Hampir sejam lamanya, Jihoon belum kunjung sadar. Soonyoung masih menunggu disana, menunggu kapan Jihoon membuka matanya. Rasa penasaran dan rasa bersalah terus-terusan menghantuinya, tetapi lelaki itu masih enggan untuk membuka matanya. Pria itu menghela nafasnya, kemudian menyandarkan kepalanya pada headboard kasurnya sambil memejamkan matanya. Setidaknya, ini bisa membantunya memenangkan dirinya sedikit.
"Akh..."
Soonyoung kembali membuka matanya dan mendapati Jihoon yang kini telah sadar, dan tengah berusaha untuk mendudukkan dirinya sambil memegangi kepalanya.
"Apa yang kau lakukan? Jangan duduk dulu, jika kepalamu masih sakit" Ujar Soonyoung dengan tegas, lalu membantu Jihoon untuk merebahkan dirinya lagi seperti semula. Jihoon agak terkejut, ketika menyadari ada Soonyoung disana. Tapi, ia langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Selain kepalamu, apalagi yang sakit?" Tanya Soonyoung, tapi Jihoon tak menjawabnya dan hanya memilih untuk diam.
"Ji—"
"Aku baik-baik saja, izinkan aku istirahat sebentar. Setelah itu, aku akan pergi dari sini" Ucap Jihoon lirih, kemudian memilih berbalik membelakangi Soonyoung.
"Geurae... istirahatlah, aku akan keluar sebentar. Kalau ada apa-apa, segera hubungi aku" Jihoon berdehem pelan, setelah itu Soonyoung pun beranjak dari sana untuk pergi. Dan menyisakan Jihoon disana, tidur meringkuk di balik selimut tebal dan diam-diam mulai menangis lagi.
Dari awal ini salahnya, jika saja ia yakin dengan dugaannya terhadap pria itu. Mungkin, ia tak akan berakhir berakhir seperti ini. Ialah yang memperumit keadaan, cintanya dan hubungan mereka.
•••
Begitu Soonyoung keluar dari kamar hotelnya, Ia merasa ada yang aneh. Seperti ada orang yang tengah mengawasinya. Dengan hati-hati, Soonyoung berjalan menyusuri lorong itu hingga ke arah lift. Dan benar saja, ketika ia masuk dan pintu lift itu akan tertutup ada seseorang misterius datang dan tiba-tiba menyerangnya dengan benda tajam.Pria itu menggunakan masker untuk menutupi wajahnya.
Untungnya, Soonyoung sempat menghindar dan menepis tangan pria itu yang ingin menusuknya dengan pisau yang ia genggam. Ia menarik pria itu masuk ke dalam lift, lalu menutup lift tersebut agar orang lain tidak masuk kedalam selain mereka. Di dalam lift mereka bertarung, Soonyoung dengan tangan kosong dan pria itu yang menggunakan pisau sebagai senjatanya.
Soonyoung menendang tangan pria itu, ketika pria itu kembali mencoba untuk melukainya. Pisau itu terjatuh ke lantai, dan pria misterius itu menatapnya tajam kemudian memberinya tendangan keras hingga tubuh Soonyoung bertubrukan dengan dinding lift dengan cukup keras. Soonyoung meringis merasakan nyeri di bagian perut dan punggungnya, secara bersamaan.
Setelah itu ia bangkit, dan memberi perlawanan pada pria itu. Di dalam lift tersebut benar-benar terjadi pertarungan sengit antara keduanya, sampai akhirnya pintu lift itu terbuka dengan Soonyoung yang menyeka darah dari ujung bibirnya dan pria yang sudah terbujur tak berdaya di bawah kakinya. Penjaga yang berdiri tepat di depan lift tersebut berhasil dibuat melongo, dengan pemandangan itu.
"Bawa pria ini ke kantor polisi, dia menyerangku saat di dalam lift. Kau bisa memeriksanya sendiri di cctv lift ini..." Ujar Soonyoung, kemudian melangkahkan kakinya keluar dan segera pergi meninggalkan hotel tersebut.
Sesampainya di mobil, Soonyoung merogoh saku celananya, mengambil ponsel miliknya dan segera menelpon seseorang. "Kirimkan aku pengawal, barusan ada yang menyerangku. Ya...aku tak apa. Aku ada urusan, jadi kirim saja pengawal untuk berjaga disini" Kemudian Soonyoung menutup panggilan tersebut, dan menyalakan mesin mobilnya untuk segera pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides 2 || Soonhoon
Fanfic[Version: 2/2] - "Love and happiness that changed him" - ⚠️ B×B Mpreg Rated [🔞] TW// many harsh words, murder, etc. Homophobic ❌ Tidak untuk ditiru, jadilah pembaca yang cermat. • Not for minor!! • - Happy Reading - © L I A J E O N N I E 2021