。⁠◕◍Bab #12◍◕⁠。

595 83 11
                                    

Pak Herman yang kebetulan lewat kelasnya Rani melihat keributan di dalam kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pak Herman yang kebetulan lewat kelasnya Rani melihat keributan di dalam kelas.

"Ada apa ini!!!" teriak pak Herman.

Rani dan Lia menghentikan perkelahiannya begitu mendengar suara Pak Herman.

"Kalian berdua ikut Bapak," ucap Pak Herman sambil keluar kelas yang diikuti Rani dan Lia.

Mereka sudah sampai di ruang guru tepatnya di meja Pak Herman.

"Ayok jelasin kenapa tadi kalian berantem?" tanya Pak Herman

"Dia yang duluan nampar saya Pak," kata Lia sambil memperlihatkan pipi yang lebam.

"Apa benar begitu Rani?"

"Iya," jawab Rani, "Tapi saya gak akan lakuin itu kalo dia bisa jaga omongannya," lanjutnya.

"Tapi kekerasan itu tidak di perbolehkan Rani," kata Pak Herman dengan tegas.

"Tapi Pak saya juga luka," ucap Rani sambil menunjukkan luka di bibirnya yang dibuat oleh Lia.

"Halah luka dikit aja lebay amat." Lia mengatakannya dengan pelan.

Rani yang mendengar perkataan Lia jadi emosi.

"Apa lo bilang!!" teriak Rani pada Lia.

"Apa, aku emang bilang apa?" tanya Lia dengan wajah tanpa rasa bersalah.

"Halah pura-pura bego!"

"Rani cukup!!" timpal Pak Herman, "Kamu tuh ya selaluuu bikin masalah, waktu itu juga, berantem sama kakak kelas, sekarang, berantem sama anak baik-baik kek Lia."

"Hah anak baik-baik, Bapak gak salah, dia tuh anak bermuka dua," ujar Rani.

"Tuh, sekarang malah menjelekkan orang."

"Emang fakta Pak."

"Udah! Lia kamu ke Uks aja obatin tuh luka kamu!" perintah Pak Herman kepada Lia.

"Baik Pak," ucap Lia lalu menoleh ke arah Rani, memberikan ekspresi seakan mengejek Rani. Lalu berjalan keluar ruangan dengan perasaan bangga.

"Loh kok dia boleh keluar, tapi saya enggak Pak?" tanya Rani keheranan.

"Dia gak salah makanya saya suruh keluar."

"Gak salah darimana? dia yang mancing emosi duluan dan dia juga mukul saya Pak."

"Kamu yang duluan mukul kan, lagian kamu tuh bukan sekali saja buat masalah Ran. Bapak sudah capek nanggepin sikap kamu yang kek gini terus."

TWO HEARTS, ONE WINNER [Tamat]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang