Jihoon memejamkan matanya, tangannya meremat baju milik pria itu dan tangan lainnya memegang bahunya. Soonyoung kembali menciumnya, menyesap bibirnya dan melumatnya dengan tempo yang lembut. Pria itu mengigit bibir Jihoon, kemudian dengan cepat melesakkan benda tak bertulang itu masuk, menjelajahi rongga mulutnya, lalu mengajak lidah si empunya untuk saling melilit.
Ciuman itu berlangsung cukup lama, bahkan sampai mentari sudah menyinari bumi dengan cukup terang sekarang. Tetapi, keduanya masih asik dengan dunia mereka sendiri. Tepukan pelan pada bahu pria itu, mengakhiri ciuman intens mereka pagi ini. Tautan bibir mereka terlepas dan meninggalkan benang saliva disana. Nafas keduanya tak beraturan, Soonyoung mengusap bibir lelaki itu, lalu menariknya kedalam pelukannya.
Jihoon berusaha menetralkan nafasnya. Ini gila, pikirnya. Sampai kapan ia harus seperti ini, ia bahkan tak punya hubungan apapun selain hanya sebatas partner dengan pria ini. Ia tak bisa meneruskannya, jika seperti ini terus. Ia merasa nyaman, ia merasa senang, walaupun pria ini cukup menyebalkan di matanya. Ia juga merasa aman, jika berada di dekatnya, biarpun background pria itu cukup mencekam dan berbahaya, bahkan bertaruh dengan nyawa. Ia tak bisa berbohong pada perasaannya sendiri, ia berkali-kali mencoba mengelak, tapi pada akhirnya ia kalah dengan kenyataan bahwa, ia mulai menyukai— lebih tepatnya, mencintai pria yang tengah memeluknya ini, Kwon Soonyoung.
Soonyoung hendak melepaskan pelukannya. Namun, Jihoon menahannya dan malah mempererat pelukannya, "Aku ingin memelukmu sebentar lagi..." Ujarnya lirih.
Mendengar itu, lantas Soonyoung membiarkan Jihoon memeluknya. Seketika suasana disana mendadak hening, hanya terdengar suara burung yang berterbangan dari luar jendela.
"Soonyoung..." Pria itu berdehem, "Jika kasus ini sudah selesai, apa yang akan terjadi selanjutnya? Apa kau akan pergi?" Tanya Jihoon.
Soonyoung menghela nafasnya, "Ya, mungkin aku akan pergi. Lagipula, aku sudah tak punya urusan lagi disini..." Ujarnya.
"Kemana kau akan pergi?" Tanyanya lagi.
"Entahlah, aku juga tidak tau. Yang pasti, tempat itu sangat jauh dan aku bisa hidup dengan tenang disana" Jihoon terdiam, kini ia mulai bergelut dengan pemikirannya sendiri. Percuma, pikirnya. Bila ia menyatakan perasaannya, jika kenyataan nantinya Soonyoung akan pergi ke tempat yang jauh. Tetapi kemudian hatinya berkata, lebih baik diutarakan daripada tidak sama sekali dan menyesal di kemudian hari. Yang pada akhirnya, hal tersebut mendorongnya untuk menyatakan perasaannya saat itu.
"Ya, aku mencintaimu Soonyoung... walaupun aku tau, kau akan pergi nantinya. Aku hanya tidak ingin merasa menyesal, karena aku tidak menyampaikan perasaan ku padamu" Ujarnya dengan posisi yang masih memeluk tubuh pria itu cukup erat.
Soonyoung belum menunjukkan reaksi apapun, pria itu masih tetap diam. Sampai, Jihoon memilih melepaskan pelukan mereka, kemudian menatap pria itu yang kini juga tengah menatapnya. "Mian...harusnya, aku tidak mengata—"
"Aku juga"
"Huh?"
"Aku juga mencintaimu, Lee Jihoon." Rentetan kalimat tersebut, berhasil membuat lelaki 20 tahunan itu mengerjapkan matanya beberapa kali.
•••
Jiyoung menghela nafas panjang, kemudian ia tertawa setelah mendengar penjelasan panjang dari salah satu anak buahnya yang ia tugaskan untuk memata-matai putranya. Bukan tanpa alasan, Jiyoung menyuruh salah satu bawahannya untuk menguntit putranya itu. Sebab, Jiyoung sudah merasakan ada sesuatu yang aneh pada putra tunggalnya itu. Apalagi, pria itu sering tidak ada mansion dan sudah jarang mengikuti kegiatan kelompoknya, bahkan menolak semua tugas yang ia berikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides 2 || Soonhoon
Fanfiction[Version: 2/2] - "Love and happiness that changed him" - ⚠️ B×B Mpreg Rated [🔞] TW// many harsh words, murder, etc. Homophobic ❌ Tidak untuk ditiru, jadilah pembaca yang cermat. • Not for minor!! • - Happy Reading - © L I A J E O N N I E 2021