P.O.V DAFINA
Karena Devano meminta kepada ku untuk menemuinya malam ini pukul delapan saat pesta ulang tahun ku, maka aku sangat bersedia datang. Sungguh, aku masih tidak percaya bahwa pria itu datang ke pesta ku. Tapi masih banyak pertanyaan di kepala ku. Kemana dia selama ini?
Maka dari itu, aku datang ke taman yang telah di share location oleh Devano pukul 6 sore tadi. Seperti sekarang, aku sudah berada di taman tersebut. Aku mengedarkan pandangan ku ke seluruh taman, tapi dimana keberadaan Devano?
Aku membuka tas ku dan mengeluarkan ponsel milikku untuk menghubungi Devano bahwa aku sudah sampai di taman yang ia suruh. Namun aktivitas ku terhenti saat ada seorang pria bertanya kepada diri ku.
"Lo Dafina kan?"
Pria itu bertanya kepada diri ku. Tapi bagaimana bisa dia mengetahui nama ku? Padahal aku tidak mengenalnya sama sekali, bisa dibilang ini pertama kali.
"Iya benar, tapi sebelumnya maaf, kamu siapa ya? Apa kita pernah kenal sebelumnya?"
"Tidak tidak, kita baru pertama kali bertemu."
"Ah baiklah kalau begitu, saya kira kita pernah kenal sebelumnya karena saya tidak mengenal dirimu." Dafina menganggukkan kepalanya.
"Gue disini hanya ingin memberikan sesuatu. Ini," Pria itu memberikan sebuah box bertali emas kepada ku.
"Maaf tapi sepertinya kamu salah orang deh. Nama Dafina itu banyak."
"Ini memang buat lo, lo Dafina Destarihanifa kan?"
Iya benar yang dibilang pria itu, itu adalah nama panjang ku. Tapi bagaimana pria itu mengetahui nama panjang diri ku? Apa dia peramal?
"Tapi ini dari siapa ya?" tanyaku, siapa tahu aku mengenalnya.
"Gue gak tau dari siapa, namun yang memberikannya seorang pria. Pria itu bilang sesuatu bahwa lo bisa melihat isinya saat di sudah di rumah. Dan dia bilang, setelah lo menerima box ini, lo disuruh pulang saja. Katanya jangan menunggu dirinya," jelas pria itu.
Apa itu dari Devano? Tapi kenapa Devano melakukan ini semua? Katanya dia mau menjelaskannya.
"Ah ya sebelum gue pergi, pria itu bilang lagi bahwa semua pertanyaan yang lo ingin tau, semuanya ada di box itu."
Setelah mengucapkan kalimat tersebut, pria itu pergi dari sana, meninggalkan diri ku dengan berbagai pertanyaan.
________________
Sesampai di rumah, aku langsung menuju ke kamar. Aku duduk di atas kasur ku, tujuan pertama ku adalah membuka box yang tadi pria itu kasih ke aku. Aku mulai unboxing box
tersebut dan ada sebuah 2 kertas di dalamnya yang sudah diberi nomor urut 1 sampai 2 di dalam amplop.Aku mengambil surat yang diberi nomor urut pertama. Aku mulai membaca isi dari surat itu.
Hai Dafina Destarihanifa
Pasti kamu udah nerima surat ini
Bahkan kamu sedang membacanya
Kamu ingin tau bukan kenapa aku pergi tanpa memberitahu diri mu?
Di surat ini aku akan kasih tahu semuanya, Fin.
Tapi sebelumnya aku minta maaf karena kamu mengetahuinya bukan dari mulut ku sendiri melainkan dari surat yang di tulis oleh tangan ku.Aku melakukan ini bukan ketidaksengajaan, Melainkan ini kesengajaan.
Aku memang sengaja melakukan ini semua, tapi aku punya alasan kuat untuk melakukan ini semua.
Aku melakukan ini semua supaya aku tidak menjadi penyebab hancurnya dirimu sayang.Aku mengetahui semuanya...
Aku mengetahui semua yang kamu impikan. Aku tahu kamu memiliki 3 cita-cita & 1 impian.
Namun, kamu baru mewujudkan 2 cita-cita saja. Maka dari itu aku mengalah, Fin, aku memutuskan pergi seperti ini supaya kamu mengejar satu impian dan cita-cita mu yang belum terwujud.
Tapi aku salah, seharusnya aku tidak berpikir seperti ini.Tanpa aku aba-aba, air mata keluar dari kedua mata ku. Ini bukan air mata akting atau bahagia melainkan air mata kesedihan dan terharu. Aku sudah salah mengira Devano. Dan bodohnya kenapa aku berpikir pria itu sudah bosan kepada ku.
Apa kamu tau kalau aku punya satu keinginan yang belum terwujud.
Kamu mau tau apa keinginan itu?
Keinginan ku yaitu kamu, sayang. Aku ingin memiliki keluarga yang sangat bahagia bersama mu serta menikmati masa tua bersama-sama.
Tapi aku tidak boleh egois! Aku tidak bisa mementingkan ego ku sendiri. Aku bisa saja egois supaya kamu tidak perlu mewujudkan impian dan cita-cita mu yang lainnya.Tapi aku tidak bisa, aku harus adil kepada mu dan juga masa depan mu.
Apalagi itu adalah impian mu dari sangat dini, mana mungkin aku bisa menghancurkannya.
Seharusnya aku mendukungnya apalagi aku pasanganmu, benar gak wkwk?Aku menyeka air mata ku sebelum melanjutkan membacanya.
Apa aku boleh meminta sesuatu?
Tanpa aku sadari, diriku menganggukkan kepala.
Aku hanya memiliki enam permintaan
1. Aku ingin kamu mewujudkan semua cita-cita, keinginan, dan impian bukan untuk ku atau siapa pun melainkan untuk dirimu sendiri.2. Raih bintang yang amat sangat terang
3. Walaupun nanti akan banyak badai yang menerpa dalam perjalan mu, kamu harus melewatinya! Bagaimana pun caranya.
4. Tetap jadi diri sendiri, jangan ada yang berubah.
5. Permintaan terakhir ku ini ada di amplop kedua
Aku menatap amplop dengan nomor urut 2, apa ini yang dimaksud Devano? Aku mengambilnya lalu mengeluarkan isinya.
3 buah tiket pesawat dan 1 buah surat?
Aku membaca isi surat tersebut.
Sudah paham apa yang dimaksud? Tapi ini bukan permintaan terakhir dari diriku melainkan ini petunjuk.
Jika kamu mau tau permintaan terakhir ku, maka kamu harus datang ke Bandara Soekarno-Hatta minggu depan dengan membawa barang-barang untuk di pergi luar negeri.
Kamu tidak usah beli tiket pesawat dulu, aku sudah masukkan 3 buah tiket pesawat ke Korea untuk minggu depan. Kamu bisa ngajak 2 orang lagi, seterah mau siapa.
Sampai ketemu di bandara nanti sayang, tapi saat itu kamu ke bandara bukan ada niatan untuk bertemu diri ku atau mencari tahu permintaan terakhir ku. Melainkan saat kamu ke sana nanti, kamu sudah mempunyai "niat yang kuat" untuk mewujudkan impian & cita-cita mu yang belum terwujud!
- Kak Devdev
________________
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR ME ✓
Teen Fiction"Takdir itu di kejar bukan takdir yang mengejar kita." Setiap orang mempunyai cita-cita, keinginan, dan keharapan bukan? Tetapi apakah salah jika memiliki keinginan dan cita-cita yang luar biasa? Bisa dibilang susah di raih. Apakah menginginkan sepe...