Ada baiknya kita bertahan disaat yang dipertahankan juga mencoba mempertahankan kita
_____Kenop sebuah pintu kokoh dan menjulang tinggi berwarna putih yang terletak tidak jauh dari sebuah tangga itu mulai bergerak secara perlahan, menandakan jika ada seseorang yang akan keluar dari sana.
Setelah pintu terbuka, terlihatlah Erine yang sudah rapi dengan pakaian sekolahnya, keluar dari sana. Sebelum melangkah pergi meninggalkan pintu yang sebenarnya adalah pintu kamarnya, Erin pun tidak lupa untuk menutup pintu kamarnya kembali.
Erine mengayunkan kakinya meninggalkan kamarnya menuju tangga. Langkah kakinya terlihat santai dengan rambutnya yang tergerai ikut bergerak seiring dengan langkah kakinya itu.
Hari ini dia harus kembali sekolah setelah kemarin libur. Libur yang Erine habiskan dengan keluarga Davin. Semalam saja Erine pulang jam sepuluh malam setelah menghadiri acara keluarga Davin yang terlihat meriah, itupun karena Davin menyuruhnya untuk pulang terlebih dahulu sebelum acaranya selesai, karena Davin tahu Erine butuh istirahat apalagi besok juga Erine harus sekolah.
Mungkin jika saja Davin tidak kekeh ingin mengantarnya pulang lebih awal, Erine masih akan terus berada disana sampai tengah malam, karena Erine tidak enak hati jika meminta Davin mengantarnya pulang terlebih dahulu ditengah-tengah acara keluarga lelaki itu.
"Davin."
Erine bergumam pelan dengan langkah kaki yang melambat setelah melihat sosok lelaki yang duduk disalah satu kursi di meja makan. Lelaki dengan seragam sama dengannya itu adalah Davin.
Erine tidak tahu jika Davin sudah menjemputnya lebih awal, karena biasanya jika Davin menjemputnya lebih awal, Davin akan mengabarinya terlebih dahulu. Tidak seperti sekarang yang tiba-tiba saja sudah ada disini sepagi ini tanpa mengabarinya terlebih dahulu.
Tidak mau memusingkan hal tersebut, Erine semakin melangkah menuju meja makan yang disana sudah ada Davin serta daddy-nya. Namun, entah kenapa tiba-tiba detak jantung Erine menjadi tidak normal, setelah sekilas memori berputar di otaknya.
"Kenapa gue tiba-tiba inget itu?"
Erine membatin sambil menatap jari telunjuk tangan kirinya yang masih di plaster. Dia tiba-tiba teringat saat kemarin Davin menghisap jarinya ini.
"Ya ampun." Erine bergumam kembali dengan pipi yang merona, karena jarinya yang terluka itu, tiba-tiba merasakan kembali bibir basah Davin yang menghisapnya.
"Erine, kenapa berdiri disitu?"
Erine tersentak kaget, lalu mendongakan kepalanya menatap kearah Moscar yang tadi memanggilnya. Tersadar dari ingatan bodohnya itu, Erine akhirnya menurunkan tangan kirinya, lalu segera melangkah ke meja makan dengan pipi yang masih terasa hangat.
Erine berdehem pelan, lalu menarik kursi yang ada disamping Davin sebelum mendudukinya. "Farel dimana, dad?" Akhirnya pertanyaan itulah yang Erine lontarkan untuk mengalihkan pemikiran yang tadi sempat melintas di otaknya. Apalagi dia juga tidak melihat keberadaan adiknya itu, jadi itu bisa dimanfaatkan olehnya.
"Dia berangkat lebih awal tadi."
"Gak biasanya."
"Katanya dia harus jemput temennya dulu."
Erine menganggukan kepalanya pelan dengan tatapan yang lurus kearah Moscar tanpa mau menatap Davin saat dia merasakan tatapan Davin yang mengarah kepadanya sejak tadi.
"Kamu baik-baik aja?"
Suara berat itu terdengar tepat disamping Erine, membuat Erine akhirnya menatap kearah sana dengan perasaan yang campur aduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAVINNO [END]
Teen FictionSquel DUSK TILL DAWN •With You• Bisa di baca terpisah dengan DUSK TILL DAWN •With You• karena cerita ini berdiri sendiri Rank#1 in masasekolah (10/04/2020) Rank#9 in squel (10/04/2020) Davinno Renove Ballar Siapa yang tidak mengenal lelaki tampan t...