Beberapa hari kemudian,
"Jihoon-ah! Hasilnya sudah keluar..." Ujar Wonwoo yang baru saja memasuki ruangan Jihoon beserta rekan-rekannya yang lain. Pria itu menarik kursi dan meletakkan beberapa tumpuk laporan yang ia bawa ke atas meja.
Melihat itu, Jihoon, Jeonghan, Seungcheol dan Sersan Kim langsung mendekat ke arah Wonwoo. Jihoon mengambil salah satu laporan yang ada di tumpukan itu, lalu membukanya. Sedangkan Wonwoo bersiap untuk menjelaskannya.
"Vittori De Luca...namanya bukan seperti orang Korea?" Ujar Seungcheol.
"Hm, dia berdarah campuran Korea-Italia. Dan dari informasi yang kita dapat, ia berada di Korea karena pekerjaannya..." Jelas Jihoon.
"Pekerjaannya? Memang apa pekerjaannya?" Tanya Seungcheol lagi.
"Kau tidak membaca laporannya lagi, huh? Ck...Dasar kau ini. Dia tangan kanan dari ketua Kartel narkoba terbesar di Italia, dia berada disini karena menjadi perantara dalam penyeludupan ilegal itu. " Jelas Jeonghan panjang lebar.
Wonwoo menarik salah satu laporan dari tumpukan tersebut, lalu membukanya dan menunjukkan hasil identifikasi yang telah dilakukan oleh timnya pada jasad pria tersebut.
"Ini, luka tusukannya cukup dalam dan sayatan di lehernya ini tidak terlalu panjang" Kata Wonwoo.
Jihoon mengigit bibirnya, jari-jemarinya asik memutar-mutar pulpen dan matanya menatap laporan yang di pegang Wonwoo. Ucapan Wonwoo barusan ada benarnya, mereka memiliki dua kemungkinan sekarang. Pelakunya ganda atau hanya salah satu dari seseorang yang memiliki DNA di tubuh korban tersebut.
"Wonwoo sunbae, apa kau menemukan bekas kekerasan lain seperti lebam dan semacamnya?" Tanya Mingyu yang juga duduk disana.
"Tidak ada, hanya itu..." Kata Wonwoo.
"Dilihat dari bekas sayatannya, bisa saja pelaku hanya mencoba menggertaknya. Seperti kata Jeonghan, ada sesuatu yang hilang di brangkas itu..." Ujar Seungcheol seraya mengamati foto forensik luka korban.
"Ah sunbae, menurut laporan tadi...bukankah Vittori ada hubungannya dengan GD? Ada saja kemungkinan, jika dia dibunuh oleh anak buah mereka kan?" Timpal Mingyu.
Jihoon menatap pria itu, omongan Mingyu memang ada benarnya. Apalagi, dari bukti laporan tentang keterkaitan korban dengan kelompok pria itu tengah menjalin kerja sama. Ah, tapi ini hanya kecurigaan sementara saja. Bisa jadi, masih ada kemungkinan-kemungkinan lain yang terjadi.
•••
Soonyoung keluar dari mobilnya, lalu berjalan ke arah seorang pria yang sudah terikat di kursi dan di jaga oleh beberapa anak buahnya. Ia menatap pria tersebut yang wajahnya telah penuh lebam, dan darah segar yang keluar dari sudut bibirnya. Matanya sedikit bengkak dan luka robek di tulang pipi kanannya.
Ia menghela nafasnya, "Kim Doyoung..."
"Tuan muda..."
"Aigoo...lihat wajahmu. Yah, kalian seharusnya tidak perlu membuatnya separah ini. Kasihan sekali dia" Ujar Soonyoung sembari berakting seolah-olah mengasihani pria tersebut.
Soonyoung mensejajarkan tubuhnya dengan pria tersebut, lalu tangannya memukul pelan paha Doyoung, "Yah, apa kau tau kenapa aku melakukan ini padamu?"
Doyoung tidak menjawabnya, tetapi hanya menatapnya sengit. Melihat ekspresi wajah pria itu, membuat Soonyoung tertawa kecil. Kemudian ia beranjak dan berdiri dengan angkuhnya di depan Doyoung, lalu memanggil salah satu anak buahnya dengan sebuah map coklat yang disodorkan ke hadapan Soonyoung.
"Kim Doyoung, ayo bekerja sama—"
"Tidak, saya tidak akan berkhianat dari tuan Kwon" Potong Doyoung penuh penekanan.
Soonyoung menatap pria itu sembari tersenyum miring. Ia tau betul, seberapa setianya Doyoung pada sang ayah. Terlebih, pria ini bahkan dijadikan salah satu orang kepercayaan ayahnya dari sekian banyak bawahannya. Bahkan, sejak pertama kali Doyoung di rekrut oleh sang ayah, pria itu mendapatkan perlakuan istimewa dari ayahnya yang tentu saja, membuat Soonyoung punya rasa tidak suka pada pria itu.
Iri tentu saja, sejak remaja Soonyoung di didik keras oleh sang ayah, selalu berhadapan dengan senapan dan berbagai benda tajam. Sedikit saja ia melakukan kesalahan, sudah pasti ayahnya akan memberikan hukuman cambuk. Sedangkan Doyoung, pria itu mendapatkan perlakuan layakanya seorang putra bagi ayahnya. Jika melakukan kesalahan, ayahnya hanya membentaknya tidak sampai memberikan hukuman seperti yang ayahnya lakukan pada Soonyoung. Pilih kasih memang, itu sebabnya ia sendiri tidak tahan jika harus seperti ini terus.
"Kau sangat setia pada pria itu rupanya?" Ujar Soonyoung.
"Sampai aku mati, aku akan tetap berpihak pada tuan Kwon. Aku tidak akan pernah mengkhianatinya" Ucap Doyoung sambil menatap Soonyoung dengan berani.
"Tidak akan pernah ya? Coba ku bantu kau mengingat, apakah kau pernah mengkhianatinya atau tidak?" Soonyoung melipat kedua tangannya, "Ekstasi, 10 Juta Won, Apartemen Gangnam STN. Kau pasti mengingat itu kan?" Ucap Soonyoung sembari menghitung apa-apa saja yang ia sebutkan dengan jari-jarinya.
"Kau—"
"Wah, kau benar-benar pria yang tidak tau diri Doyoung-sshi. Ayahku sangat percaya padamu, tapi kau menipunya dengan memanipulasi penjualan itu dan membeli sebuah apartemen di Gangnam" Kata Soonyoung dengan tatapan mengintimidasinya. Pria itu membisu, tak berani menjawab bahkan menatap matanya sedikit saja.
"Jadi, Doyoung-sshi...apa kau masih tidak ingin membantu ku? Aku bisa menjamin keselamatan mu tenang saja..." Katanya lagi, dan kemudian pria itu menatapnya.
Soonyoung tersenyum puas, begitu melihat kertas perjanjian di tangannya yang baru saja disetujui oleh Doyoung. Begitu mudah untuk menggertak pria satu ini, hanya perlu mencari rahasianya dan menjadikannya sebagai senjata agar pria itu tunduk padanya. Ya, bukan Soonyoung namanya jika ia tak pandai membuat lawannya menurut di bawah kakinya.
Soonyoung menghela nafasnya, "besok...kau hanya perlu melakukan sesuai yang ku perintahkan, katakan sesuai dengan apa yang ku katakan. Jika tidak, ku pastikan hidupmu berakhir lebih mengenaskan dari keluarga mu" Ujar Soonyoung, sebelum akhirnya berlalu pergi meninggalkan pria itu dengan beberapa anak buah yang berjaga disana.
•••
The next day, 10.36 PM
Jihoon merebahkan tubuhnya di sofa, ia menghela nafasnya kemudian memejamkan mata sejenak. Kasus ini benar-benar menguras tenaga dan pikirannya, ia bahkan tidak bisa beristirahat dengan tenang. Disetiap ia ingin tertidur, otaknya akan terus bekerja, bertanya siapa pembunuhnya? Bagaimana ia bisa menyelesaikan kasus ini dengan segera?
Lelaki itu memijat pelipisnya karena kepalanya terasa begitu pening. Tak lama kemudian, bel apartemen Jihoon berbunyi. Lelaki itu menoleh ke arah pintu, kemudian berdecak sebelum akhirnya beranjak malas dari sofanya untuk membukakan pintu tersebut. Begitu pintu terbuka, Jihoon mendapat sosok seorang pria dengan wajahnya yang penuh luka dan lebam. Ia menatap bingung pria itu. Tunggu, ia pernah bertemu pria ini sebelumnya, tapi dimana?
"Kau ingin apa?" Tanya Jihoon, sembari berjaga-jaga jika pria itu melakukan sesuatu yang berbahaya untuknya.
Namun tidak, pria itu justru membukukan tubuhnya, kemudian menyerahkan kedua tangannya ke hadapan Jihoon, "Aku pembunuh Vittori, tangkap aku..." Ujarnya.
"Ne??"
#Two_Sides2
—
Malam, sejauh ini alurnya ga aneh kan? Takut bikin kalian kurang nyaman bacanya🙏
Stay safe, stay healthy, see u!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides 2 || Soonhoon
Fanfiction[Version: 2/2] - "Love and happiness that changed him" - ⚠️ B×B Mpreg Rated [🔞] TW// many harsh words, murder, etc. Homophobic ❌ Tidak untuk ditiru, jadilah pembaca yang cermat. • Not for minor!! • - Happy Reading - © L I A J E O N N I E 2021