"Mandi sana bau nanti badan lo sayang."
Dafina menggelengkan kepalanya, "Gak mau, mandinya nanti aja saat kakak pulang dari acara keluarga."
Devano menggelengkan kepalanya saat mendengar ucapan kekasihnya itu. Dua sejoli itu sedang melepaskan rindu mereka lewat video call. Sudah sepuluh hari Devano pergi ke luar Jakarta untuk konser atau tidak membintangi film terbarunya. Sudah sepuluh hari juga dua sejoli itu saling merindukan satu sama lain.
"Mandi dulu sayang, nanti bau lho."
"Maunya telponan dulu."
"Ya udah gue matiin aja telponnya."
"Dih dih kok gitu sih, Kak. Kan gue bilang mau telponan kenapa malah di matiin," gerutu Dafina kesal.
"Habisan lo gak nurut sama gue. Kalau lo mandi, gue gak matiin telponnya tapi kalau lo gak mandi maka gue matiin. Sekarang lo pilih mau yang mana?"
"Ya udah gue mandi dulu. Ingat, jangan matiin telponnya!"
"Iya sayang, sana mandi yang bersih dan wangi."
Dafina bergegas ke lemari untuk mengambil pakaiannya, kemudian masuk ke kamar mandi. Dia menuruti perintah Devano untuk mandi. Badannya menjadi segar kembali setelah bangun tidur pagi.
Setelah mandi, dia kembali lagi ke depan laptop untuk melanjutkan video call dengan sang kekasih, namun cacing di perutnya sudah mulai berdemo untuk minta diisi makanan. Akhirnya Dafina memutuskan membawa telponnya ke meja makan dan memulai menyantap makanannya sambil melanjutkan telponannya.
"Makan yang banyak ya sayang."
"Iya, Kak, ini lagi makan. Kaka jangan lupa makan juga."
"Gue udah makan tadi soalnya nanti setengah jam lagi gue mau berangkat ke lokasi shooting."
"Kakak kapan pulang ke Jakarta lagi? Fina kangen tauuu."
"Seminggu lagi sayang, maaf ya. Sebenarnya gue juga kangen sama lo dan pengen cepat-cepat balik tapi gue gak bisa karna pekerjaan," lirih Devano.
"Kakak gak usah minta maaf, seharusnya Fina yang bisa ngertiin kakak. Kakak jaga diri dan hati aja ya, awas sampai kepincut di sana."
"Haha gak dong sayang. Hati gue kan udah di kurung sama lo."
Entah ucapan Devano hanya sebuah gombalan atau bercandaan atau serius. Hanya pria itu yang mengetahuinya.
"Gimana latihan vokal lo? Kata Kak Bambang lo ada peningkatan dari sebelumnya."
Dafina hanya tersenyum dan mengangguk.
"Jadi bisa dong saat gue balik dari shooting, langsung pembuatan video musik kita?"
"Nggak terlalu kecepatan, Kak? Gue takut gak bisa."
"Kok lo udah pesimis sih sayang? Jangan pesimis ah, seharusnya lo itu optimis. Ini Dafina Destarihanifa yang gue kenal kan?"
"Kok kakak nanya gitu sih!"
"Lagian lo-nya gitu Pinpin. Mana Dafina yang gue kenal hm? Dafina yang selalu optimis bukan pesimis dalam segala hal."
"Maaf," lirih Dafina.
"Udah jangan minta maaf. Gue matiin ya video call-nya soalnya mau berangkat ke lokasi shooting nih."
"Iya kak, hati-hati ya."
________________
Dafina sedang memandangi layar handphone-nya. Ia sedang menunggu panggilan dari sang pacar namun belum ada juga sebuah panggilan yang terhubung dengan dirinya, padahal ini sudah jam 10 pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR ME ✓
Novela Juvenil"Takdir itu di kejar bukan takdir yang mengejar kita." Setiap orang mempunyai cita-cita, keinginan, dan keharapan bukan? Tetapi apakah salah jika memiliki keinginan dan cita-cita yang luar biasa? Bisa dibilang susah di raih. Apakah menginginkan sepe...