Satu peluru panas menembus kulit pria itu, seisi ruangan sangat terkejut ketika salah satu dari empat pria yang memakai baju serba hitam dengan masker yang menutupi wajahnya itu, menembakkan peluru ke arah pria yang tengah menodongkan pistolnya ke arah Soonyoung. Peluru itu berhasil menembus kulit lengannya, hingga pistol yang dipegangnya terjatuh dan ia terduduk menahan rasa sakit di bagian lengannya.
Soonyoung menoleh, menatap seseorang yang baru saja menembak sang ayah. Kemudian, seseorang itu membuka masker yang menutupi wajahnya, Cho Seungyoun. Pria itu tak lain dan tak bukan, adalah sepupunya. Ia juga bagian dari kelompok ayahnya. Ia di kenal cukup setia, sebagai tangan kanan dan orang kepercayaan ayahnya. Entah kenapa, hari ini pria itu menyamar menjadi salah seorang suruhan ayahnya dan menembak pria paruh baya itu, tepat di depannya.
"Woah! Tembakan ku tak terlalu buruk, padahal aku sudah membidik kepalamu. Tapi sayang itu sedikit meleset, aku harus belajar lagi Samchon..." Ujarnya.
"Seungyoun?"
"Yah! Bunuh dia!!—" Perintah Jiyoung pada suruhannya. Tapi, tak satupun dari mereka yang menuruti perkataannya. Seungyoun tersenyum, lalu berjalan ke arah Soonyoung dan membantu pria itu untuk berdiri.
"Kau menyuruh bawahan ku? Yang benar saja, tentu ia tak akan ada yang mau menuruti mu" Ujar Seungyoun sembari melepaskan ikatan pada tangan Soonyoung, lalu membantu pria itu untuk berdiri.
"Ini peringatan dariku Samchon. Hari ini mungkin aku hanya menembak mu di lengan, mungkin besok aku akan menembak jantung atau kepalamu sampai hancur" Ucap Seungyoun dengan tegas, lalu membawa pergi Soonyoung dari sana diikuti dengan para bawahannya.
•••
Soonyoung menatap sepupunya itu, ia tak habis pikir kenapa pria itu bisa melakukan hal tadi yang padahal ia tau, itu sangat mustahil dilakukannya. Ia cukup dibuat penasaran, akan apa yang membuat Seungyoun memilih melawan ayahnya seperti yang terjadi beberapa saat lalu.
"Terima kasih, karena telah membantuku..." Ujar Soonyoung, lalu menghela nafasnya dan menyandarkan dirinya di kursi mobil yang ia duduki.
"Ya, santai saja. Tapi, kau berhutang budi padaku Soonyoung-ah..."
Soonyoung berdecih, "perhitungan sekali..."
Seungyoun tertawa kecil saat mendengar ucapan sepupunya barusan. "Kau tak mau tau, apa alasan ku melakukan hal tadi?"
Soonyoung melirik pria itu, "aku penasaran atau tidak, kau juga pasti akan menceritakannya padaku"
"Heum, kau benar. Tapi, kau tak merasa sakit hati kan, saat tadi aku dengan sengaja menembak ayahmu?"
"Mau kau tembak sampai matipun, aku malah akan sangat berterima kasih padamu, youn" Ujar Soonyoung dengan santai.
Seungyoun berdecak, "Aish! Jika tau begitu ku bunuh saja dia, tapi—"
"Jelaskan saja alasanmu dulu, cerita yang lainnya nanti saja. Dan, tolong antarkan aku ke apartemen Hera" Mendengar itu, Seungyoun membelalakkan matanya. Sejak kapan, Soonyoung tinggal di apartemen? Bahkan, setaunya pria itu hanya sering tinggal di hotel atau pulang ke rumah lamanya di Namyangju.
"Kau tinggal di apartemen sekarang?" Tanya Seungyoun kelewat penasaran.
"Ck, aku akan memberitahu mu nanti. Cerita saja cepat" Kata Soonyoung dengan ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides 2 || Soonhoon
Fanfiction[Version: 2/2] - "Love and happiness that changed him" - ⚠️ B×B Mpreg Rated [🔞] TW// many harsh words, murder, etc. Homophobic ❌ Tidak untuk ditiru, jadilah pembaca yang cermat. • Not for minor!! • - Happy Reading - © L I A J E O N N I E 2021