Jangan mencintai jika tidak mau berjuang, dan jangan mencintai jika takut kehilangan
Davinno Renove Ballar
°°°°°
Matahari semakin meninggi. Membuat cahayanya masuk melewati ventilasi udara yang letaknya tinggi di sebuah ruangan luas dengan banyak rak buku yang menjulang. Hampir setiap sudut ruangan yang tidak lain adalah perpustakaan sekolah ini, terkena cahaya yang masuk lewat fentilasi-fentilasi udara tadi.
Sebelumnya, perpustakaan sekolah ini ramai di kunjungi oleh siswa siswi dari setiap kelas. Namun, sedikit demi sedikit siswa siswi tadi mulai meninggalkan perpustakaan untuk kembali ke kelasnya masing-masing sebelum bel masuk terdengar. Selain itu, ada juga yang meninggalkan perpustakaan setelah kurang lebih lima menit bel berbunyi.
Meskipun begitu, masih ada seorang lelaki yang bertahan di perpustakaan ini. Lelaki itu duduk di ujung perpustakaan dengan buku yang lumayan tebal di hadapannya. Sedikit cahaya matahari yang masuk juga mengenai wajah tampannya, bahkan menembus iris matanya yang berwarna coklat.
Lelaki itu masih bertahan duduk di tempatnya, walaupun suasana di sekitarnya sudah sepi. Sesekali jari-jarinya menyentuh ujung kertas di hadapannya, membuka lembar demi lembar bukunya.
Kali ini, wajah lelaki tersebut begitu kentara sedang mencari kesibukannya sendiri dengan cara membaca buku tanpa memahami isinya sama sekali. Sekedar membaca, itulah yang sedang di lakukan nya.
"Jimmy!"
Teguran dengan suara lembut tersebut berhasil mengalihkan perhatian Jimmy dari bukunya. Dan tepat di kursi sampingnya, ternyata ada Erine yang duduk disana dengan raut wajah yang sulit di baca oleh Jimmy.
Jimmy sempat tersenyum kecil melihat gadis tersebut. "Kenapa disini, Rine?" Jimmy bertanya kepada Erine sambil melirik jam tangan berwarna merah yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. "Ini udah jam masuk." lanjutnya yang beralih menatap Erine.
Erine terdiam beberapa saat, namun setelah itu, dia tersenyum lebar sambil menepuk pipi kiri Jimmy yang membuat Jimmy menyentuh pipi tersebut setelah tepukan pelan yang di berikan Erine terhenti. "Bukannya gue yang harusnya tanya kaya gitu ke elo?" Erine balik bertanya kepada Jimmy.
"Ini udah jam masuk, dan sang ketua OSIS malah masih disini."
"Kalo gue, kelas gue ada tugas di perpustakaan."
Jimmy mengikuti tatapan Erine yang beralih menatap ke belakangnya, dan ternyata benar jika sudah ada banyak siswa siswi yang memenuhi perpustakaan, dan mereka Jimmy kenali sebagai teman kelas Erine.
Jimmy melipat kedua tangannya diatas meja. Menatap serius Erine yang berubah menatapnya dengan kebingungan. "Gak ada salahnya sesekali ketua OSIS melanggar peraturan sekolah." ujarnya sambil tersenyum lebar dan juga menaikan kedua alisnya.
"Lo bisa cerita ke gue, Jim!"
"Cerita apa?" Jimmy menegakan tubuhnya. Lelaki itu juga bertingkah seolah sedang memikirkan sesuatu.
Di persekian detiknya, Jimmy mengangguk pelan. Lelaki itu bertingkah seolah dirinya sudah mengingat sesuatu hal. "Ohhh." ujarnya panjang. "Hari ini gue lupa ngerjain laporan OSIS yang kemarin di kasih sama Lia. Padahal laporan itu harus di kumpulin sekarang ke kepala sekolah, dan lo tau sendiri ujungnya." diakhir kalimatnya, Jimmy sempat tersenyum.
Melihat Erine yang terdiam dengan tatapan yang tidak beralih kepadanya, membuat Jimmy menarik senyum kecilnya. Apalagi Jimmy dapat melihat dengan jelas jika Erine memandangnya tanpa ekspresi sama sekali, sudah sama dengan raut wajah kekasih gadis itu, Davin. Pikir Jimmy tanpa sengaja.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAVINNO [END]
Teen FictionSquel DUSK TILL DAWN •With You• Bisa di baca terpisah dengan DUSK TILL DAWN •With You• karena cerita ini berdiri sendiri Rank#1 in masasekolah (10/04/2020) Rank#9 in squel (10/04/2020) Davinno Renove Ballar Siapa yang tidak mengenal lelaki tampan t...