PART 33

6 2 0
                                    

"Gimana kabar lo?"

"Baik."

"Udah lama gak ketemu lagi kita."

Dafina hanya tersenyum mendengar perkataan pria di depannya.

"Mungkin lo udah bosan dengarnya, tapi gue gak pernah bosan ngomongnya. Gue benar-benar minta maaf, Daf. Janganj menghindar atau cuekin gue lagi."

"Gue gak suka bahas itu lagi, Kak. Gue udah maafin kalian semua meskipun gue gak bilang secara langsung." Dafina menarik tangannya dari genggaman Joy.

Joy tersenyum tipis sembari memandangi Dafina.

"Thanks, Daf. Gue benar-benar nyesel gak nerima lo waktu dulu," gumam Joy, Dafina hanya terdiam.

Untuk beberapa saat suasana di antara mereka hening, sebelum Joy kembali berbicara.

"Daf, gue gak mau buang waktu gue buat basa-basi. Gue pengen kita pacaran. Gue sayang sama lo Daf, gue gak bisa ngelupain lo."

"Kak, waktu itu gue udah bilang sama lo dan Kefas. Jawaban gue masih sama, gue gak bisa. Perempuan di dunia ini banyak, gak cuma gue aja. Lagian kita itu berbeda, Kak. Kita gak bisa menyatu. Emangnya kakak mau melawan agama?" Dafina menarik nafas lalu menghembuskannya untuk meminimalisir dadanya yang sesak.

Pria itu hanya terdiam, tidak mampu menjawabnya.

________________

"Menor amat neng."

Dengan segera Devano menahan lengan Dafina yang hendak pergi dari dirinya.

"Mau kemana kamu?"

"Ke kamar."

"Ngapain? Kok gak ngajak sih?"

"Katanya aku menor, ya udah aku mau benerin."

Demi Tuhan. Dafina terlalu cantik malam ini. Wajah putih serta dipadukan style casual yang dikenakannya.

"Kakak ngapain liat aku kaya gitu ihh."

"Emangnya gak boleh liat pacarnya sendiri?"

"Tapi aku malu, Kak."

"Ya udah ayo kita berangkat biar gak kesorean."

Dafina mengikuti langkah Devano yang berjalan menuju ke mobil.

"Pakai seatbelnya sayang."

"Pakein."

Devano melirikan matanya ke gadis itu yang sedang memainkan ponselnya.

"Nggak punya tangan?"

"Punya."

"Terus kenapa nyuruh orang?"

"Tangan aku sibuk, Kak. Kakak gak liat kalau tangan aku sibuk apa," ucap Dafina sambil menggerakkan ponsel di tangannya.

"Lama-lama aku patahin tangan kamu biar gak males," gumam Devano kesal seraya memasangkan seatbel milik gadis itu.

"Hehe terima kasih."

Devano hanya diam dan mulai melajukan mobilnya menuju tempat yang ingin ia tuju.

DEAR ME ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang