"KAMJAGIYA!! YAH! sejak kapan kau ada disana?" Pekik Seungcheol yang baru saja datang, ia sangat terkejut ketika melihat Jihoon yang duduk di kursi kerjanya dengan pakaian yang Seungcheol tau, Jihoon tak akan pernah memakainya saat sedang di kantor.
Seungcheol melangkahkan kakinya mendekat ke arah meja dongsaengnya itu, kemudian indera penciumannya menangkap sesuatu bau yang cukup menyengat darinya. Seungcheol yang masih belum yakin dengan apa yang ia cium, meletakkan segelas coffee yang bawa kemudian mencium bau itu lebih dekat lagi, hingga membuat Jihoon yang menyadari kelakuan Seungcheol itu reflek menjauhkan dirinya.
"Hyung!"
"Yah, kau minum lagi huh?!" Tanya Seungcheol. Yang ditanya berdecak, dan hanya memutar bola matanya malas, lalu kembali menatap layar komputer yang ada dihadapannya.
"Hyung..."
"Wae?!" Sahut Seungcheol ketus, sambil meletakkan tas dan coffe yang ia bawa ke atas meja kerjanya.
"Aku dapat informasi dan kau tau, aku memegang kendali dari seseorang yang cukup penting untuk membongkar kasus ini" Ujar Jihoon sambil mengotak-atik komputer dihadapannya. Seungcheol yang mendengar itupun, sontak mengerutkan keningnya tak paham dengan maksud dari pembicaraan yang tengah Jihoon bahas sekarang.
Belum mendapatkan respon apapun dari lawan bicaranya, Jihoon menghela nafasnya meratapi betapa leletnya otak hyung tertuanya ini. Kemudian, Jihoon menyuruh hyungnya itu duduk dan kemudian menjelaskan secara perlahan dan detail dari pembahasannya tadi. Seungcheol mendengarkannya dengan seksama apa-apa saja yang Jihoon katakan, tentang Edward Kwon, Kwon Soonyoung itu siapa dan apa hubungannya dengan Kwon Jiyoung.
"Jadi, Edward hanya nama samaran Soonyoung? Dan, asumsi mu adalah Soonyoung adalah putra dari Jiyoung. Tunggu, Jiyoung itu nama aslinya GD kan?" Jihoon merespon ucapan Seungcheol itu dengan anggukannya. Tak lama kemudian, Mingyu datang lalu menyapa keduanya.
"Annyeonghaseyo—"
"Sersan Kim, cari lokasi dari alamat yang ku kirim ke email mu, aku butuh sore ini juga" Perintah Jihoon, seraya bangkit dari kursinya dan meraih ponsel serta kunci mobil miliknya dari atas meja kerjanya.
"S-Sore ini? Kenapa tidak besok, itu terlalu—" belum sempat Mingyu menyelesaikan kalimatnya, Jihoon keburu pergi dari ruangan mereka dan meninggalkan Mingyu yang menatap pintu transparan dari ruangan mereka yang sudah tertutup kembali.
"Fighting gyu...Cha, aku akan membantumu" Ucap Seungcheol.
"Hmm...gomawo hyung-nim" Sahut Mingyu dengan nada sedihnya.
•••
Mobil mahal bermerek Tesla itu terparkir apik di halaman sebuah mansion yang cukup mewah dan luas. Bangunan bernuansa serba putih dengan beberapa ornamen keemasan, serta halaman depan yang cukup besar dengan air mancur dan beberapa patung impor yang harganya cukup mahal. Beberapa penjaga yang dilewatinya membungkuk memberi hormat padanya, kemudian membukakan pintu mansion tersebut untuknya.
Kaki jenjangnya melangkah menaiki anak tangga dengan santainya, kemudian berjalan menyusuri koridor ke bagian mansion sayap kanan. Suara siulan dan derap sepatunya menggema ke seluruh koridor yang ia lewati, lalu ia berhenti dan membuka pintu yang ada di hadapannya, setelah itu menutupnya kembali. Soonyoung berjalan menuju sofa yang ada di kamarnya dan mendudukkan dirinya disana dengan nyaman, lalu merogoh saku celananya dan mengambil sesuatu dari sana.
Sebuah tanda pengenal milik seseorang, ia menatap benda itu seraya menyeringai licik. "Sandiwara yang bagus, kau berhasil menipuku dan membuatku jatuh dalam pesona mu yang manis...Han Woozi"
Tak berselang lama, ponselnya bergetar menandakan ada sebuah pesan yang masuk. Ia melempar ID Card yang ia pegang itu ke atas meja dihadapannya, kemudian mengambil ponsel miliknya dan membuka pesan tersebut.
