Hari-hari terus berlalu, entah sudah berapa lama Jihoon tinggal di rumah ini. Dan entah sudah berapa lama, Soonyoung tak lagi muncul di hadapannya semenjak malam itu. Ia menghela nafasnya panjang, setiap kali mengingat kejadian itu. Bagaimana Soonyoung membentaknya, bagaimana Soonyoung menatapnya malam itu, kejadian itu membuatnya frustasi. Sepanjang malam ia dihantui rasa bersalah, sepanjang hari pun ia tak pernah merasa tenang. Apakah Soonyoung benar-benar semarah itu padanya, bahkan sampai enggan menemuinya?
Jihoon kembali mendudukkan dirinya di atas kasurnya, menatap jendela besar di hadapannya yang mengarah langsung ke arah pantai dengan langit senja yang cukup cerah sore itu. Ia tersenyum sendu, ketika menatap perutnya. Tangannya mengusap pelan perutnya yang mulai membuncit itu, "maafkan aku, kau pasti merindukannya juga ya?" Ucapnya lirih.
Sekali lagi ia menghela nafasnya, "kau kemana Soonyoung...aku merindukanmu"
Senja kala itu, merupakan saksi bisu atas kerinduan Lee Jihoon pada sang kekasih yang entah berada dimana saat ini. Hilang tanpa kabar, bahkan sama sekali tak bisa dihubungi. Ia sungguh khawatir akan keadaan dan kabar pria itu bagaimana, apakah ia baik-baik saja disana?
•••
Jihoon baru saja selesai makan malam, ia pergi menuju kulkas dan laci dapur untuk mencari cemilan guna mengganjal perutnya yang masih terasa lapar. Mungkin karena pengaruh kehamilannya, ia jadi lebih banyak makan belakangan ini hingga berat badannya ikut bertambah.
Bahkan, Seungyoun saja sampai mengomentari Jihoon yang belakangan ini jadi maniak makan. Tak jarang, pria itu mendapat pukulan bahagia dari Jihoon hingga si empunya memekik kesakitan. Tak hanya itu, Jihoon juga tak lupa memberinya kata-kata mutiara hingga Seungyoun menyesal menuruti kemauan sepupunya untuk menjaga lelaki yang tengah hamil muda ini.
Setelah di rasa kenyang, Jihoon pun segera pergi ke kamarnya untuk beristirahat. Tidak, ia tidak tidur secepat ini hanya saja ia ingin merebahkan tubuhnya di kasur, sembari mengirim pesan kepada teman-temannya dan juga, menunggu pesan dari seseorang yang sampai hari ini tak kunjung menghubunginya.
Entah apa alasannya, pria itu menghilang tanpa kabar. Yang ia tau dari Seungyoun, pria itu tengah menyelesaikan sesuatu dan itu membutuhkan waktu yang sangat lama. Saat Jihoon tanya kenapa Soonyoung tak memberinya kabar, sepupunya itu juga tak dapat menjawabnya. Dan yang ia lakukan saat ini, hanyalah pasrah dan berharap ia kembali dengan kondisi yang baik-baik saja.
Jihoon meletakkan ponselnya, setelah mengirim sebuah pesan ke nomor Soonyoung. Isi pesannya masih sama seperti sebelumnya, 'Soonyoung, apa kau baik-baik saja? Aku merindukanmu...' . Setelah itu, ia mulai memejamkan matanya. Tangan kanannya mengusap lembut bagian perutnya, "maafkan aku..." Ucapnya lirih.
Jihoon kembali membuka matanya sedikit, ketika mendengar suara pintu kamarnya yang dibuka oleh seseorang. "Wae?" Ucap Jihoon, tanpa mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara.
"Jam segini kau sudah mengantuk?"
Jihoon yang tadinya asik menatap langit-langit kamarnya, sontak mengalihkan pandangannya ketika mendengar suara yang tak asing di telinganya tersebut. Lelaki itu mendudukkan dirinya kembali, sambil menatap pria yang kini tengah berjalan ke arahnya itu, "S-soonyoung..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides 2 || Soonhoon
Fanfiction[Version: 2/2] - "Love and happiness that changed him" - ⚠️ B×B Mpreg Rated [🔞] TW// many harsh words, murder, etc. Homophobic ❌ Tidak untuk ditiru, jadilah pembaca yang cermat. • Not for minor!! • - Happy Reading - © L I A J E O N N I E 2021