Beberapa jam yang lalu,
Pria paruh baya itu membanting benda pipih di genggamannya, usai mengangkat panggilan dari salah satu bawahannya yang memberitahunya jika ada penyusup yang masuk ke penginapan miliknya dan membunuh semua orang yang diutus untuk menjaga surat kerjasama antara ia dan juga Kartel narkoba terbesar di Italia itu. Bawahannya juga memberitahunya, bahwa sekitar 10 menit yang lalu polisi datang kesana untuk menyelidiki perkara tersebut.
Mengetahui itu semua, Jiyoung ketar-ketir. Nasibnya kini sedang dipertaruhkan, bisakah ia lari dan bersembunyi seperti sebelumnya? Atau malah tersandung, dan ketahuan oleh mata hukum?
Tak lama kemudian, ponselnya kembali berdering dan ia langsung buru-buru mengangkat panggilan tersebut. "Bagaimana?"
"Tuan, surat kerjasamanya hilang. Brangkasnya terbuka dan Vittori mati tepat di depannya" Ujar bawahannya dari sebrang sana, rahangnya mengeras seketika dan langsung mematikan panggilan itu sepihak.
"ARRGGHHH!! Siapapun kau, aku tak akan membiarkan mu hidup!" Ujarnya.
Soonyoung yang berdiri di balik pintu ruangan ayahnya yang sedikit terbuka itu, lantas tersenyum miring. Kemudian ia pergi menuju kamarnya untuk menyusun rencana selanjutnya, rencana untuk menghancurkan ayahnya dan mengungkapkan semua kejahatannya, demi membalaskan kematian sang ibu.
—"Yah, bukankah akan percuma jika aku memakai baju, huh?" Jihoon melirik pria itu sejenak, lalu mengalihkan pandangannya seraya menghela nafasnya. Ia tidak tau, jika pria itu bisa secerewet ini.
"Yah, Lee Jihoon..."
Jihoon menoleh, "Lalu apa? Kau ingin telanjang saja begitu?"
"Hmm, bukankah itu jauh lebih bagus sayang—"
"Diamlah brengsek!"
Bukannya merasa bersalah karena membuat lelaki di depannya itu kesal, justru pria itu malah tersenyum dan kemudian mendudukkan dirinya di tepi kasur. Soonyoung menepuk pahanya beberapa kali, hingga mengundang perhatian dari Jihoon yang masih duduk dengan kesal di sofa seraya melipat kedua tangannya.
"Cepatlah...bukankah kau tadi bilang ingin mengobati bibirku?" Jihoon mengalihkan pandangannya. Lalu kemudian, ia beranjak dari tempat duduknya dan menatap Soonyoung yang duduk di tepi kasur sambil tersenyum ke arahnya.
"Lupakan, aku tidak mood" Kata Jihoon. Pria itu menghela nafas panjang, sebelum akhirnya ia beranjak dan mendekat ke arah Jihoon. Kemudian menarik pinggang lelaki itu hingga tubuh keduanya bertubrukan dan tatapan mereka saling bertemu.
Soonyoung menyeringai, "kau tidak mood? baiklah...aku akan mengembalikan mood mu seperti semula sayang"
Pria itu menarik tengkuk Jihoon, kemudian menciumnya. Awalnya, hanya sebuah kecupan ringan yang pada akhirnya berakhir menjadi lumatan lembut memabukkan, hingga Jihoon terbawa suasana tanpa ia sadari. Soonyoung mengeratkan pelukannya pada pinggang lelaki itu, lalu meletakkan kedua tangan Jihoon ke lehernya.
Jihoon memejamkan matanya, tangannya ia biarkan mengalung sempurna di leher pria itu. Ah, entahlah apa yang terjadi pada dirinya. Tapi ia akui, ia sangat menikmati adegan berciuman mereka. Sampai akhirnya, suara panggilan dari ponsel milik Jihoon membuat keduanya terpaksa menyudahi kegiatan mereka tersebut.
"Aish, panggilan sialan itu..." Umpat pria itu. Jihoon merogoh saku jaket yang ia gunakan, lalu mengambil benda pipih itu. Kemudian, Jihoon mendorong tubuh pria itu untuk melepaskannya sejenak, agar bisa mengangkat panggilan tersebut. Namun, Soonyoung menolak dan malah menyuruh Jihoon untuk mengangkatnya saja dalam posisi seperti ini.
Jihoon menghela nafasnya dan mau tak mau, ia segera mengangkat panggilan tersebut, "Ne, hyung...apa?... baiklah, aku akan kesana" Ujar Jihoon, lalu mendorong tubuh Soonyoung menjauh darinya.
