Soonyoung menyeringai ketika lelaki di atas pangkuannya mulai panik dan hendak beranjak dari atas pangkuannya. Namun, tenaganya tak cukup kuat karena lengannya yang sengaja ia lingkarkan memeluk tubuhnya dan mengunci pergerakannya agar tak kemana-mana.
"Yah!" Pekiknya, sambil memukul dada Soonyoung guna melepaskan lengannya yang memeluk tubuh Jihoon. Pria itu tak mengindahkannya, dan hanya bersandar pada kursi yang ia duduki sambil menatap lelaki itu dengan tatapan yang seolah terhibur dengan reaksi yang ditunjukkan oleh Jihoon.
"Edward! Lepaskan aku!" Pekik Jihoon sambil terus berusaha melepaskan diri dari pria itu.
"Tenanglah, aku tidak akan berbuat macam-macam padamu Jihoon" Ujar Soonyoung dengan tenangnya.
Jihoon melemparkan tatapan tajamnya pada Soonyoung, ia berdecak lalu kembali berusaha melepaskan lengan Soonyoung yang memeluknya dengan erat. Pria itu menghela nafasnya, lihatlah betapa keras kepala lelaki di atas pangkuannya ini. Dalam satu tarikan yang dilakukan oleh Soonyoung, tiba-tiba tubuh Jihoon dengan mudahnya terhuyung hingga keduanya nyaris sekali berciuman.
Soonyoung tersenyum, kemudian tangannya mengelus pipi lelaki itu dengan lembut, selembut kapas hingga membuat Jihoon sedikit terbuai dengan belaian tangan dingin pria didepannya tersebut. "Kenapa kau melakukannya Jihoon, kenapa kau menipu ku hm?" Ujar Soonyoung pelan.
Jihoon mengalihkan pandangannya, "Hey, aku bertanya padamu...kau ingin apa dariku, apa aku menyimpan banyak informasi yang kau butuhkan, hingga kau bertindak untuk menipuku seperti ini dengan identitas palsu mu itu, kemudian berlagak mendekatiku sebagai teman dan mulai mencari yang kau inginkan, ketika sudah berhasil mendekati ku?"
Lagi dan lagi, Jihoon hanya bungkam dan memilih tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan pria itu padanya.
"Yah... Lee Jihoon, jawab aku"
"Lepaskan aku—"
"Jawab aku lebih dulu, setelah itu aku akan melepaskan mu" Jihoon menghela nafasnya. Ia memejamkan matanya sejenak, sebelum akhirnya memberanikan diri untuk menatap mata pria itu.
"Lepaskan aku, Edward..." Ujar Jihoon. Dan, pria itupun melepaskan lengannya yang memeluk pinggang Jihoon. Kemudian, ia segera bangkit dan merogoh saku celananya, lalu menodongkan pisau lipat yang sengaja ia bawa, kalau-kalau terjadi sesuatu seperti sekarang ini.
Ia menodongkan pisau itu, tepat di depan wajah Soonyoung. Namun, pria itu tak menunjukkan reaksi apapun, selain menghela nafas dan menyenderkan tubuhnya di kursi seraya menatap mata Jihoon yang menatapnya dengan sengit sekarang.
"Kau anak buah GD bukan? Katakan, apapun informasi yang kau tau tentangnya, cepat!" Ujar Jihoon penuh penekanan.
Soonyoung tertawa pelan, kemudian melipat kedua tangannya dengan santai, "Ah, benar...kau benar-benar hanya memanfaatkan ku ternyata, kau jahat sekali, Jihoon-sshi...apa ini bentuk perlakuan seorang teman, pada temannya?"
"Kau—" Jihoon menggertak pria itu dengan semakin mendekatkan pisau itu ke wajah Soonyoung. Dan, apa yang dilakukan Soonyoung? Pria itu dengan wajah datarnya menggenggam sisi pisau yang tajam itu, membiarkan benda tajam itu menggores permukaan tangan kirinya, lalu merebutnya dari genggaman Jihoon dan melemparnya ke sembarang arah.
Darah segar terus mengalir dari goresan yang tercipta di telapak tangan kiri Soonyoung itu, Jihoon yang melihat itu tentunya panik, "Yah...tanganmu" ujarnya.
Namun Soonyoung tak mengindahkan ucapan lelaki di hadapannya itu. Kemudian ia bangkit dari posisinya, lalu menyudutkan Jihoon ke arah lemari yang ada di dekat sana. Jihoon membulatkan matanya, seketika Soonyoung semakin menghimpit tubuhnya dan mengunci pergerakannya agar tak pergi kemana-mana. Jangan lupakan tatapan tajam pria itu yang kini benar-benar membuatnya terpaku di tempat.
