BAGIAN 12 [ Kegilaan Andrew ]

6.1K 320 8
                                    

Langit gelap yang bertabur bintang terlihat sangat indah malam ini. Kerlap-kerlip cahaya bintang seolah tengah beradu dengan cahaya dari jalan, rumah, dan gedung pencakar langit yang terlihat dari balkon kamar Erine. Erine menikmati ini semua, dari hawa dingin yang membawa ketenangan didalamnya sampai pemandangan dihadapannya yang tidak pernah terlewatkan oleh Erine disetiap malam.

Senyum Erine mengembang dalam posisi yang masih sama sejak tadi, yaitu kedua kaki yang menyila diatas kursi dan tangan kanannya yang menempelkan sesuatu ditelinganya.

Di detik selanjutnya, senyum itu berubah menjadi kekehan kecil yang sampai membuat mata Erine menyipit. Kekehan kecil itu terdengar karena sebuah ucapan dari seseorang disebrang sana.

"Selain itu apa lagi, kak?" Erine bersuara kembali. Menanyakan sesuatu yang sejak tadi membuatnya tersenyum lebar tanpa melepaskan tatapannya dari gemerlap langit malam.

"Kemarin Davin liat ada buket bunga mawar di teras. Bukannya tanya-tanya dulu itu bunga kiranya buat siapa, eh taunya langsung dibuang gitu aja ke tempat sampah."

"Emang bunganya dari siapa dan buat siapa, kak?"

"Itu dari Haikal buat kakak, Rine. Tapi dengan seenak jidad, Davin buang bunganya gitu aja dengan alasan gak ada tulisan dari siapa dan buat siapa." Ujar Vani disebrang sana dengan nada yang menggebu-gebu. "Ngeselin banget, kan?"

Erine kembali terkekeh mendengar curahan hati Vani yang sudah dia anggap sebagai kakaknya sendiri. Selama ini Vani memang selalu memberi informasi apa saja yang di dilakukan oleh Davin disana dari hal yang penting sampai yang tidak penting, meskipun Erine tidak pernah meminta hal tersebut.

"Siniin ponsel gue!"

Samar-samar Erine mendengar suara Davin yang sudah terdengar sangat kesal karena tadi saat dirinya sedang menelpon Erine, ponselnya justru direbut oleh Vani dan berakhir dengan Vani yang berbincang dengan Erine.

"Gak, biar Erine tau sebenarnya kaya apa cowok yang dia pacarin."

"Mau gue jelekin juga didepan Haikal?"

"Idih ngancem."

Dan setelah suara terakhir Vani terdengar, Erine mendengar ada sedikit keributan disebrang sana. Sepertinya Davin dan Vani sedang merebutkan ponsel milik Davin. Terkadang mereka memang terlihat seperti anak kecil yang suka bertengkar, namun mereka juga terkadang sangat dewasa satu sama lain. Hal ini memang sering terjadi antara kakak dan adik, sama halnya antara Erine dan Farel.

"Erine."

Erine tersenyum kecil mendengar suara Davin. Sepertinya Davin yang berhasil memenangkan pertarungan kecil tadi. "Iya." Jawab Erine tanpa melunturkan senyumnya. Sejak tadi dia membayangkan seperti apa perdebatan yang dilakukan antara Davin dan Vani.

"Masih di balkon?"

Suara Davin kembali terdengar tenang tanpa ada suara-suara yang mengganggu. Bisa Erine tebak, jika Davin sudah pergi jauh dari Vani atau Vani-lah yang pergi menjauh karena kesal dengan Davin.

"Iya, aku masih disini. Kak Vani-nya kemana?"

"Udah pergi."  Jawab Davin disebrang sana. "Masuk, diluar dingin!" Lanjutnya memerintah.

"Kamu sendiri sekarang dimana?"

"Di ruang keluarga."

Erine mengangguk pelan meskipun Davin tidak akan melihatnya. Erine kira Davin juga tengah berada di balkon, karena biasanya lelaki itu memilih balkon sebagai tempatnya saat menelpon Erine. "Ya udah, aku masuk."

DAVINNO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang