Jihoon terbangun dari tidurnya, begitu cahaya mentari tanpa sengaja menerpa wajahnya. Ia meregangkan tubuhnya, kemudian mendudukkan dirinya sejenak di atas kasur sembari mengelus perutnya lembut. Ia menoleh ke sisi lain kasurnya, Soonyoung tidak ada disana. Kemudian, Jihoon beranjak dari kasur menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menyikat giginya.
Setelah selesai dan keluar dari kamar mandi, dirinya dibuat terkejut dengan Soonyoung yang entah sejak kapan sudah duduk manis di atas kasur sembari memerhatikan layar ponselnya. Jihoon berjalan ke arah pria itu, lalu mendudukkan dirinya tepat disebelah Soonyoung.
"Kau ada urusan pagi ini?" Tanya Jihoon.
"Lebih tepatnya, aku baru saja menyelesaikan urusanku" Sahut Soonyoung, kemudian mematikan ponselnya. "Kemari, aku ingin memelukmu..."
Jihoon mendekat, lalu segera pria itu memeluknya. Lelaki itu memejamkan matanya sejenak, menikmati wangi maskulin dari tubuh kekasihnya yang menyeruak seolah sedang menghipnotisnya. Jihoon mendongakkan kepalanya, ia mengelus tengkuk milik pria itu dengan lembut, selembut kapas. Membuat si empunya reflek menatap lelaki di pelukannya.
"Bagaimana tidurmu semalam? Kau tidur nyenyak, hm?" Jihoon mengangguk kecil, "kau barusan habis darimana, sepagi ini?" Tanya Jihoon balik.
"Rahasia, intinya aku tadi baru menyelesaikan urusanku" Jawab Soonyoung.
Kemudian keduanya terdiam cukup lama, masih dengan posisi yang sama. Saling memeluk dan Jihoon yang menyandarkan kepalanya di dada bidang milik kekasihnya. Pikiran Jihoon tiba-tiba mengingat soal kemarin, lebih tepatnya tentang perintah atasannya mengenai kasus ini. Memang benar, kasus ini sudah berjalan cukup lama. Dan, bukti yang mereka dapat juga sudah lumayan banyak dari penyelidikan sebelum-sebelumnya. Apalagi, berkat bantuan Soonyoung. Ia sebenarnya bisa saja menangkap pria itu, jika Soonyoung tau atau mungkin mau memberitahu dimana keberadaan pria itu sebenarnya.
"Kenapa, ada yang mengganggu pikiran mu?" Tanya Soonyoung yang menyadari perubahan raut wajah, dari Jihoon.
"A-ah itu...tidak—"
"Katakan, jangan selalu memendamnya sendirian. Jika kau pendam sendirian begitu, yang ada tidak akan selesai Jihoon..." Ujar Soonyoung.
Jihoon menghela nafasnya panjang, "Atasanku, menyuruhku untuk cepat-cepat menuntaskan kasus ini. Tapi masalahnya, aku bahkan tidak tau pria itu dimana sekarang, kaupun—"
"Aku tau dia dimana, tapi kita belum bisa bergerak sekarang" Potong Soonyoung.
"Wae?"
"Kita belum mempersiapkan apapun, kita tidak boleh gegabah dan bertindak seenaknya. Ayah—pria itu, dia benar-benar licik. Memang anak buahnya kini tidak sebanyak dulu, tapi hal itu menyebabkan dirinya mungkin bertindak lebih anarkis lagi dari sebelumnya" Jelas Soonyoung.
"Lalu aku harus bagaimana?"
Soonyoung melepaskan pelukannya, lalu ia tatap kedua mata Jihoon kemudian meraih kedua tangannya. "Kau tenang saja ya, nanti akan ku pikirkan. Kau belum sarapan, bukan? Ayo, kita turun ke bawah"
Jihoon menghela nafasnya, kemudian memilih untuk merebahkan tubuhnya kembali di atas kasur. "Aku tidak lapar, lagipula ini terlalu pagi untukku sarapan"
"Ya, terserah. Tapi tolong perhatikan kedua anak kita sayang, mungkin iya kau belum lapar. Tapi bagaimana dengan mereka disini, hm?" Ujar Soonyoung sambil menempelkan telinganya ke perut Jihoon, sesekali mengelusnya dengan lembut.
Melihat hal kecil itu, membuat Jihoon bahkan tak bisa menyembunyikan senyumnya lagi. Lelaki itu terkekeh geli, begitu Soonyoung membuat suara-suara lucu seolah tengah mengajak si jabang bayi berdialog dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides 2 || Soonhoon
Fanfiction[Version: 2/2] - "Love and happiness that changed him" - ⚠️ B×B Mpreg Rated [🔞] TW// many harsh words, murder, etc. Homophobic ❌ Tidak untuk ditiru, jadilah pembaca yang cermat. • Not for minor!! • - Happy Reading - © L I A J E O N N I E 2021