Namun, saat Jihoon hendak pergi tangannya di tahan oleh Soonyoung, "Kau mau kemana?"
Jihoon melepaskan tangan pria itu dari pergelangan tangannya, "Aku harus pergi, aku baru mendapat kabar bahwa ada pembunuhan di sebuah penginapan. Aku harus menyelidikinya, aku pergi dulu..." Ujarnya, lalu bergegas pergi meninggalkan Soonyoung yang masih berdiri menatap pintu kamar hotelnya yang sudah kembali tertutup.
Sepeninggal Jihoon, Soonyoung menghela nafasnya. "Apa kau juga akan menangkap ku nantinya, Lee?" Gumamnya.
—
Setibanya disana, Jihoon memarkirkan mobil miliknya dan segera masuk ke TKP pembunuhan tersebut. Disana sudah banyak polisi yang mengamankan tempat tersebut. Jihoon menghentikan langkahnya, ketika melihat dua jasad yang terbaring di depan pintu masuk dan tengah ditangani oleh anggota forensik. Matanya menangkap serpihan kaca di sekitar tubuh kedua korban, lalu ia mendongakkan kepala dan mendapati dua cctv yang mungkin sengaja di rusak oleh pelakunya untuk menghilangkan bukti.
Setelahnya, ia melangkah masuk ke dalam penginapan tersebut. Begitu ia masuk kedalam, ia berhasil dibuat terdiam sejenak begitu melihat betapa banyaknya jasad penjaga yang mati disana. Ia menghela nafasnya, "ini benar-benar gila..." Gumamnya.
"Oh? Hyung!" Jihoon menoleh dan mendapati Seokmin yang tengah berada disana ditemani oleh beberapa anggota polisi.
"Hm, Seokmin-ah..." Sahutnya. Pria itu beranjak dari tempatnya, lalu mendekat ke arah Jihoon. "Jeonghan dan Seungcheol hyung telah menunggumu di dalam ruangan itu, katanya ada jasad lain lagi disana" Kata Seokmin.
"Jasad lagi?" Seokmin mengangguk, lalu kemudian Jihoon segera bergegas menuju ruangan yang dimaksud oleh Seokmin.
Sesampainya disana, "Jihoon-ah... akhirnya kau datang juga"Tegur Seungcheol.
Namun, Jihoon tak menghiraukannya dan malah mengambil kaos tangan milik Seungcheol, lalu memakainya. Kemudian, ia melangkah mendekati jasad pria itu dimana Jeonghan berdiri tak jauh dari sana dan tengah mencari barang bukti di sekitarnya. Lelaki itu berjongkok di hadapan jasad tersebut, ia menatap luka sayatan di leher dan juga luka tusukan di dada pria itu.
"Detektif Lee, ada sidik jari di brangkas ini" Ujar salah seorang anggota yang menemukannya.
"Bagus, simpan sebagai barang bukti" Ujar Jihoon.
"Dilihat dari kondisi brangkas ini, sepertinya ada barang yang hilang dan bisa saja itu menjadi kunci kuat, kenapa pelaku itu membunuh pria ini" Celetuk Jeonghan yang tentu saja menarik perhatian dari Jihoon maupun Seungcheol yang berada disana.
"Hmm, kau pintar sayang! Tapi pelaku itu cukup pintar menurutku, ia bahkan menghapus semua rekaman cctv dan juga merusak cctv di pintu masuk...Ah! Kau tau, pria ini punya hubungan khusus dengan GD... Apakah mungkin anak buah GD yang membunuhnya?"
"Entahlah...cepat bawa jasad ini dan segera otopsi, tolong sisir tempat ini dan pastikan mendapatkan semua bukti penting untuk bahan penyidikan"
"Ne!!"
Pria ini punya hubungan khusus dengan GD, bisa jadi pria ini adalah orang kepercayaannya. Dan, tidak menutup kemungkinan jika GD menyuruh anak buahnya untuk membunuhnya. Tapi yang jadi masalah, apa motifnya?
#Two_Sides2
•••
Haii, sorry banget updatenya telat...sumpah keasikan nonton film jadi lupa kalo kudu update:') semoga suka dan ga ngebingungin yaa...stay healthy, stay safe and good night everyone!!💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides 2 || Soonhoon
Fanfiction[Version: 2/2] - "Love and happiness that changed him" - ⚠️ B×B Mpreg Rated [🔞] TW// many harsh words, murder, etc. Homophobic ❌ Tidak untuk ditiru, jadilah pembaca yang cermat. • Not for minor!! • - Happy Reading - © L I A J E O N N I E 2021