Disini lah Dafina berada, di dalam mobil miliknya. Sedari tadi dirinya sibuk memainkan ponselnya. Hal yang paling ia hindari malah harus ia datangi. Ingin sekali dirinya tidak mendatangi acara hari ini, acara yang paling ia hindari, yaitu acara reunian SMP angkatan 2019.
Sungguh, dirinya tidak mau datang ke acara reunian tersebut. Dirinya tidak mau melihat masa lalunya yang kelam sekaligus berwarna. Masa lalu yang memberinya kenangan sekaligus memberinya sebuah luka di batinnya. Seandainya saja ada keajaiban yang mendatangkan untuknya saat ini yang dimana dirinya tidak datang ke reunian itu. Tapi nyatanya keajaiban itu sedang tidak berpihak pada dirinya.
Dafina menyenderkan kepalanya di kursi mobil sambil memijat keningnya yang terasa pening.
"Lebih baik gue istirahat daripada mikirin ini," gumam Dafina.
"Pak, jika sudah sampai tolong bangunin saya," ucap Dafina kepada sopirnya.
"Baik, Nona."
Mudah-mudahan setelah tidur ini bisa menghilangkan rasa gugup dan takut ini walaupun tidak semuanya. Semoga.
________________
Dafina menyesap coffe miliknya sambil berbicara dengan Sofi dan Faiz. Dia tidak mau ikut berbicara dengan teman sekelas SMP-nya. Mereka juga tidak meminta pendapatnya. Biarkan dirinya, Sofi, dan Faiz menjadi kambing conge.
Dafina mengingat kejadian sejam yang lalu yah dimana dirinya sampai di tempat yang telah dikasih di grup alumni 2019. Dafina sedang mencari alasan untuk pergi dari sini. Tapi alasan apa yang tepat untuk diberikan? Kapan acara ini selesai?
"Dafina lo mau nyumbang berapa untuk minggu depan?"
Sebuah pertanyaan membuat Dafina kaget karena dari tadi sedang memikirkan alasan untuk keluar dari sana. Bukan hanya pertanyaan saja yang membuatnya kaget, melainkan suara yang memberi pertanyaannya. Suara yang ingin sekali membuat dirinya pergi dari sana. Dirinya tidak mau di sini.
"Nyumbang? Minggu depan? Emangnya ada apa?" tanya Dafina bingung karena dirinya tidak mendengar apa pun yang mereka bicarakan.
"Minggu depan kita semua para alumni akan berlibur bareng ke Bali. Tapi kami semua menyumbang biaya. Lo mau nyumbang berapa?"
"Gw yang nanggung biaya transportasi ke Bali pulang pergi," jawab Dafina.
"Beneran lo yg danain soal transportasinya?" tanya Fezzan memastikan.
"Iya. Tapi sisanya kalian yang danain."
"Ok kalau begitu."
Drrtt Drrtt
Dafina langsung mengangkat panggilan masuk di telponnya. Tertulis nama manager di panggilan itu.
"Hallo Paman. Ada apa?" sapa Dafina saat sambungan sudah terhubung.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR ME ✓
Fiksi Remaja"Takdir itu di kejar bukan takdir yang mengejar kita." Setiap orang mempunyai cita-cita, keinginan, dan keharapan bukan? Tetapi apakah salah jika memiliki keinginan dan cita-cita yang luar biasa? Bisa dibilang susah di raih. Apakah menginginkan sepe...