"AAAAAA!!" Teriak Dafina dari dalam kamarnya. Dia melempar semua barang yang ada di kamarnya sehingga membuat kamarnya berantakan dan barang pecah dimana-dimana.
Dafina memejamkan matanya membiarkan air matanya keluar. Sungguh sakit saat melihat Devano seperti itu. Devano yang dimana bukan hanya sekedar kekasihnya saja melainkan sudah menjadi suaminya. Iya benar dirinya dan Devano menikah dini lebih tepatnya dijodohkan, namun tidak ada yang tahu bahwa hubungan mereka sudah melebihi pacaran. Tetapi mereka berdua masih belum melakukan apa yang dilakukan suami istri yang sesungguhnya. Bisa dibilang mereka berpacaran dalam keadaan halal.
"Lo jahat, Dev! Gue benci lo! Gue kira lo berbeda dengan lelaki lainnya. Gue kira lo setia sama gue, tapi nyatanya lo sama aja dengan yang lain. Lo menganggap gue barang setelah tidak diperlukan dibuang."
Dafina membuka air matanya. Sudah banyak air mata yang ia buang. Tetapi dirinya tidak bisa memberhetikannya.
Dafina meremas rambutnya sambil berteriak sampai pandangannya menjadi kabur dan ia terjatuh di lantai kamarnya.
________________
Terlihat seorang laki-laki yang dari tadi tidak hentinya mondar-mandir di sebuah ruangan. Siapa lagi jika bukan Devano Danendra seorang Billionaire sekaligus pasangan dari Trillonaire Billionaire, Dafina.
Devano menarik rambutnya dengan perasaan marah, marah karna sudah menyakiti gadisnya.
"Dafina kamu dimana?" gumam Devano dengan nada sendu. Pasalnya kemarin Dafina tidak pulang ke rumahnya–ralat rumah dirinya dan Dafina.
"Apa kamu tidur dengan nyenyak? Maafin aku, Daf. Tapi aku serius, aku tidak punya hubungan apa pun dengan Aisyah. Bahkan perempuan yang ada di hidup ku cuma Ibu, kamu, dan putri kecil kita," lirih Devano sambil menatap bingkai foto dirinya dan Dafina yang terpasang di ruangan.
Tok tok tok
Terdengar suara ketukan pintu dari luar. Devano mengumpat siapa yang berani mengganggu dirinya saat ini. Damn!
Devano dengan kesalnya berjalan menuju pintu dan membuka pintu itu. Dirinya melihat siapa yang mengetuk pintu itu ternyata Dafina. Devano segera memeluk gadisnya itu, namun Dafina melepaskannya.
"Gue ke sini cuma ngambil buku." Dafina bersuara namun kali ini berbeda. Suara itu beda sekali seperti biasanya dan Devano bisa mendengar Dafina berbicara memakai kata 'gue'.
Devano menutup pintunya lalu menghampiri Dafina yang sedang mengambil buku-bukunya dari sana.
"Buat apa kamu membawa semua barang-barang mu, Daf?" tanya Devano bingung.
Dafina tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Devano dan itu membuat Devano menatap Dafina dengan lirih.
Dafina membalikkan badan dan ia tidak sengaja melihat sebuah figura yang terpampang di sana—foto dirinya dan Devano. Dafina tersenyum kecut melihat foto itu lalu pergi melangkah ke pintu. Ia langsung menarik kenop pintu tersebut dan dirinya bisa melihat ada Aisyah di depan ruangan itu.
"Eh sorry gue ganggu," ucap Aisyah yang langsung pergi namun ditahan oleh Dafina.
"Lo gak usah pergi, gue udah selesai kok. Sorry gue ganggu kalian."
Dafina tanpa menatap ke mereka berdua langsung pergi dari sana. Devano dan Aisyah bisa melihat itu.
"Buat apa lo ke sini?" tanya Devano dingin ke Aisyah.
"Sorry gue gak bermaksud buat hubungan kalian hancur seperti ini," ucap Aisyah dengan nada penyesalan.
"Kalo lo mau bahas itu lebih baik pergi, gue lagi gak mau bahas itu."
"Gue butuh bantuan lo, Dev." Aisyah menatap Devano.
"Bantuan apa?" tanya Devano.
"Gue butuh bantuan lo buat nyari bukti yang sebenarnya tidak ada apa-apa diantara kita saat di lab IPA," jawab Aisyah.
Devano menimbang perkataan Aisyah.
"Masuk, kita bicarakan di dalam saja."
Devano mempersilahkan Aisyah masuk ke dalam. Hal pertama yang Aisyah lihat dari ruangan itu ialah banyak foto Devano dan Dafina.
________________
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR ME ✓
Novela Juvenil"Takdir itu di kejar bukan takdir yang mengejar kita." Setiap orang mempunyai cita-cita, keinginan, dan keharapan bukan? Tetapi apakah salah jika memiliki keinginan dan cita-cita yang luar biasa? Bisa dibilang susah di raih. Apakah menginginkan sepe...