⚠️ Disclaimer: 21+
Untuk yang belum cukup umur diharapkan kesadarannya, trigger warning : sexual harrasment(?), Mpreg. So, yang merasa kurang nyaman bisa di close part ini untuk kenyamanan bersama, thanks.
•••Suara desahan, rintihan serta tangisan Jihoon mendominasi isi ruangan tersebut, disertai dengan bunyi khas penyatuan antara dua kulit mereka terdengar cukup kasar. Bunyi tamparan yang cukup keras sesekali terdengar, mengiringi panasnya atmosfer di kamar itu. Lee Jihoon, berakhir di atas kasur milik kekasihnya tanpa sehelai benang pun. Tubuhnya penuh dengan kissmark, bibirnya yang membengkak dan matanya yang sayu sembab akibat menangis.
"Akhh! c-cukuphh nghhh...hiks Soonhhh" Dan satu tamparan keras kembali mendarat di bokongnya, hingga tubuhnya tersentak dan Soonyoung semakin menggerakkan miliknya lebih kasar lagi.
"A-ahhh!! Soonhhh...mmhhh t-tidakhhh kumohon berhen-nghhh!!!" Tubuh Jihoon melengkung, bersamaan dengan dirinya yang mencapai putihnya untuk kesekian kalinya. Tak memberinya kesempatan untuk beristirahat sejenak, Soonyoung langsung membalikkan tubuhnya dengan kasar.
Ia melebarkan paksa kaki Jihoon, walau lelaki manis itu mencoba untuk melawannya, tapi apa daya energinya sudah terkuras habis-habisan, bahkan tak sebanding dengan tenaga milik Soonyoung. Pria itu kembali menghentakkan miliknya masuk, kemudian membuka ikatan dasi pada pergelangan tangan Jihoon.
Lalu ia menatap Jihoon yang kini terkulai lemas dibawahnya, keadaannya sangat berantakan dan masih menangis sampai saat ini. Yang di tatap mengalihkan pandangannya ke arah lain, Jihoon sudah pasrah. Ia lelah, hatinya sakit jika bertatapan dengan Soonyoung.
"Jihoon..." Panggilnya, tapi Jihoon tak bergeming.
"Lee Jihoon!" Kali ini panggilannya terdengar tegas, hingga membuat lelaki itu mau tak mau mengalihkan pandangannya ke arah Soonyoung. Kedua netranya langsung bersitatap dengan netra kelam pria tersebut. Takut, sakit hati, marah dan sedih menjadi satu kala tatapannya bertemu dengan Soonyoung.
"Ku mohon hentikan...perutku sakit" Ujar Jihoon lirih kala itu. Entah mungkin karena ia yang terlalu banyak mencapai putihnya, tapi sekarang perutnya tiba-tiba terasa sakit. Ia bahkan sudah tak sanggup lagi, ia sudah sangat lelah dan Soonyoung sedaritadi tidak mengizinkannya untuk beristirahat biar hanya sebentar saja.
Soonyoung berdecih, "itu resiko mu... sejujurnya aku benci untuk mengatakan ini, tapi aku cukup sakit hati dengan apa yang kau lakukan padaku tadi dan juga kata-kata mu itu. Sekarang terimalah hukuman mu manis, cukup mendesah, dan nikmati apa yang ku lakukan untuk mu"
Jihoon berusaha menolak sekuat tenaganya, ketika Soonyoung mulai mengambil ancang-ancang untuk menghujamnya kembali, tapi apa daya. Pria itu tetap tak memperdulikannya, dan malah membalikkan tubuhnya dan menarik pinggangnya untuk menungging.
"Soon-nghhh...kumohon berhen-tihh...s-sakithh" Ujar Jihoon dengan susah payah.
Plak!
Satu tamparan keras mendarat di bokong sintal lelaki itu, sehingga tubuhnya terlonjak kaget berkat tamparan Soonyoung itu. Pria itu bahkan menahan kedua tangannya di belakang agar ia tak bisa melawannya lagi. Jihoon masih menangis sedaritadi, kepalanya mulai terasa pusing, perutnya semakin sakit dan perlahan matanya mulai buram.
"S-soon...s-sakit..." Rintihnya. Tapi yang ia dapat, hanyalah tamparan keras Soonyoung pada bokongnya dan hujaman tanpa belas kasihan dari pria itu yang membuat perutnya semakin terasa sakit sekarang.
"Soonyoung, ku mohon h-hentikan...nghh...i-ini sakit sekali...s-soonhh" Pria itu berhenti, namun hanya untuk membalikkan tubuh Jihoon menjadi terlentang dan menahan kedua lengannya di atas kepalanya. Dengan pandangan yang samar-samar, Jihoon bisa melihat bagaimana Soonyoung kini tengah menatapnya. Tatapannya kelam, penuh amarah dan Jihoon bisa merasakan rasa kekecewaan disana.