Soonyoung menghela nafasnya, "kau masih ingin bermain-main dengan ku rupanya, baiklah...akan ku lakukan sesuai dengan alur mu, Lee Jihoon-sshi"
Sore harinya, Soonyoung pergi ke club yang kini telah menjadi miliknya seraya menunggu lelaki itu datang sambil menikmati segelas wine di tangannya. Ia melirik jam dinding yang berputar di ruangannya, sudah pukul setengah enam sore dan lelaki itu belum kunjung datang menampakkan batang hidungnya. Lelaki itu telat setengah jam, dan itu sudah membuat Soonyoung agak kesal karena sesungguhnya ia tidak suka dengan orang yang tak tepat waktu.
"Sial...kemana dia?" Gumam Soonyoung.
•••
Selama di mobil menuju ke club, Jihoon hanya mengumpat tanpa henti. Bisa-bisanya ia menghilangkan benda sepenting itu, bahkan sampai sekarang ia tak tau keberadaan benda itu dimana. Sesampainya disana, Jihoon segera masuk ke tempat itu dan segera menuju ke ruangan Pria itu. Sial, ia bahkan telat sejam dari waktu yang telah mereka sepakati. Persetan dengan itu, yang penting ia datang sekarang.
Seketika Jihoon membuka pintu ruangan yang ada didepannya, Jihoon mematung untuk sepersekian detik ketika indera penglihatannya menangkap sosok Soonyoung yang tengah memangku seorang gadis dan tengah asik bercumbu di dalam ruangannya. Jihoon mengalihkan pandangannya dengan tangannya yang reflek mengeratkan genggamannya pada gagang pintu.
"Yah, Edward..."Panggilnya, hingga membuat kedua manusia yang tengah asik bercumbu itu berhenti dengan kegiatan mereka. Soonyoung menoleh ke arahnya dengan tatapan biasa saja-nya.
"Ah, kau sudah datang rupanya..."Ujarnya, lalu menyuruh gadis yang ada di pangkuannya itu keluar dari ruangannya, hingga meninggalkan Soonyoung dan Jihoon yang masih berdiri di ambang pintu.
"Masuklah, kenapa masih berdiri disana?" Kata pria itu seraya merapihkan bajunya yang sedikit berantakan. Jihoon menatap pria itu malas, kemudian menutup kembali pintu ruangan Soonyoung dan hendak mendudukkan dirinya di sofa, sebelum Soonyoung memanggilnya.
"Woozi-ah..." Si empunya menoleh. "Kemari..." Ujar Soonyoung, yang tentu saja membuat Jihoon sendiri menatapnya keheranan dengan pikiran yang sudah macam-macam.
"Kemari lah, kau tidak mendengar ku manis?" Katanya.
"Bajingan...beraninya dia memanggilku begitu, setelah bercumbu dengan orang lain di depanku. Dasar pria gila, jika bukan karena kasus ini aku juga tidak akan mau meladeni mu..." Batin Jihoon.
Setelah itu, ia berjalan mendekat ke arah pria itu. Betapa terkejutnya Jihoon ketika tangannya di tarik oleh Soonyoung, dan membuatnya jatuh terduduk di atas pangkuan pria itu, dengan posisi yang nyaris tak berjarak sedikitpun. Keduanya saling menatap, Soonyoung yang menatap Jihoon dengan senyumannya, dan Jihoon yang menatapnya pria itu penuh keterkejutannya. Telapak tangan Soonyoung terulur mengelus pipi merah padam milik lelaki di pangkuannya itu, kemudian melingkarkan tangannya sembarangan di pinggang Jihoon, lalu menarik tubuhnya lebih dekat hingga bertubrukan dengan tubuh besarnya.
"Y-Yah..." Cicit Jihoon.
"Ah, kau lebih cantik di lihat sedekat ini rupanya..." Ucap Soonyoung dengan ibu jarinya yang mengusap lembut permukaan bibir merah muda milik Jihoon. Diperlakukan seperti itu saja mampu membuat Jihoon tak mampu mencerna keadaan, otaknya blank seketika apalagi dengan tatapan mata tajam milik Soonyoung yang seolah menguncinya disana dan menghipnotisnya untuk menuruti perkataan yang keluar dari mulut pria itu.
Soonyoung mengecup singkat bibir lelaki itu, kemudian membisikan sesuatu di telinga Jihoon, "Kau licik...Jihoon-sshi"
Mendengar itu, Jihoon yang tadinya blank seketika tersadar dan langsung menatap Soonyoung dengan tatapan tidak percayanya. "Kau..."
#Two_Sides2
•••
Happy Sunday and have a nice day readers!!
Jangan lupa jaga kesehatannya ya, luv u♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides 2 || Soonhoon
Fanfiction[Version: 2/2] - "Love and happiness that changed him" - ⚠️ B×B Mpreg Rated [🔞] TW// many harsh words, murder, etc. Homophobic ❌ Tidak untuk ditiru, jadilah pembaca yang cermat. • Not for minor!! • - Happy Reading - © L I A J E O N N I E 2021