。⁠◕◍Bab #35◍◕⁠。

456 43 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Rex mengeluarkan ponselnya berniat untuk menelepon Astrid. Namun sebuah tepukan di pundak Rex berhasil menghentikan gerakannya.

Rex menoleh ke arah orang yang menepuk pundaknya, terlihat seorang wanita yang sudah berumur memegang kantong belanjaan.

"Ini temannya Rani kan?" tanya wanita itu saat Rex menengok ke arahnya.

"Tante kok tau?" Rex balik menanyakan.

"Tau lah, yang waktu itu mandi di rumah Rani kan," goda wanita itu.

Mendengar itu membuat Rex sedikit malu. "Tante ibunya Rani?" tanya Rex yang di balas anggukan dari Mariam. Ternyata wanita yang menepuk pundak Rex adalah Mariam.

"Mau ketemu Rani ya, sini ikut tante," ajak Mariam sambil berjalan masuk ke gang yang ada di hadapan Rex.

Rex berjalan di samping Mariam, perasaannya merasa lega karena bertemu Mariam.

"Kalian udah jadian?" tanya Mariam tiba-tiba, membuat Rex bingung.

Rex tersenyum canggung. "Jadian apa Tante?"

Mariam tersenyum menggoda, membuat Rex jadi salah tingkah. Tak lama mereka sampai di rumah yang cukup besar, ternyata di balik gang yang kecil ini terdapat rumah yang cukup besar.

"Ayo masuk," ajak Mariam sambil membuka gerbang rumahnya.

Ketika Rex masuk ke dalam ia melihat seorang wanita yang dicarinya sedang duduk di pinggir kolam ikan seraya melamun.

"Dia sedikit aneh, dari kemarin kerjaannya cuma bengonggg aja," bisik Mariam kepada Rex.

"Tante masuk dulu ya, mau masak," pamit Mariam, lantas ia pun masuk ke dalam rumah meninggalkan Rex.

Rex berjalan mendekati Rani, tapi sepertinya Rani tidak menyadari kedatangan Rex.

"Lagi ngeliatin apa sih?" tanya Rex setelah ia berada di samping Rani.

Rani menoleh ke arah sumber suara. Saking kagetnya Rani hilang keseimbangan sehingga membuat dirinya terjatuh ke dalam kolam. Ikan-ikan yang ada di kolam langsung bersembunyi ketika Rani jatuh ke dalam. Rani mengusap mukanya lalu memastikan orang yang berada di depannya yang tengah berjongkok.

"REX! ngapain lo di sini?" tanya Rani.

Rex bangkit dari jongkok-nya seraya memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Kebetulan lewat aja," jawabnya seraya tersenyum.

Rani membelalakkan matanya melihat Rex tersenyum ke arahnya. "Gak mungkin kebetulan lewat, gue tanya sekali lagi lo ngapain di sini? dan darimana lo tau alamat rumah ini?"

"Lo mau tetep di situ? nggak kasian sama ikan-ikannya?" tanya Rex yang tidak mempedulikan pertanyaan Rani.

Rani melihat ke sekeliling dan benar saja ikan-ikan yang ada di dalam kolam semuanya menghindar, sepertinya mereka ketakutan.

"Yaudah bantuin," ucap Rani sembari menjulurkan tangannya.

"Aduh, udara di sini panas gue masuk duluan ya," kata Rex sambil berjalan masuk ke dalam rumah meninggalkan Rani.

"Dasar ya! bukannya bantuin dulu baru masuk," dumel Rani.

"Tapi kok bisa kebetulan gitu ya, tadi gue lagi mikirin tuh orang, dan tanpa sepengetahuan gue dia datang," batin Rani.

✴✴✴✴

Setelah berhasil menyelamatkan dirinya dari kolam, Rani masuk ke dalam rumahnya terlihat di sana ada Rex dan ibunya yang sedang duduk di ruang tamu, sepertinya mereka tengah membicarakan hal yang lucu karena terlihat dari wajah Mariam yang tertawa girang.

Mariam menyadari kedatangan Rani ia langsung menghentikan tawanya. "Loh, sayang, kenapa baju kamu basah?" tanya Mariam.

"Abis renang," jawab Rani, setelah itu ia berjalan menuju kamarnya.