"Kau melukai ku..." Ujarnya dengan nada yang terdengar dingin. Kemudian pria itu merogoh saku celananya, dan mengambil sebuah sapu tangan berwarna biru muda, lalu memberikannya pada Jihoon.
Jihoon menatap sapu tangan dan pria itu bergantian, sebelum akhirnya Soonyoung menginstruksikannya untuk membalut tangannya yang terluka dengan sapu tangan tersebut. Jihoon menghela nafasnya, lalu meraih dengan kasar sapu tangan itu dari Soonyoung dan mulai membalut tangan pria itu dengan telaten.
"Kau salah berurusan dengan ku, Jihoon-sshi..." Jihoon menghentikan kegiatannya sejenak.
"Kau salah bermain-main dengan orang seperti ku. Kau tau, siapapun yang masuk dalam zona ku...tak akan ku biarkan dia keluar dengan begitu saja. Dan itu kondisi mu sekarang, Jihoon-sshi" lanjut pria itu.
Jihoon tersenyum miring, lalu menyelesaikan kegiatannya membalut tangan pria itu. "Kau pikir aku akan takut dengan gertakan mu?"
"Aku tidak sedang menggertak mu, manis. Aku hanya memberitahu mu bahwa kau salah memasang target, Jihoon-sshi..."
Jihoon menghela nafasnya, "Hentikan pembicaraan mu itu, lebih baik katakan informasi yang kau tau dan kembalikan ID Card ku!"
Soonyoung tersenyum, kemudian mendekatkan wajahnya dengan wajah Jihoon. Lelaki memalingkan wajahnya, "Jika aku memberikan keduanya, apa kira-kira yang akan ku dapat? Aku akan menolak jika itu berupa surat penangkapan, atau semacamnya. Jadi, apa penawaran mu?" Bisik pria itu di telinga Jihoon.
"Ah, bagaimana kalau kita saling menguntungkan disini?"
•••
Dihadapan Jihoon sudah ada sebuah kertas dan juga pulpen yang disediakan oleh Soonyoung. Di atas kertas itu tertulis beberapa kesepakatan dari pria itu sebagai bentuk penawaran, jika ia mau mendapatkan informasi dan ID Cardnya kembali.
Jihoon meraih kertas itu, kemudian membaca isi kesepakatan yang diminta Soonyoung dengan seksama. Pertama, Soonyoung akan memberi informasi seperti yang ia minta, dan Jihoon harus membantunya seperti yang Soonyoung minta. Kedua, Jihoon harus menghilangkan bukti keterlibatan Soonyoung dalam kasus ini dan melindunginya sampai akhir dari hukum. Ketiga, jika salah satu dari mereka mengingkari kesepakatan, otomatis kesepakatan ini dibatalkan. Setelah membacanya, Jihoon menatap pria yang berdiri dihadapannya itu.
"Aku tidak bisa melakukan yang kedua, itu ilegal dan menyalahi prosedur. Lagi, itu terlalu beresiko untuk ku dan untukmu juga..." Ujar Jihoon melayangkan ketidaksetujuannya.
"Kau bisa melakukannya, kau cukup pandai soal itu aku tau. Aku pun juga bisa, kita bisa menanganinya" Sahut pria itu.
Jihoon menghela nafasnya, "Sebelum itu, apa alasan mu menawarkan hal seperti ini? Dan, kau ingin aku juga membantumu...untuk apa?"
"Aku akan menjelaskannya nanti, tanda tangani saja dulu. Setelah itu, aku akan menjelaskan semuanya, tanpa terkecuali" Mendengar ucapan Soonyoung, Jihoon sebenarnya ragu. Hanya saja, dengan melihat tatapan mata Soonyoung membuatnya merasa sedikit yakin dan alhasil, ia menandatangani kesepakatan itu. Namun tanpa ia sadari, ia telah melewatkan satu kesepakatan disana. Kesempatan keempat, bahwa ia menyetujui untuk menjadi partner, partner dalam kerjasama dan juga partner untuk memuaskan.
Soonyoung meraih kertas yang baru ditandatangani oleh Jihoon tersebut, ia tersenyum puas kemudian menandatangani kertas itu, lalu menyimpannya.
"Aku akan menjelaskan semuanya, seperti kataku tadi...kau mau mulai darimana?"
#Two_Sides2
•••
Pagi, semangat buat yg daring/offline sekolahnya. Semangat juga yg lagi kerja, have a nice day dan tetep jaga kesehatannya ya♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides 2 || Soonhoon
Fanfiction[Version: 2/2] - "Love and happiness that changed him" - ⚠️ B×B Mpreg Rated [🔞] TW// many harsh words, murder, etc. Homophobic ❌ Tidak untuk ditiru, jadilah pembaca yang cermat. • Not for minor!! • - Happy Reading - © L I A J E O N N I E 2021