Selama beberapa minggu terakhir, keduanya tampak begitu lengket. Bukan karena pengaruh tak bertemu cukup lama, tapi karena Soonyoung yang akhir-akhir ini menjadi overprotektif terhadapnya. Tentu saja, Soonyoung melakukan ini karena ia mengkhawatirkan kondisi Jihoon dan kedua calon anaknya ini. Apalagi, situasi sekarang yang belum bisa dikatakan kondusif. Terakhir kali, Jihoon hampir terluka karena ulah beberapa oknum suruhan ayahnya. Untungnya, Soonyoung ada disana dan Seungyoun dengan sigap menangani mereka.
Namun, kekhawatiran yang Soonyoung tunjukkan justru malah nampak terlalu berlebihan bagi Jihoon. Bahkan, membuatnya sedikit tidak nyaman dan leluasa karena pria itu terus membuntutinya kemanapun ia pergi. Bahkan sekarang pun, saat ia sedang bekerja. Soonyoung terus-terusan menatapnya, mengamati setiap pergerakannya seolah matanya hanya terkunci pada Jihoon.
"Yah, berhenti menatap dongsaeng ku seperti itu. Kau tidak lihat, dia merasa tidak nyaman?" Tegur Seungcheol yang sedaritadi juga memperhatikan keduanya.
"Ck, bukan urusanmu..." Sahut Soonyoung, lalu kembali kepada agendanya. "Wah kau—"
"Yah yah, cukup. Lee Jihoon, inspektur memanggil mu ke ruangannya." Ujar Jeonghan.
"Ah, kenapa tiba-tiba?" Jeonghan menggidikan bahunya. Jihoon pun beranjak dari kursinya, lalu mengambil beberapa barang di atas mejanya yang sekiranya perlu.
Baru selangkah Jihoon berjalan meninggalkan kursinya, Soonyoung sudah berdiri di dekat pintu sambil membukakan pintu itu untuknya. Jihoon menghela nafasnya, "Apa yang kau lakukan?"
"Menemani mu, apalagi?" Benar-benar Jihoon tak habis pikir lagi dengan pria satu ini.
"Kembali ke tempat mu, dan diam lah disana" Perintah Jihoon. Tapi, Soonyoung masih bersikeras dan tetap pada posisinya.
"Edward—"
"Tidak, aku akan tetap menemani mu" Kata Soonyoung. Jihoon menghela nafasnya lelah, lalu berjalan ke arah pria itu dan menariknya untuk kembali duduk ke tempatnya seperti semula. "Duduk diam disini, sampai aku kembali"
Soonyoung tersenyum tipis, "tidak—"
"Kau—"
"Aku tidak akan duduk diam disini, kecuali kau—"
"Tidak, aku tidak mau. Apapun itu!" Tolak Jihoon mentah-mentah. Pria itu menarik pinggangnya, hingga tubuhnya jatuh ke pangkuan pria tersebut. Tolong, jangan lupakan tiga orang rekan Jihoon yang masih ada disana, menyaksikan adegan tersebut. Jangan tanya ekspresi mereka bagaimana, tentu saja terkejut. Sangat terkejut, hingga nyaris membuat bola mata mereka lari dari tempatnya.
Jihoon membelalakkan matanya menatap Soonyoung, "kau—"
"Beri aku ciuman dan akan ku biarkan kau pergi sendiri menemui atasanmu" Ucap Soonyoung berbisik.
"Mwo? Kau gila, kita sedang di kantor dan lagi disini ada mereka. Lepaskan aku!" Sahut Jihoon, juga dengan suara yang berbisik agar ketiga rekannya tak mendengar dialog percakapan mereka.
"Lalu, kau ingin kita melakukannya di kamar mandi? atau dimana? tangga darurat? Rooftop?" Ujar Soonyoung pelan dengan nada yang begitu santainya.
"Oh tuhanku, kau benar-benar..." Ucap Jihoon tak tahan lagi, ia meronta berusaha melepaskan dirinya dari Soonyoung. Tapi lihat, pria itu malah mengeratkan tangannya untuk memeluk pinggangnya sambil tersenyum sedaritadi.
"Soon...ada mereka..." Ucap Jihoon lirih.
"I know..." Ucap Soonyoung sembari tersenyum miring, kemudian tanpa peringatan pria itu menarik tengkuk Jihoon, lalu mengecup permukaan bibir itu sesekali melumatnya lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides 2 || Soonhoon
Fanfiction[Version: 2/2] - "Love and happiness that changed him" - ⚠️ B×B Mpreg Rated [🔞] TW// many harsh words, murder, etc. Homophobic ❌ Tidak untuk ditiru, jadilah pembaca yang cermat. • Not for minor!! • - Happy Reading - © L I A J E O N N I E 2021