Terbukti, setelah Soonyoung berhasil putihnya bersama Jihoon. Pria itu langsung meninggalkannya yang terbaring lemas di atas kasur, ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri tanpa sepatah katapun. Disana Jihoon hanya bisa terdiam dan kembali menangis, sembari menahan rasa sakit di bagian perut dan bagian bawahnya. Lalu, menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya.
Malam ini, Soonyoung benar-benar memperlakukannya layaknya seorang jalang. Dan, itu rasanya menyakitkan. Ia tau, jika jalan yang tempuh dari awal itu salah. Tapi, ia sudah terlanjur masuk terlalu dalam. Ia terjebak disana dan tak bisa menemukan jalan keluar, kecuali pertolongan dari pria itu sendiri. Ia salah, ia sungguh bodoh. Tak lama kemudian, Jihoon terlelap karena kelelahan dan terlalu banyak menangis kala itu.
Beberapa saat kemudian, Soonyoung keluar dari kamar mandi setelah membersihkan dirinya. Lalu mendapati Jihoon yang sudah terlelap di balik selimut tebal miliknya. Ia menatap lelaki itu cukup lama, kemudian menghela nafasnya dan memilih untuk memakai bajunya kembali.
---
Jihoon membuka matanya dan kepalanya mulai berdenyut merasakan nyeri yang luar biasa. Mata Jihoon menatap sekeliling ruangan itu, sunyi sepertinya Soonyoung tidak ada disana. Jihoon menyadari sesuatu, entah sejak kapan kemeja ini menutupi tubuhnya. Yang pasti, ia tak merasa memakainya tadi. Namun tiba-tiba saja, rasa mualnya kembali datang setelah indera penciumannya menangkap wangi parfum. Jihoon pun segera bangkit dari kasur dan pergi ke arah kamar mandi, hanya untuk memuntahkan isi perutnya yang kosong.
Seseorang yang baru saja datang, dan mendengar bunyi bising itu langsung buru-buru menghampiri Jihoon yang tengah berada di kamar mandi. Setibanya di sana, ia melihat Jihoon yang berdiri lemas dengan tangannya yang memegang pinggiran westafel, hanya untuk menahan tubuhnya. "Jihoon..."
Lelaki itu berbalik menatapnya, dan tiba-tiba saja tubuhnya limbung. Untungnya, Soonyoung dengan sigap menangkap tubuh Jihoon. "Jihoon...Jihoon, kau kenapa? Jihoon..." Panggil Soonyoung berusaha menyadarkan lelaki itu, tapi nihil. Kemudian ia mengangkat tubuh Jihoon, dan kembali membaringkannya ke atas kasur. Setelah itu, ia merogoh saku celananya dan segera menghubungi seseorang.
---
"Apa dia baik-baik saja?" Tanya Soonyoung kepada pria yang kini tengah mengecek kondisi Jihoon. Changkyun, dia salah satu anak buah Soonyoung yang juga adalah seorang dokter.
Pria itu melepaskan stetoskopnya, kemudian menghela nafas panjang dan menatap Soonyoung dengan tatapan menyelidik. "Berapa kali kau berhubungan sex dengannya?"
"Entahlah...aku tidak ingat" Ujar Soonyoung dengan santainya.
Changkyun tersenyum tipis, "baru kali ini aku tau bahwa kau hanya berhubungan sex dengan satu orang. Dia istimewa sekali ya? Dia siapa mu, hingga kau hanya menidurinya saja?" Tanyanya.
"Yah, Aku bertanya tentang kondisinya kenapa malah kau yang banyak bertanya, huh?" Ucap Soonyoung kesal.
"Ya ya, Sorry. Tapi jawab dulu, dia ini siapamu?" Tanya Changkyun. Soonyoung memutar bola matanya malas, "siapa dia tak penting juga untuk kau tau..."
"Geurae...mungkin tak penting, tapi yang akan ku beritahu ini cukup penting"
Soonyoung menatap pria itu penasaran, "apa?"
"Dia tengah mengandung, usia kandungannya sudah memasuki minggu keempat sekarang..."
Deg
Soonyoung membulatkan matanya, menatap pria yang tengah berdiri tepat dihadapannya itu. Ia menggelengkan kepalanya, "tunggu...kau bercanda, huh?"
Changkyun menghela nafasnya, "apa aku terlihat bercanda, tuan muda?"
Soonyoung menghela nafasnya, kemudian mengusap kasar wajahnya. Jihoon tengah hamil, lalu apa yang ia telah lakukan padanya tadi. Dan, keluhan Jihoon waktu mereka berhubungan, Ah Sial. Apa Jihoon sengaja menyembunyikan itu semua?
#Two_Sides2
•••
Terima kasih yang udah baca, semoga suka ya. Kita ketemu lagi di hari minggu, see you!!
Stay healthy and stay safe brodii!!💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides 2 || Soonhoon
Fanfiction[Version: 2/2] - "Love and happiness that changed him" - ⚠️ B×B Mpreg Rated [🔞] TW// many harsh words, murder, etc. Homophobic ❌ Tidak untuk ditiru, jadilah pembaca yang cermat. • Not for minor!! • - Happy Reading - © L I A J E O N N I E 2021