BAB 64 [ Kisah Perselingkuhan ]

940 133 128
                                    

Remaja hanya ingin mencari kebahagiannya saja, entah itu dengan cara yang benar ataupun salah

Valerine Camelia

°°°°°

Pintu ruangan khusus keluarga yang lebar dan tinggi itu terbuka. Membuat tiga orang yang ada didalam sana, menatap kearah pintu sampai mereka mendapati seorang pria paruh baya yang baru saja masuk. Pria  itu berjalan menghampiri tiga orang yang duduk di sofa. Jalannya terlihat sangat berwibawa dengan sorot mata tajam. Pria itu masih terlihat begitu bugar, dan juga tampan.

Noven, pria itu mengambil duduk tepat disamping Maureen yang sejak tadi menatapnya. Baru saja Noven duduk, Noven merasakan tangan hangat Maureen menyentuh punggung tangannya. Disaat Noven menatap Maureen, pria itu melihat sorot mata yang tenang.

Beralih dari Maureen, Noven menatap kedua anaknya yang duduk saling berjauhan. Vani terlihat menunduk sambil memainkan jari-jarinya, sedangkan Davin terlihat menatap lurus kedepan, tapi tatapan itu terasa kosong.

"Ayah tidak mau berbasa basi," kedua anak Noven mulai menatapnya. "Perlu ayah kasih tahu, kali ini kesalahan kalian itu apa?" tanya Noven dengan suara dingin. Auranya sudah kembali menjadi Noven yang dulu, menakutkan.

"Enggak, yah," kakak, dan adik itu berujar bersama.

"Jadi, apa kesalahan kalian?"

Davin, dan Vani saling melirik dengan bibir yang masih terbungkam.

"Ayah kalian butuh jawaban. Jadi jawab saja, sayang," sepertinya, Maureen menyadari keraguan dari kedua anaknya itu.

"Vani salah karena udah maki-maki dan ngomong kasar ke Davin."

"Ada lagi?"

Vani yang tadi sempat menunduk, sekarang memberanikan diri menatap Noven. "Dan udah ngomong hal yang gak baik tentang Mada."

Noven sekarang menatap Davin yang sejak tadi terus menatapnya tanpa rasa takut sedikitpun. "Kamu. Apa kesalahan kamu, Davin?"

"Salah karena udah ngomong kasar ke kak Vani, apalagi waktu ada Erine, dan Mada. Davin gagal ngontrol emosi."

Masih dengan menatap Davin, Noven bersedekap dada dan membawa tubuhnya untuk bersandar pada sandaran sofa. "Kamu tau kesalahan awal kamu apa sampai akhirnya kamu bertengkar seperti tadi dengan kakak kamu sendiri?"

"Iya, yah."

"Apa?"

"Davin gak menjelaskan dari awal , alasan kenapa Davin bisa sampai berhubungan dengan Mada yang akhirnya nyakitin Erine."

Noven melirik kearah Vani. Pria itu melihat Vani menatap Davin dengan tatapan tidak mengerti. Raut wajah perempuan itu benar-benar mudah di tebak.

Salah satu cara Noven, dan Maureen mendidik kedua anak mereka adalah dengan cara seperti ini. Dengan ini, mereka berharap kedua anaknya itu selalu berani mengakui kesalahan, dan meminta maaf. Alasan lainnya adalah agar anggota keluarga mereka saling terbuka satu sama lain, dan juga agar mereka semua bisa saling mengutarakan pendapat masing-masing serta menerima pendapat orang lain.

"Ayah pikir kalian sudah dewasa. Sudah bisa menyelesaikan masalah sendiri, tapi sepertinya ayah salah," masih dengan tatapan dinginnya, Noven menatap kedua anaknya itu. "Ayah, dan bunda sengaja membiarkan kalian berdua menyelesaikan kesalahpahaman kalian sendiri. Di biarkan saja ternyata semakin menjadi."

"Ayah, bunda, maaf," lagi-lagi Davin, dan Vani berujar kompak.

"Davin, kamu tidak ingin menceritakan sesuatu kepada kakak kamu?" Maureen menatap putranya itu. Maureen sangat berharap jika kali ini kedua anaknya bisa akur seperti dulu lagi. "Menjelaskan adalah cara terbaik agar tidak terjadi kesalahpahaman. Kamu tau itu, kan?"

DAVINNO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang