BAGIAN 03 [ Rasa Takut Erine ]

11.7K 511 12
                                    

Kelas sebelas MIPA 4 terdengar ramai di jam terakhir sebelum istirahat. Kelas yang kini hanya dihuni oleh siswa siswi itu terdengar ramai dikarenakan guru yang harusnya mengajar tidak dapat hadir.

Tugas sudah diamanahkan oleh guru piket kepada ketua kelas, namun sama seperti kelas di sekolah lainnya, yaitu yang mengerjakan tugas hanya sebagian siswi yang rajin, selebihnya justru asik sendiri.

Erine sendiri nampak duduk tenang di kursinya dengan beberapa buku yang terbuka dihadapannya. Kini, gadis itu tengah berusaha mengerjakan tugas fisika yang benar-benar menguras otaknya. Sebenarnya Erine tidak begitu pandai di mata pelajaran fisika yang sampai membuat nilai fisikanya buruk. Tapi Erine juga tidak mungkin membiarkan nilai fisikanya buruk terus, jadi Erine memilih lebih sering belajar fisika agar nilainya tidak lagi buruk.

"Ah, Rine, gak mau gue ngerjain soal ini."

Erine melirik kearah Mollysa yang baru saja mengeluh. Gadis itu sampai merebahkan kepalanya di meja, lalu menutup wajahnya dengan buku fisika.

Selain Erine, Mollysa juga tidak begitu pandai di fisika.

Erine menatap kembali buku tulisnya yang baru bertuliskan beberapa jawaban saja. "Gak usah dikerjain aja. Kalo enggak, lo tanya aja sama Diana!" Saran Erine yang teringat jika teman sekelasnya yang bernama Diana itu pandai di fisika.

Mollysa sedikit mengangkat kepalanya. Matanya kini mulai mengarah ke meja paling pojok kiri depan. Disana tempat duduk Diana dengan beberapa siswi yang sudah mengelilinginya. "Udah rame gitu, males gue." Ujar Mollysa sambil kembali merebahkan kepalanya diatas meja dengan pandangan yang kini terfokus pada Erine.

"Terserah lo, lah." Ucap Erine yang masih sibuk dengan soal-soal dihadapannya tanpa menatap kearah Mollysa.

Erine sempat mengetuk-ngetuk dagunya menggunakan pensil yang ada di tangannya. Dahinya juga mengerut disaat dia tengah berpikir keras mencari jawaban nomor lima.

Sementara itu, Mollysa memilih meraih ponselnya yang dia letakan di atas meja. Gadis itu masih memiringkan wajahnya kearah Erine sambil membuka salah satu aplikasi di ponselnya.

Mollysa terkekeh pelan saat melihat layar ponselnya, namun kekehan Mollysa tidak membuat fokus Erine teralihkan.

Cekrek

Erine sedikit tersentak kaget, lalu gadis itu segera menatap kearah Mollysa dengan tatapan bingungnya.

"Wish, akhirnya dapet." Kekeh Mollysa yang segera mengirimkan hasil cepretannya kepada seseorang.

"Apa yang baru lo lakuin?" Tanya Erine yang nampaknya belum sadar.

"Ambil foto lo."

"Ap_"

"Nih, udah gue kirim ke kak Davin." Ucap Mollysa yang berusaha menyembunyikan senyumnya sambil memperlihatkan ruang obrolannya dengan Davin kepada Erine.

Erine berdecak kesal, dia juga berusaha merebut ponsel Mollysa yang ternyata tidak membuahkan hasil sama sekali. "Ish, Sa. Hapus gak!" Titah Erine sambil menatap kesal kearah sahabatnya itu.

Erine terkekeh pelan sambil melihat foto Erine yang nampak begitu cantik dan lucu. "Udah telat, sama kak Davin udah di liat." Tuturnya yang dilanjutkan dengan dia yang menjulurkan lidah kearah Erine.

Erine menghela napasnya pelan, kemudian gadis itu memilih mencoba mengerjakan tugas itu lagi tanpa memperdulikan Mollysa yang masih sibuk dengan ponselnya. Percuma saja jika Davin saja sudah melihat foto yang Erine sendiri tidak tahu seperti apa.

Drett... Drett... Drett...

Erine merogoh saku seragamnya untuk mengambil ponsel yang tadi sempat bergetar. Tanpa menunggu lama, gadis itu segera membuka isi pesan yang masuk beberapa detik yang lalu.

DAVINNO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang