P.O.V DEVANO
Sudah sebulan lebih dari liburan bersama. Sudah sebulan lebih juga banyak yang di lewati oleh gue, misalnya saat gue mendapatkan sebuah job membintangi film bersama Dafina itu pun tidak hanya satu atau dua kali saja.
Saat ini gue sedang di kamar dengan memainkan ukulele milik gue sambil mengingat pertemuan gue dengan Dafina. Saat dimana gue di mendapatkan sebuah telpon untuk menjadi tokoh pria pemeran utama untuk sebuah drama pendek yang ditampilkan saat itu. Dan gue tahu yang menjadi tokoh perempuan utamanya adalah Aisyah Aqila.
Awalnya memang biasa saja, gue tidak punya perasaan apa pun ke dia. Namun sejak pementasan drama tersebut, gue dan para finalis menjadi dekat terutama dengan Dafina saat melakukan sebuah photoshoot bersama.
Namun siapa kira dari kejadian itu malah membuat kami menjadi dekat apalagi dengan kami sering bertemu di berbagai gedung entertainment, mendapatkan job, saling like postingan, dan masih banyak. Dari kejadian itu kami menjadi teman dekat. Tapi apakah memang sungguh ada jika dalam suatu hubungan antara perempuan dan pria tidak melibatkan perasaan di dalamnya?
Arrrggh sial! Gue kira rasa ini cuma rasa sekedar suka atau kagum semata tapi nyatanya tidak. Perasaan ini sudah ada lima bulan lebih. Sekarang apa yang harus gue lakukan?
"Sial," umpat gue kesal.
Sampai sebuah suara ketukan pintu memberhentikan lamunan gue. Gue bisa melihat Mama Iis dan Kak Salsa serta suaminya masuk ke dalam kamar.
"Adek udah sembuh? Kita berobat ke rumah sakit aja ya?" Tanya Mama Iis dan gue bisa melihat ada rasa sangat khawatir terhadap gue.
Kemarin gue bilang ke mereka semua kalau gue sedang tidak enak badan dan tidak bisa bekerja. Mereka sudah meminta untuk memeriksa kan ke dokter tapi gue menolaknya. Pastinya jika diperiksa kan ke dokter pasti dokter akan berkata bahwa gue baik-baik saja dan akhirnya kebohongan gue ketahuan. Mana mungkin kalau gue bilang lagi sakit kepala dan hati karena memikirkan perasaan gue terhadap dia ck, yang ada gue di ledek.
"Dek, di luar ada mau jengukin lo," kata Kak Salsa memberitahu. Tapi gue tidak berminat.
"Yang jenguk Dafina, Dek," tambah Kak Salsa.
Saat Kak Salsa menyebutkan nama Dafina, membuat ku langsung mendudukan diri.
"Dafina menjenguk gue, Kak?" Tanya ku untuk memastikan.
"Iya, kalau gak percaya liat aja."
Gue menundukkan kepala beberapa saat lalu menatap Mama dan Kak Salsa serta suaminya Kak Salsa.
"Maafin Devano," ucap gue dengan lirih.
"Untuk apa meminta maaf?" Sekarang Mama Iis bertanya balik.
"Devano sudah membohongi kalian semua. Devano sebenarnya tidak sakit melainkan hanya berpura-pura sakit." Gue menghela nafas panjang sebelum melanjutkan kalimat. "Karena Devano lagi bingung dan menghindar dari seseorang."
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR ME ✓
Teen Fiction"Takdir itu di kejar bukan takdir yang mengejar kita." Setiap orang mempunyai cita-cita, keinginan, dan keharapan bukan? Tetapi apakah salah jika memiliki keinginan dan cita-cita yang luar biasa? Bisa dibilang susah di raih. Apakah menginginkan sepe...