"apa katamu?"
Soonyoung benar-benar dibuat tidak percaya dengan pernyataan yang baru saja dilontarkan kekasihnya, ia tidak ingin mempertahankan kandungannya. "Yah, apa alasanmu tidak ingin mempertahankannya?" Tanya Soonyoung heran.
Jihoon terdiam, ia bahkan tak bisa memberikan alasan jelas kenapa ia tak ingin mempertahankan kandungannya sendiri. Entahlah, Soonyoung bahkan tak habis pikir dengan Jihoon sekarang.
"Jihoon, kau boleh membenciku tapi jangan pada janin tak berdosa itu. Ia bahkan tak tau apa-apa dan kau, kau calon ayahnya ingin membunuhnya yang tidak tau apa-apa?" Ujar Soonyoung.
Jihoon masih terdiam, tangannya meremat pinggiran kasur. Matanya mulai berkaca-kaca mendengar setiap perkataan Soonyoung tadi, ia tau yang ia katakan itu salah. Tapi, pilihannya masih pada opsi bahwa ia tak ingin mempertahankan kandungannya. Soonyoung berlutut di depan Jihoon, meraih kedua tangannya kemudian menggenggamnya.
"Tatap aku sebentar. Jihoon, kau dengar aku?" Jihoon mengangkat kepalanya, menatap wajah Soonyoung dan bersamaan dengan itu air matanya lolos begitu saja membasahi pipinya yang buru-buru langsung di hapus oleh ibu jari si dominan.
"Jangan jadikan dirimu sama kejamnya denganku. Jihoon, mau bagaimanapun kau dan aku punya tanggung jawab yang besar akan janin ini. Ia layak dilahirkan, bukannya disingkirkan seperti kemauan mu itu. Dia tak tau apa-apa..."
"Bagaimana jika ia tumbuh menjadi seorang pembunuh seperti mu, tak pernahkah kau berpikir begitu?" Ujar Jihoon lirih.
Soonyoung menggelengkan kepalanya, "Itu tidak akan terjadi. Aku tak akan mendidiknya, sama seperti ayahku mendidik ku dulu. Dia tak akan menjadi seperti yang kau katakan, aku juga tak ingin mengajari anakku kelak untuk mengotori tangannya dengan darah seseorang Jihoon. Jadi, hentikanlah pemikiran negatif mu itu" Jelas Soonyoung.
"T-tapi..."
"Cukup. Jangan berpikir begitu lagi, aku tidak menyukainya. Kau ada urusan apa setelah ini, biar aku saja yang mengantarmu. Diluar berbahaya, akan beresiko jika aku membiarkan mu pergi sendirian apalagi dengan kondisimu yang tengah mengandung seperti ini"
Setelah itu, Soonyoung pun beranjak dari posisinya. Ia membuka lemarinya, kemudian mengambil beberapa hal yang penting disana sebelum akhirnya kembali menghampiri Jihoon dan mengajaknya pergi dari hotel tersebut. Soonyoung juga menghubungi seseorang saat itu, "Seungyoun-ah, tolong kemasi barang-barang ku di hotel...ya, lebih aman jika aku pindah. Baiklah, maaf telah mengganggu aktivitas mu..."
Jihoon melirik ke arah Soonyoung yang berjalan di sebelahnya, "Kau akan pindah?" Soonyoung berdehem sembari menekan tombol pada lift untuk ke lantai dasar. "Kemana?"
"Entahlah, belum tau. Kenapa, takut kau tidak bisa menemuiku lagi?"
Jihoon berdecih, mendengar itu lantas membuat Soonyoung tersenyum tipis. Setelah pintu lift terbuka, Soonyoung merangkul pundak Jihoon dan keluar meninggalkan hotel tersebut.
•••
Jeonghan berulangkali mencoba untuk menghubungi adiknya itu, tapi tak satupun panggilan ataupun pesan yang ia kirimkan mendapatkan balasan darinya. "Aish, bocah ini sebenarnya kemana?" gumam Jeonghan kesal.
"Yah, Kim Mingyu! Apa kau tau Jihoon kemana?" Mingyu yang tengah bermain game di mejanya hanya menggelengkan kepalanya sejenak, sebelum akhirnya melanjutkan kegiatannya tersebut.
"Choi Seungcheol—"
"Tidak... aku tidak tau, jadi jangan bertanya padaku sayang" Ucap Seungcheol yang tengah sibuk dengan layar komputer di hadapannya. Jeonghan mendengus sebal, Jihoon menghilang begitu saja. Jika ia ingin menyelesaikan misi besar ini, kenapa tidak mengajak mereka sekalian atau paling mending dirinya. Kenapa anak itu suka sekali membahayakan dirinya sendiri, seperti saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides 2 || Soonhoon
Fanfiction[Version: 2/2] - "Love and happiness that changed him" - ⚠️ B×B Mpreg Rated [🔞] TW// many harsh words, murder, etc. Homophobic ❌ Tidak untuk ditiru, jadilah pembaca yang cermat. • Not for minor!! • - Happy Reading - © L I A J E O N N I E 2021