P.O.V AUTHOR
"Kak Devano kayanya lo harus bicarain lagi deh," ujar Naura ketika mereka tengah duduk di ruang makeover. Devano, Naura, dan Angga sedang ada satu film terbaru yang dimana mereka bintang utamanya.
"Gak bisa apa, gak usah bahas itu lagi?"
"Tapi menurut gue itu bukan jalan yang terbaik, man. Masih ada solusi yang lainnya. Lo tau solusinya tapi lo ragu apakah itu berhasil," ujar Angga menepuk pundak Devano.
"Itu kan menurut lo, bukan gue. Menurut gue itu udah jalan yang terbaik untuk dia walaupun harus ada salah satu yang berkorban," ucap Devano final.
Mereka menghela nafas perlahan. Mereka mengetahui bahwa itu adalah keputusan final yang telah diambil oleh Devano. Jika pria itu sudah mengambil keputusan final maka tidak ada seorang pun yang bisa merubahnya kecuali dirinya sendiri.
Memang mereka akui tindakan Devano patut diacungi jempol, tapi rencananya itu salah. Memang tujuannya baik namun tanpa diketahui oleh Devano bahwa rencananya itu menyakiti dirinya sendiri dan Dafina.
"Gue sayang dan cinta sama Dafina. Sayang banget, gue takut kehilangan dirinya tapi gue harus bisa melakukan ini semua."
"Kalau Kak Devano takut kehilangannya maka kenapa dilepaskan begitu saja?"
"Gue terpaksa, Naura, terpaksa. Ini adalah jalan yang benar."
"Tapi Kak Devano udah mikirin semuanya? Sudah mikirin resikonya ke depan? Sudah siap menghadapi resikonya nanti?" tanya Naura penuh harap supaya mantan kekasihnya itu merubah keputusannya.
"Gue udah siap dengan semuanya, ini udah keputusan final gue dan gue yakin Dafina bakal menjadi bintang paling bersinar di dunia."
"Lo siap kalau Dafina akan pergi dari kehidupan lo untuk selamanya? Lo siap kalau dia berpaling dari lo?"
Devano menatap Angga dengan tatapan menusuk. Perasaannya sakit saat Angga memberikan pertanyaan tersebut. Devano bangun dari tempat duduknya dan berjalan meninggalkan mereka berdua.
Air matanya keluar tanpa diberikan izin, wajahnya basah karena air mata.
"Aku sayang sama kamu Dafina. Aku melakukan ini untuk dirimu, semoga kamu tidak menyia-nyiakan pengorbanan dari ku."
________________
Dafina dan Claura sedang berada di kamar Dafina. Claura melihat beberapa koper dan barang-barang miliknya dan Dafina yang telah terbungkus sangat rapih.
"Lo yakin mau ke sana?" tanya Claura.
"Iya gue yakin, Clau."
"Lo yakin bahwa lo ke sana untuk mengejar mimpi lo bukan sekedar mengetahui permintaan sekaligus bertemu dengan Devano?"
Aktivitas Dafina yang dari tadi sedang memeriksa kembali barang-barangnya seketika berhenti saat Claura memberikan pertanyaan itu. Dia sudah memikirkannya dari seminggu yang lalu, dirinya akan mengejar mimpinya yang tertunda.
"Iya gue yakin, gue yakin akan menggapai mimpi gue walaupun itu sangat tinggi m Gue akan menjadi bintang yang paling bersinar di dunia."
"Sekaligus tidak menyia-nyiakan pengorbanan dari Kak Devano," sambung Dafina dari batinnya.
"Keluarga lo udah tau kan kalau kita bertiga akan ke Korea?"
Dafina mengangguk, "Mereka semua sudah mengetahuinya, walaupun awalnya tidak mengizinkannya tetapi pada akhirnya memberikan izinnya."
"Ya udah ayo, Paman Sam sudah menunggu kita di depan, jangan sampai kita ketinggalan pesawat."
________________
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR ME ✓
Jugendliteratur"Takdir itu di kejar bukan takdir yang mengejar kita." Setiap orang mempunyai cita-cita, keinginan, dan keharapan bukan? Tetapi apakah salah jika memiliki keinginan dan cita-cita yang luar biasa? Bisa dibilang susah di raih. Apakah menginginkan sepe...