"Hah Renang? emangnya rumah kita punya kolam renang?" Mariam memikirkan maksud dari jawaban Rani.

"Eh iya, tante kan lagi masak. Tante ke dapur dulu ya Rex," lanjut Mariam, setelah mengatakannya Mariam pergi menuju dapur.

Mata Rex tengah asik melihat ke sekeliling ruangan. Sebuah foto yang ada di lemari menarik perhatiannya, Rex pun mendekat ke arah foto tersebut lalu mengambilnya.

Di foto itu terlihat Rani sewaktu kecil bersama kedua orang tuanya, terukir senyum bahagia di wajah mereka. Hati Rex sedikit iri melihatnya, karena ia juga teringin sekali mempunyai foto bersama kedua orang tuanya. Ia bahkan tidak memiliki satupun foto keluarga.

"Heh!," panggil Rani yang sudah kembali setelah ganti baju.

Rex meletakkan kembali foto di tangannya, lalu menghadapkan tubuhnya ke arah Rani.

"Gue tanya ketiga kalinya, lo ngapain di sini?" tanya Rani yang mulai merasa geram.

"Gue cuma mau ngasih tau, kalo minggu depan kita ujian kenaikan kelas," jawab Rex.

Rani melongo mendengar jawab Rex, ia tidak percaya kedatangan Rex ke sini hanya untuk memberitahu hal itu saja?

"Lo ke sini cuma mau ngasih tau itu aja? yaelah, kalo itu mah gue juga udah tau."

"Kalo udah tau kenapa lo bolos?" Pertanyaan Rex berhasil membuat Rani terdiam.

"I-itu—"

"Gue nggak tau sih gimana rasanya, tapi plis jangan pernah lari dari masalah lagi, lo boleh nenangin diri, asal jangan kabur karena itu nggak akan menyelesaikan semuanya. Dan lagian Ka Dian gak tau, lo bisa kan lupain kejadian di rumah sakit dan kembali kek biasanya," potong Rex.

"Ngomong sih gampang, tapi waktu dilakuin tuh susah. Lo tau gak setiap gue liat wajah Ka Dian gue ngerasa malu, bahkan jijik sama diri sendiri, bukan hanya Ka Dian tapi waktu ketemu lo juga."

"Sekarang gue ada di hadapan lo, apa perasaan itu muncul?" tanya Rex.

Rani terdiam, semenjak ke datangan Rex perasaan malu itu nggak ada. Bahkan, Rani seperti biasanya ketika berhadapan dengan Rex, yang selalu dibuat jengkel oleh kelakuannya.

"Nggak kan, Perasaan itu datang hanya ketika lo terus mengingat-ngingat kejadian di rumah sakit tempo hari. Jangan terlalu berlarut-larut dalam kesedihan Ran," lanjut Rex.

Di sela-sela pembicaraan mereka Mariam datang. "Loh kok pada berdiri? ayok Rex kita makan bareng," ajak Mariam.

"Maaf tante bukannya nggak mau, tapi sepertinya saya harus pulang," ujar Rex.

"Yah, serius? kok cepat banget? nanti aja pulangnya kita makan dulu."

"Maaf tante, nanti kapan-kapan saya datang ke sini lagi," Rex berjalan mendekati Mariam untuk mencium punggung tangan Mariam. "Yasudah tante, saya pamit pulang dulu," pamit Rex.

Rex pun keluar rumah yang diantar oleh Mariam, sementara Rani masih terdiam di tempatnya.

Ini kedua kalinya Rex menasehati Rani, ketika Rani sedang dalam keadaan frustasi, Rex selalu datang dengan nasehatnya. Seharusnya Rani kesal namun entah kenapa ia tidak merasakan hal itu.

Justru Rani sedikit merasa senang melihat setiap tindakan Rex, dimulai dari perjuangannya menyusul Rani ke Jakarta dan sekarang dia rela-rela datang jauh-jauh untuk menemuinya. Hal seperti itulah yang membuat Rani jadi salah paham.






















Untung si Rex ketemu ibunya Rani kalo nggak udah kayak anak linglung dia.

Don't forget to support.
Thanks for reading.

TWO HEARTS, ONE WINNER [Tamat]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang