。⁠◕◍Bab #17◍◕⁠。

534 46 2
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Arghh, sial kenapa kepikiran terus sihh!" teriak Rani sambil mengacak-ngacak rambutnya.

Rani berjalan ke kamarnya untuk mengganti bajunya. Setelah selesai ia mengambil ponselnya berniat untuk menelepon ibunya. Namun, Rani tak kunjung meneleponnya, karena masih ada rasa ragu di hatinya.

Ting!

Suara notifikasi pesan masuk terdengar di HP Rani, lantas Rani langsung membukanya.

|ibu|
online

|Sayang, ibu mohon, pulang nak. Untuk waktu sebentar pun tidak apa-apa?

Rani terdiam sejenak setelah membaca pesan tersebut, kemudian ia mengetik kalimat untuk membalasnya pesan ibunya.

|Oke aku pulang.|

Setelah membalas pesan dari ibunya Rani bergegas pergi.

"Kali ini gue gak akan menghindar lagi, seneng kan lo Rex?!" batin Rani.

Rani tidak dengan perkataan Rex yang menganggap dirinya seperti itu, maka Rani ingin membuktikan kalau dirinya tidak seperti yang Rex katakan.

Tak selang beberapa lama, Rani sudah sampai di depan rumah orang tuanya. Rani menatap rumah besar yang ada di depannya, rumah yang ia tinggalkan selama beberapa bulan terakhir. Rani melangkahkan kakinya tuk masuk ke dalam.

"Sayang!" Mariam menyambut kedatangan Rani. "Akhirnya kamu pulang nak," kata Mariam.

"Ayah mana?" tanya Rani.

"Ayah sudah ada di dalam," jawab Mariam sembari menggandeng tangan Rani dan membawanya ke tempat Dani berada.

Mereka bertiga duduk di ruang tamu bersama-sama. Suasana di antara mereka terlihat tegang, atmosfer di ruangan itu terasa berat bagi Rani.

"Akhirnya kamu pulang, ke mana saja kamu hah?! ninggalin rumah seenaknya! udah jadi anak membangkang kamu!" bentak Dani pada Rani.

Rani menelan ludahnya, bersiap membalas perkataan ayahnya.

"Aku tuh capek tau gak Yah! tiap hari harus denger kalian berantemmm... terus," ucap Rani sambil berusaha menahan air matanya agar tak jatuh. "Sebenarnya apa sih yang kalian perdebatkan?" tanyanya.

Mariam dan Dani terdiam sejenak, tidak ada jawaban yang mereka berikan.

"Maafkan ayah dan ibu Ran," kata Mariam angkat bicara, "ada banyak hal yang menjadi penyebab keretakan hubungan di antara kami. Kami hanya ingin kamu mengerti, ibu dan ayah tidak bisa lagi bersama," lanjutnya.

TWO HEARTS, ONE WINNER [Tamat]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang