PART 34

9 2 0
                                    

"Kak," panggil Nay-Adik perempuannya.

"Iya?" Dafina langsung menghapus air matanya sebelum menatap adiknya.

"Kakak nangis? Ada apa?"

"Nangis? Gak Dek, kakak gak nangis serius."

"Kakak gak bisa boong sama gue. Walaupun kita sering bertengkar dan kita beda ayah tapi kita saudari dari kecil. Gue tau mana yang nangis pura-pura, akting, bahagia, dan sedih."

"Ayo kak cerita sama gue. Gue ada kok untuk kapan pun," lanjutnya.

Nay langsung membawa kakaknya ke dekapan, ia mengelus rambut kakaknya dan tidak ada satu pun gerakan yang diberikan olehnya.

"Kayanya gue udah gak ada artinya lagi," ucap Dafina yang masih berada di pelukan adiknya.

"Maksudnya? Kakak kenapa ngomong kaya gitu?"

"Gue sama Kak Devano sebelas hari lagi cudah mau setahun, tapi Devano dari dua bulan yang lalu dia menghilang hiks tanpa kasih kabar atau apa pun. Kakak udah ke rumahnya tapi hasilnya nihil. Kata penjaga yang disana Devano dan keluarganya gak ada di rumah."

"Kak," ucapnya pelan.

"Kakak harus berpikir positif mungkin aja ada acara yang mengharuskan mereka pergi selama dua bulan lebih ini," ucap Nay untuk menenangkan kakaknya yang sudah menangis.

"Tapi setidaknya kabarin kan bisa!"

Nay menyudahi pelukannya, kini gadis itu memegang kedua pundak kakaknya sambil menatap matanya.

"Kakak sayang sama Kak Devano?"

Dafina mengangguk.

"Kakak tau kalau dalam hubungan harus dilandaskan rasa saling percaya?"

"Iya tau tapi-"

"Kalau kakak tau maka jangan curiga atau berpikir negati ke Kak Devano. Allah udah mengatur semuanya, Kak! Walaupun nanti Devano pergi berarti memang dia bukan jodoh atau pun belahan hati kakak. Allah hanya mengirimkan Kak Devano ke kakak untuk sementara bukan selamanya."

"Tapi gue gak mau pisah sama dia, Nay."

"Kalau gak mau pisah maka kakak harus tetap percaya bahwa Devano akan kembali. Sekarang jangan nangis lagi ya, Kak. Ayo kita makan istirahat ini udah malam."

________________

Di sisi lain, Devano berjalan ke stopkontak sambil memegang popcorn di tangan kanannya. Pria tersebut mendudukkan dirinya di atas sofa yang berada di kamarnya sambil menikmati film. Namun dirinya tidak terlalu menikmati film yang ditayangkan saat ini.

Devano bangun dari tempatnya dan mengambil jaket, memutuskan untuk berjalan-jalan di luar. Dia memandangi kota Sidney

 Dia memandangi kota Sidney

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DEAR ME ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang