selesai.
"Mantap Devano, shooting hari ini bagus. Tinggal 5 scene lagi habis itu film siap di editing lalu di publish," ucap sutrada.
"Terimakasih, Pak."
Devano kembali ke ruangannya dan ia membersihkan wajahnya dari make up. Dan mengistirahatkan tubuhnya di sofa.
Tring
Devano langsung meraih ponselnya dan melihat siapa yang mengirimkan pesan. Devano tersenyum saat mengetahui siapa yang mengirim pesan tersebut.
Pinpin
Kak Vano, sudah selesai shootingnya?
Kalau gue udah selesai shootingnya ini lagi di tempat les bahasa Inggris.
Kalau kakak udah selesai jangan lupa banyak minum sambil makan ya, Kak ♥️Devano langsung berdiri dan pergi dari lokasi shooting-nya. Ia menaiki mobilnya dan bergegas ke tempat bimble kekasihnya. Sesampai di sana, Devano menunggu kekasihnya yang sedang les di sana selama dua jam.
"Kak Devano?"
Devano langsung menengok ke sampingnya saat mendengar suara yang dikenalinya.
"Udah selesai les-nya?" Tanya Devano. Dafina mengangguk.
"Ngapain di sini? Udah berapa lama, Kak?" Tanya Dafina seraya mendudukkan dirinya di samping Devano.
"Dari dua jam yang lalu. Gue ke sini jemput lo," jawab Devano.
"Dua jam yang lalu? Ngapain nunggu sampai segitunya sih, Kak. Pasti kakak bosen ya?"
Devano terkekeh, "Gak kok kalau orang yang gue tunggu lo."
"Gombal deh."
"Tapi lo suka kan?" Devano memainkan alisnya naik turun.
Dafina yakin wajahnya udah terbakar melihat sikap Devano seperti itu.
"Udah ayo kita pulang, Kak," ajak Dafina.
"Tapi gimana sopi lo hm?"
Ah benar juga, dia ke sini bersama sopirnya. Dirinya setelah shooting langsung ke tempat bimble.
"Tenang gue suruh pulang sopirnya. Bentar ya, Kak."
Dafina pergi ke mobilnya dan menyuruh sopirnya untuk pulang sendiri kalau ia bersama Devano. Setelah itu dirinya menghampiri cowok yang sedang menunggunya.
"Beres. Ayo kita pulang."
________________
Saat ini Dafina sedang menunggu kekasihnya sembari melihat pria yang ditunggunya sedang beradu akting dengan lawan mainnya, yaitu Aurora Lavente. Aktris muda yang sedang naik daun seperti dirinya saat ini. Di pikir-pikir dirinya tak tahu apakah dirinya beruntung atau tidak karena menjadi kekasih dari Devano Danendra.
Devano Danendra seorang aktor sekaligus penyanyi senior yang terkenal, anak dari seorang pilot & Iis Dahlia—penyanyi dangdut legedaris, serta adik dari Salsa.
Sementara jika di ukur oleh dirinya, Devano sangat jauh berbeda. Dirinya hanya seorang artis yang sedang naik daunnya sedangkan Devano sudah jauh dari kata itu.
Dafina tersadar dari lamunannya saat Devano sudah duduk di sampingnya dengan menaruh kepalanya di pundaknya. Dengan segera Dafina memberikan botol air kepada Devano dan dirinya mengelap keringatnya. Ia tahu kalau berakting juga melelahkan apalagi jika harus di ulang-ulang.
Kemudian seorang perempuan datang menghampiri mereka lebih tepatnya menghampiri Devano. Perempuan itu memberikan air dan mengelap wajah Devano. Namun Devano segera menepis tangannya dan memberikan botol air tersebut kepada salah satu staff yang lewat.
"Lo gak liat gue udah punya minuman sama udsh di lap keringat gue?" tanya Devano dengan nada singit. Devano merasa risih dengan perlakuan lawan mainnya tak lain adalah Aurora.
Devano berdiri dan menarik tangan kekasihnya untuk pergi dari sana yang meninggalkan Aurora yang sedang kesal.
________________
Di dalam kamarnya, Dafina tersenyum saat mengingat kejadian di lokasi shooting kekasihnya. Dirinya masih tidak percaya kalau ia berpacaran dengan Devano yang merupakan salah satu idola-nya dari SMP. Apakah ini yang di sebut fans yang beruntung?
"Ngapain senyum-senyum gitu? Lagi mikirin apa hm?"
Pertanyaan Devano membuat dirinya terkejut. Ia menatap tajam kekasihnya yang mengganggu dirinya.
"Gak mikirin apa pun."
"Terus kenapa senyum-senyum begitu? Awas nanti kesambet baru tau rasa."
"Ihh Kak Devano mahh." Dafina memukul lengan Devano.
"Lo udah makan malam?" tanya Devano menatap kekasihnya.
Dafina menggeleng kan kepala, "Kalau kakak sendiri udah makan?"
"Belum, ayo makan bareng. Gue bawa makanan nih."
"Bentar gue ambil minum dulu."
"Sekalian tiga piring dan nasi ya, Fin."
"Ok, Kak."
Sebenarnya Devano sudah sangat lapar, cacing-cacing yang berada di perutnya berdemo dari tadi siang. Namun dirinya harus professional terhadap pekerjaan.
"Ayo kita makan, Kak. Ini minumannya." Dafina datang dengan mendorong tempat yang suka mengantar makanan.
Dafina langsung mengambil makanan yang dibawa oleh Devano. Seketika matanya berbinar saat melihat isinya yaitu ikan kaleng yang sudah di masak matang.
________________
"Kakak mau pulang? Gak mau nginap aja?" Dafina bertanya saat Devano pamit kepada dirinya untuk pulang.
"Iya, Fin, lain kali aja gue nginapnya."
"Tapi ini udah malam, Kak. Gue takut ada apa-apa."
Devano tersenyum lalu memeluk kekasihnya yanh sedang mengkhawatirkan dirinya, "Tenang sayang, gue bawa mobilnya pelan kok. Ya sudah gue balik duluan ya biar gak tambah malam."
"Ya udah hati-hati, Kak." Dafina memberikan tersenyum sambil menatap Devano yang memasuki mobilnya. Setelah itu mobil tersebut melaju pergi.
________________
Author lupa namanya apa yang suka mengantar makanan yang di doronh itu 😭 di rumah sakit & restaurant banyak seperti itu.
Namanya apa? Kalian ada yang tau gak?
Yang tau comment ya
Jangan lupa klik tanda bintang nya kk
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR ME ✓
Teen Fiction"Takdir itu di kejar bukan takdir yang mengejar kita." Setiap orang mempunyai cita-cita, keinginan, dan keharapan bukan? Tetapi apakah salah jika memiliki keinginan dan cita-cita yang luar biasa? Bisa dibilang susah di raih. Apakah menginginkan sepe...