...
"Lo suka sama ka Dian?"
"Kalo iya emangnya kenapa?"
"Gapapa, tapi lebih baik lo jangan suka sama ka Dian. Nanti lo nyesel."
"Terserah gue memangnya lo siapa ngatur-ngatur percintaan gue?!"
...
Berawal dari kehidupan Rani yang berantakan akibat k...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Waktu pulang sekolah pun tiba semua siswa-siswi pulang ke rumah masing-masing namun ada juga yang masih berada di sekolah, entah masih ada keperluan atau tidak.
Sementara Rani dan Astrid sedang berada di parkiran, mereka tengah memanaskan motor milik Rani. Motor Rani memang tidak terlalu tua, masih bagus, hanya saja motor-nya tidak mau menyala kalau tidak dipanaskan dahulu. Rani berniat untuk menggantinya dengan uangnya sendiri. Namun itu masih wacana.
"Hay cantik." Buaya pun datang, eh maksudnya Bintang pun datang dengan gombalan nya.
Bintang adalah cowok yang menaruh perasaan kepada Rani, sekitar awal semester Bintang menyadarinya. Namun tidak dengan Rani, ia tidak memiliki perasaan sama sekali hanya menganggapnya sebagai teman, bagaimana tidak, Bintang sering mengombalin cewek-cewek di sekolah ini. Bahkan, guru yang masih muda pun ia gombalin. Oleh karna itu, Rani sering menolaknya.
"Ngapain lo ke sini?" tanya Rani dengan jutek.
"Jangan jutek-jutek dong tar cantiknya ilang loh." Gombalan Bintang pun dimulai.
"Halah basii," kata Astrid yang ikut bicara saat mendengar gombalan Bintang.
"Diem lo," ucap Bintang pada Astrid dan kebetulan motor Rani yang tengah dipanaskan sudah selesai, alhasil Rani dan Astrid pun menaiki motornya.
"Mingir! mingir!" usir Rani pada Bintang, karena ia menghalangi jalan.
"Eh Ran! belum selesai ngomong nih!" teriak Bintang seraya melihat kepergian Rani. "Ahkk sial!" umpatnya.
✳
Di depan gang rumah Astrid, Rani menghentikan motornya, Astrid turun dari motor. "Besok jangan terlambat lagi loh," ucap Astrid.
"Siap mbak jago," jawab Rani seraya memberikan hormat. Setelah berkata seperti itu, ia melanjutkan perjalananya.
✴✴✴✴
(Di rumah Rani)
Rani memarkirkan motornya sembarangan. Ia masuk ke dalam rumah dan langsung duduk di sofa sambil menyalakan Tv, tiba-tiba Rani mendengar keributan di dapur, karena Rani penasaran, ia pun beranjak pergi menuju dapur.
"Ini urusanku kamu gak berhak ikut campur!" ucap Dani, ayah Rani, dengan nada tinggi kepada Mariyam, ibu Rani.
"Aku juga berhak dalam hal ini!!" balas Mariyam dengan nada yang tak kalah tinggi.
Dani melayangkan tangannya, hampir menampar pipi Mariyam.
"Ahk sudah lah," kata Dani yang mengakhiri pertengkaran nya, ia pun pergi meninggalkan Mariyam.
Sementara Rani, yang menyaksikan pertengkaran kedua orang tuanya yang kesekian kali di pojokan, hanya bisa menangis, entah apa yang sedang mereka debatkan setiap harinya.
Rani memutuskan untuk pergi ke suatu tempat yang sering ia datangi saat tengah bersedih.
Setelah mengganti pakaiannya, Rani langsung pergi menaiki sepeda motor milik satpam rumahnya, kalau ia memakai motor miliknya butuh waktu lama, sedangkan Rani ingin secepatnya pergi.
✴✴✴✴✴
Rani sampai di tempat yang ia tuju, yaitu di sebuah gedung mini. Gedung mini ini dulunya milik nenek nya, dijadikan sebagai tempat jualan kue sewaktu beliau masih hidup. Sekarang usaha kuenya bangkrut, alhasil gedung ini tidak terpakai alias terbengkalai.
"Aaaaaaaaaaaa!" teriak Rani saat ia sudah berada di atap gedung.
"Kenapa kalian selalu berantem? apakah kalian tidak kasihan dengan ku? apakah kalian tidak menganggap ku?" Pertanyaan-pertanyaan yang selama ini dipendamnya ia keluarkan dengan jeritan yang diiringi isakan tangisan.
"Jika terus seperti ini lebih baik gue bunuh diri aja." Rani mengatakanya dengan lemas.
"Mati gak akan menyelesaikan masalah. " Tiba-tiba terdengar suara seseorang yang menyautinya.
Karena kaget, Rani langsung menghapus air matanya dan melihat ke arah sumber suara itu berasal.
"Lo? ngapain di sini?" tanya Rani pada seseorang yang menyautinya, ternyata orang itu adalah Rex siswa baru di kelas.
"Hanya orang bodoh yang menyelesaikan masalahnya dengan bunuh diri." Bukanya menjawab pertanyaan dari Rani, Rex malah memberikan kata-kata bijak.
"Lo nyindir gue?" tanya Rani yang merasa tersindir, karena jujur ia tadi mengatakan dirinya ingin bunuh diri bukan Rani bersungguh-sungguh, hanya saja kata-kata itu tiba-tiba terucap olehnya.
"Mungkin." Dengan santainya Rex menjawab.
"Gue tanya sekali lagi lo ngapain di sini?" Kedua kalinya Rani bertanya pada Rex, ia sungguh penasaran, bagaimana bisa Rex ada di sini? sedangkan tempat ini tak jarang orang ketahui.
Dan kedua kalinya juga, Rex mengabaikan pertanyaan Rani, ia malah duduk di samping Rani.
"Nih cowok ngeselin banget," batin Rani.
"Andai saja hidup seindah sunset, " ucap Rex sambil melihat ke arah sunset.
Mendengar ucapan Rex, Rani langsung menoleh ke arah yang dimaksud Rex. "Indah," kagumnya pada keindahan sunset.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mereka berdua menyaksikan sunset di atas gedung hingga sang mataharimenyembunyikan dirinya.
Rani teringat dengan kejadian tadi pagi saat Rex menabraknya hingga ia terjatuh. "Oh iya, gue kan masih punya dendam sama nih anak," batin Rani
"Eh, lo—" Belum sempat Rani menyelesaikan perkataanya Rex malah berdiri dan pergi meningalkan Rani.
"Dasar cowok kagak ada ahklak lo!" teriak Rani yang terlihat geram. Sementara Rex, terus berjalan seakan tidak mendengar teriakkan Rani.