BAGIAN 60 [ Bukan Kita yang Dulu ]

1K 142 225
                                    

Diantara siang dan malam, akan ada senja yang datang. Senja yang memisahkan, tapi senja juga yang akan menyatukan.

Autor

°°°°°

Suasana pagi ini, terasa begitu nyaman. Sinar matahari tidak terlalu terik, udara pagi yang masuk melewati jendela-jendela pun terasa begitu segar. Suara burung yang berkicau terdengar begitu lembut di telinga. Suasananya benar-benar membuat tenang, apalagi kali ini belum terlalu banyak siswa siswi yang datang.

Gilang yang duduk di kursinya sendirian, tersenyum kecil sambil memejamkan kedua matanya. Ia benar-benar menikmati suasana kali ini, suasana yang membuat ia merasa bebas dan damai. Yang akhirnya melegakan untuknya.

"Gue suka pagi ini." lelaki itu bergumam, lalu merebahkan kepalanya diatas meja dengan kedua mata yang masih tertutup rapat.

Ia mulai memikirkan hal yang ia rasa akan melengkapi semuanya. Kehadiran Erine disini. Meski pada akhirnya ia akan mengajak Erine beradu mulut, tapi Gilang tetap menyukainya dan tentu menikmatinya. Entah sudah berapa hari ia tidak melihat gadis itu, rasanya rindu.

Gilang menegakan tubuhnya kembali setelah memikirkannya. Lelaki itu menatap kesekeliling ruang kelasnya, sampai pada akhirnya ia mendapati keberadaan Erine yang baru saja masuk ke kelas seorang diri.

Tatapan mereka sempat bertemu beberapa saat, sebelum Erine memutuskan tatapan mata mereka. Gadis itu terus berjalan menuju bangkunya sendiri tanpa menatap Gilang kembali.

"Rine!"

Gilang memanggil Erine yang baru saja duduk di kursinya. Sebenarnya ia ingin menghampiri Erine, namun tubuhnya terasa lebih lemas dari biasanya. Lelaki itu hanya berharap jika Erine akan menengok kearahnya setelah ia panggil dengan lembut tanpa ada nada ingin mengajak adu mulut.

"Hm."

Gilang tersenyum kecil mendapati tanggapan singkat tersebut. Ia sedikit kecewa dengan harapannya, karena Erine tidak mencoba melihat kearahnya.

"Lo gak kangen sama gangguan gue, Rine?"

Dan akhirnya Erine menatap kearahnya dengan cepat setelah mendengar pertanyaan Gilang. "Gue malah bahagia gak di gangguin lo." Erine segera mengatupkan kedua bibirnya rapat ketika pandangannya jatuh pada wajah Gilang yang kini lebih terlihat jelas. "Lo beneran sakit?"

Gilang terkekeh mendengarnya. Kepalanya pun sempat menggeleng tidak percaya atas pertanyaan Erine. "Lo pikir gue ngadi-ngadi?"

Erine berdiri dari duduknya. Gadis itu mulai berjalan menghampiri Gilang dengan membawa flashdisk berwarna hitam di tangan kanannya.

Gilang tahu jika kali ini Erine memfokuskan pandangannya pada bibir Gilang yang Gilang akui begitu pucat. Gilang saja sampai takut melihat bibirnya, ingin ia beri sedikit olesan warna bibir, tapi malas juga.

"Gue pikir lo gak sekolah satu minggu gara-gara absen."

Gilang masih bisa sedikit merasakan kecanggungan Erine kepadanya. Iyu terlihat dari gerak gerik Erine, dan juga terdengar dari cara Erine berbicara kepadanya.

"Kalo gitu, nama gue langsung di hapus dari kartu keluarga." Gilang sedikit terkekeh. Ia ingin mengurangi kecanggungan diantara mereka berdua.

Gilang membuka telapak tangan kanannya. Ia seperti sedang meminta sesuatu kepada Erine. "Mana?"

Erine meletakan flashdisk yang ia bawa keatas meja Gilang. Gadis itu sengaja tidak meletakannya diatas telapak tangan Gilang yang terbuka. "Bayar dua kali lipat!"

DAVINNO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang