Sejak tadi cahaya matahari masuk kedalam kamar Davin lewat pintu balkon yang terbuka lebar. Cahaya sebagai penanda jika hari ini akan cerah tanpa awan gelap seperti kemarin malam.
Davin yang mengenakan celana pendek tanpa baju yang melekat dibadannya, melangkah menuju balkon kamarnya. Salah satu tangannya mengeringkan rambut basahnya dengan sebuah handuk kecil yang melingkar di lehernya.
Di hari libur seperti sekarang, Davin masih memilih berada di mansion. Dia duduk di kursi yang ada di balkon dengan kedua kaki melurus dan tumitnya digunakan sebagai penyangga dibesi pembatas balkon yang terbuat dari kaca.
Semalam lelaki itu juga tidak pergi kemanapun, padahal biasanya dia akan pergi ke rumah Erine dan mengajak gadis itu keluar untuk menghabiskan malam bersama. Namun karena dia tidak mau bersikap egois lagi, malam tadi dia memilih membiarkan Erine pergi bersama Jimmy.
Membicarakan Erine dan Jimmy membuat Davin teringat kejadian empat bulan yang lalu. Disaat dirinya bersikap sangat egois yang dia pikir akan membuatnya bahagia serta akan memudahkannya menjaga Erine, namun pada nyatanya banyak luka yang dia dapatkan setelahnya.
Flashback On
Seperti hari biasanya, Davin hanya menatap dari kejauhan apa yang dilakukan oleh seseorang yang entah sejak kapan dia cintai. Davin selalu melihat gerak gerik gadis itu yang tidak pernah membuat Davin bosan selama bertahun-tahun. Gadis itu adalah Erine.
Sejak usia Davin enam tahun, Davin beberapa kali bertemu dengan Erine saat kedua orang tua mereka saling bertemu. Dan interaksi mereka berdua semakin bertambah saat Mollysa bersahabat dengan Erine, dan juga saat mereka berdua dipertemukan di SMP dan SMA yang sama.
Davin tidak tahu pasti kapan rasa ini tumbuh, namun saat dirinya masih menginjak kelas delapan, Davin selalu ingin melindungi dan menjaga Erine terutama dari Gilang yang kerap kali membuat Erine kesal sampai menangis.
Sore ini tanpa sepengetahuan Erine, Davin sengaja mengikuti Erine pergi kesebuah mall yang tidak jauh dari SMA mereka. Dengan jarak yang aman, Davin terus mengikuti langkah Erine yang masuk kedalam sebuah toko buku bersama dua orang lainnya. Yang satunya perempuan dan yang satunya lelaki.
Awalnya semua terlihat baik, tapi setelah sekian lama, Davin yakin jika sekarang Erine tengah menatap sendu kearah dua orang yang tadi datang bersamanya. Dua orang itu adalah Jimmy dan Sandra yang nampak begitu dekat seperti dua orang yang mempunyai hubungan spesial.
Yang tidak Davin mengerti, kenapa Jimmy mengajak Erine kalau lelaki itu terus asik dengan Sandra?
Sejak dulu Davin sadar mengenai rasa yang dimiliki Erine untuk Jimmy. Tapi entah kenapa saat Davin menyadari hal tersebut, bukannya Davin menyerah untuk mencintai Erine, Davin justru terus mempertahankan perasaannya dan juga semakin ingin melindungi gadis itu.
"Kenapa semenyakitikan ini?"
Sudah terlalu sering Davin melihat Erine sedih seperti ini, dan hari ini pula Davin akan bertindak nekad. Dia akan terus memperjuangkan Erine bagaimanapun caranya dan dia harap dengan perjuangannya ini, Erine tidak akan lagi menemui luka. Serta Erine akan melihat kearahnya sebagai lelaki yang begitu mencintainya.
Tidak peduli dengan pekikan kaget Erine, Davin menarik lengan Erine menjauh dari tempat dimana Jimmy dan Sandra asik bersama sampai melupakan keberadaan Erine.
"Kak Davin."
Davin berhenti berjalan, kemudian lelaki itu sedikit mendorong lengan Erine kearah rak buku yang panjang. Tatapannya mengunci mata Erine, sementara kedua lengannya mengunci tubuh Erine.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAVINNO [END]
JugendliteraturSquel DUSK TILL DAWN •With You• Bisa di baca terpisah dengan DUSK TILL DAWN •With You• karena cerita ini berdiri sendiri Rank#1 in masasekolah (10/04/2020) Rank#9 in squel (10/04/2020) Davinno Renove Ballar Siapa yang tidak mengenal lelaki tampan t...