Matanya mengerjap beberapa kali, sebelum akhirnya ia mendudukkan dirinya di atas sebuah ranjang yang tentu saja ini bukan ranjangnya, ataupun kamarnya sekarang. Ia menatap ke sekeliling kamar asing itu, ia tak menemukan seseorang pun disana. Sebelum akhirnya, sebuah knop pintu yang dibuka mengalihkan pandangannya ke arah sebuah pintu utama kamar tersebut.
Dari sana, Seorang pria kemudian masuk. Ia membelalakkan matanya, ketika mendapati pria itu adalah sosok pria yang sama seperti yang ia temui di club malam tadi. Pria itu menyeringai, dan berjalan mendekat ke arah yang berada di atas ranjang. Sialnya, tubuh Jihoon tak bisa bergerak dari sana. Kemudian pria itu perlahan merangkak naik ke atas ranjang, lalu meraih tengkuknya dan mencium bibirnya tanpa izin. Tubuhnya tak bisa memberontak sama sekali, bahkan pikirannya berkata harus memberontak.
Kemudian ciuman pria itu turun menciumi lehernya, dan bodohnya kenapa ia malah memberi akses lebih pada pria itu. Matanya terpejam otomatis, dengan tangannya yang memegang kedua bahu kokoh pria tersebut. Kemudian, pria itu kembali mengecup bibirnya sebelum akhirnya pria itu membisikkan sesuatu padanya, "Jihoon...aku menginginkan mu"
Dan detik itu juga ia terbangun, dengan dadanya yang bergerak tak beraturan, serta peluh yang mengucur di seluruh tubuhnya. Ia mendudukkan dirinya, lalu menghela nafasnya sebelum akhirnya mengusap wajahnya kasar.
"Aish! Bisa-bisanya aku memimpikan pria tak jelas itu..." Keluhnya.
Sekali lagi ia menghela nafasnya, lalu menatap bingkai foto yang kini berada dalam pangkuannya. Ia menatapnya sebentar, sebelum akhirnya meletakkannya kembali ke tempat yang seharusnya. Setelah itu, ia melirik jam dinding yang ada di kamarnya. Sudah pukul enam pagi, dan ia pun segera beranjak dari atas ranjangnya menuju ke dapurnya.
Ia membuka kulkasnya dan mengambil sebotol air putih dingin dari sana, kemudian membuka lemari dapurnya untuk mengambil sebungkus ramyeon sebagai menu sarapannya pagi ini. Saat tengah asik merebus mie tersebut, tiba-tiba ingatannya kembali berputar pada mimpinya tadi. Bukankah aneh, ia bisa bermimpi tentang pria yang bahkan baru ia temui semalam?
Tentu, tentu saja sangat aneh. Bertemu dengan pria itu secara tiba-tiba, lalu mengajaknya minum saja sudah sangat aneh baginya. Cih! Ingin sekali ia memukul kepala pria itu jika bertemu lagi dengan tongkat baseball yang ada di kamarnya, kalau ia bisa. Apalagi, saat mengingat tatapan mesum pria itu yang membuatnya semakin ingin melenyapkan pria itu ditempat saat itu juga.
"Aish!" Kesalnya sambil menghentakkan kakinya. Memikirkannya lagi saja, sudah membuatnya kesal, bagaimana jika mereka bertemu lagi?
•••
"Aigoo, hyungnim! Annyeonghaseyo" Langkah Jihoon terhenti begitu melihat seorang pria tinggi berdiri di dalam ruangan tempat ia, Jeonghan dan Seungcheol bekerja.
"Eoh, Sersan Kim?" Pria itu tersenyum, lalu menghampirinya dan tanpa permisi langsung memeluknya.
"Ugh! Ya–yah! Lepaskan..." Jihoon mendorong tubuh pria yang lebih tinggi darinya itu menjauh, lalu berjalan ke kursinya dibuntuti oleh pria bermarga Kim itu dari belakang.
"Sejak kapan kau kembali dari Gwangju?"
Pria Kim itu menarik kursi miliknya, dan duduk di depan Jihoon, "kemarin, setelah inspektur Min memintaku untuk kembali"
"Huh?"
"Ya, dia memintaku untuk membantumu menyelesaikan kasus ini. Lagipula,bukan itu saja alasan ku kembali ke Seoul...aku juga merindukanmu" Bisiknya di akhir kalimat.
Ah, dia mulai lagi. Dia Kim Mingyu, salah seorang anggota polisi muda berpangkat sersan, satu-satunya orang yang dengan terang-terangan mendekati Jihoon dan menyatakan perasaannya tanpa basa-basi. Pria satu ini cukup cerewet dan banyak tingkah, dan ia juga punya perilaku yang sedikit menyebalkan menurut Jihoon, biar begitu ia juga agak bodoh, tapi baik hati.
Seungcheol dan Jeonghan yang ada di ruangan itu, hanya menghela nafasnya. Mereka memaklumi kelakuan Mingyu, biarlah pria itu berjuang mengejar Jihoon dan mendapatkan cintanya yang padahal sebenarnya cukup mustahil, karena Jihoon sendiri pernah bilang bahwa ia tak ingin mengikat dirinya di sebuah hubungan, karena suatu alasan.
"Jadi hyungnim, apa pekerjaan ku?" Tanya Mingyu dengan senyuman tampan di wajahnya.
Jihoon meliriknya sekilas, seraya menyibukkan dirinya dengan kertas-kertas dan layar komputer di hadapannya, "diam..." Ujarnya.
"Ne?!"
Jihoon menghela nafasnya, "Tugasmu adalah diam, sampai aku tau pekerjaan apa yang cocok untuk ku berikan padamu"
Mendengar ucapan Jihoon, sontak membuat Seungcheol dan Jeonghan tak bisa menahan tawa mereka lagi. Sedangkan Mingyu, pria itu langsung kehilangan moodnya, kemudian beranjak dan menarik kursinya kembali ke mejanya.
25 menit berlalu, mereka masih sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Sedangkan Mingyu, pria itu hanya diam menatap tiga hyungnya dengan wajah cemberut karena ia satu-satunya orang pengangguran di ruangan ini. Bosan, tentu saja apalagi hanya diam dan tak tau harus melakukan apapun.
"Jihoon-ah, club itu sudah ganti pemilik ternyata. Asumsiku sekarang, bisa saja pemilik yang baru merupakan salah satu dari kaki tangan GD..." Ujar Jeonghan yang menemukan fakta baru itu.
"Masuk akal, tapi bisa saja asumsi mu masih salah. Lebih baik, kita menyelidiki siapa pemilik baru club itu, setidaknya akan jauh lebih pasti bukan?" Sahut Seungcheol.
"Hm, kau benar...Yah, Kim Mingyu" Pria yang tadinya asik membolak-balikkan ponsel di tangannya, langsung menegakkan tubuhnya.
"Ne, hyungnim!"
"Cari data dan informasi lebih dari pemilik club malam Midnight Light " Perintah Jihoon.
"Baik!" Sahut pria itu antusias, lalu segera menjalankan tugasnya yang baru saja diberikan oleh Jihoon.
•••
Pria itu duduk di kursi kerjanya, di tangannya memegang sebuah kartu nama yang baru saja diberikan oleh salah satu anak buah ayahnya.
"Hoshinori? Lalu, Edward Kwon? Setelah ini apalagi nama samaran yang ku miliki?" Gumamnya sambil membolak-balik kartu nama di tangannya itu.
Tak lama kemudian, pintu ruangannya terbuka menampilkan sosok salah satu suruhan ayahnya, Kim Doyoung. Soonyoung mendesah kesal, ketika melihat pria itu. Sudah pasti, pria itu datang dengan membawa perintah dari ayahnya dan Soonyoung benar-benar muak.
"Ahh! Apalagi sekarang, bisakah aku bersantai sebentar tanpa perintah si tua gila itu?" Kesal Soonyoung.
Doyoung membungkukkan tubuhnya, "Maaf tuan muda, tidak ada waktu bersantai untuk sekarang. Karena, kita harus menyiapkan diri untuk misi besar" Tutur pria itu.
"Aish..."
#Two_Sides2
•••
Met pagi, have a good day!! Jaga kesehatannya ya<3 see you on sunday!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides 2 || Soonhoon
Fanfiction[Version: 2/2] - "Love and happiness that changed him" - ⚠️ B×B Mpreg Rated [🔞] TW// many harsh words, murder, etc. Homophobic ❌ Tidak untuk ditiru, jadilah pembaca yang cermat. • Not for minor!! • - Happy Reading - © L I A J E O N N I E 2021